2 Jun 2022

Niscaya Duka Akan Mendewasakanmu

 


Sungguh, pandemi membawa banyak sekali hikmah. Tentang kesadaran (yang baru diamini), bahwa manusia itu sangat lemah. La qaula walla quata illa bilah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolongan Allah semata.

Secara pribadi saya sempat merasa, seperti berada di titik nadir kehidupan. Keadaan, yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Situasi yang membuat terpuruk, dan tidak punya plihan kecuali pasrah berserah.

Pandemi, mengajari tentang energi doa dan pengharapan. Sehingga masih bisa berdiri, meski kaki rasanya tak sanggup menopang badan.  Tetap memupuk asa, meski jalan-jalan berkelok dan sulit tengah dititi.

Bahwa jatuh tersungkur itu nyata adanya, bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja. Bahkan perencana kehidupan handal sekalipun, harus takluk dengan kenyataan. Bahwa yang diusahakan, bisa saja hasilnya sangat jauh dari bayangan.   

------

Namun di satu sisi, pandemi menumbuhkan hal baru. Sebuah prespektif, untuk lebih berhati-hati bersikap dan berucap. Bahwa manusia bukan makhluk sempurna, sangat sering dikuasai ego. Seketika saya tersadarkan, betapa banyak dosa kesalahan. Selama ini dilakukan, entah sengaja atau tidak, bahkan masih sebatas bersitan niat.

Dan duka, telah membuka lebar dua bola mata. Bahwa diri ini, sangat jauh dari kata ideal. Bahwa kebaikan- kebaikan ditampilkan, sangat mungkin disusup dan sisipi maksud buruk. Meski sehalus helai rambut, niat jahat tetaplah sebuah niat jahat.

Pandemi dua tahun terakhir, menggores luka. Namun kalau tidak demikian keadaan, kemungkinan dewasa tak didapat. Kita musti meyakini, bahwa tak ada yang sia-sia dalam kasih penciptaan-NYA. Kecuali untuk satu tujuan, yaitu kebaikan manusia itu sendiri.

Percayalah, niscaya duka akan mendewasakanmu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA