9 Feb 2020

Peduli Hari Kanker dengan Slogan "I Am and I Will"

Ki-ka , dr Cut Putri, Moderator, Prof Tati, Friska Batubara-dokpri


Prinsipnya penyakit kanker dapat dicegah dapat diobati,” dr. Cut Putri Arianie Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)

Semua pasti sepakat dong, bahwa penyakit itu asalnya dari asupan yang masuk ke tubuh, kemudian ditambah perilaku atau gaya hidup.
Ya, jangan harap punya badan sehat, kalau masuk paruh baya masih suka konsumsi gula garam dan lemak, ditambah malas beraktivitas fisik.

Dalan rangka memperingati Hari kanker Sedunia, Direktorat P2PTM Kemenkes, menggelar Social Media Influencer. Acara yang digelar di bilangan Jakarta Selatan ini, bertujuan menyosialisasikan edukasi pencegahan penyakit kanker.

Menurut Cut Putri, kita kerap kali melakukan kegiatan yang berdampak terhadap resiko terkena penyakit kanker. Seperti pola makan dan asupan yang seenaknya, dan gaya hidup jauh dari kebiasaan hidup sehat.

Upaya Kemekes tampak, dengan mencetuskan “4 Pliar Penanggulangan PTM”,  
Promosi kesehatan : berupa edukasi , informasi dan pemberdayaan masyarakat, termasuk kegiatan yang diselenggarakan bersama influencer kali ini.
Deteksi Dini L penting setiap individu paham, bahwa kanker bisa disembuhan dan dicegah. Dengan menghindari faktor resiko PTM dan IVA Tes. Menyadarkan masyarakat, bahwa kesehatan adalah tanggung jawab pribadi.
Perlindungan Khusus : PTM adalah silent killer, pencegahannya bisa melalui pemberian Imunisasi HPV  Rubela kepada individu yang membutuhkan.
Penanganan Kasus : Pengobatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan Kemenkes sebagai regulator, mendelegasikan penanganan kepada provinsi dan kota, dilakukan secara berjenjang.
dr Cut Putri menyampaikan pemaparan-dokpri

----

Perihal menerapkan gaya hidup sehat, kerap kali kita kesulitan karena sudah menjadi kebiasaan. Saya punya saudara perokok sangat aktif, susah sekali diberi masukan dan nasehat untuk berhenti merokok.
Selalu saja punya alasan untuk berkelit, bahwa merokok ataupun tidak orang juga akan meninggal. Saya kerap dibuat kesal, akhirnya malas menasehati kalau ketemu.

Masih menurut dr Cut Putri, merokok memiliki 5% resiko penyebab stunting. Kemudian perokok masih berkilah, bahwa sekarang ada rokok electric yang diclaim aman.
Padahal rokok electric mengandung zat kimia, dan belum mendapat sertifikasi dari badan resmi yang menyatakan keamanannya.

Maka lagi-lagi dr Cut Puteri menegaskan, bahwa setiap individu bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.

Apalagi saat ini semua resiko PTM meningkat, karena kita sedang berada pada masa transisi. Misalnya transisi teknologi, memudahkan kita pesan makanan dan berpergian cukup dengan ujung jari.
Kita berada pada masa transisi demografi, yaitu usia harapan hidup juga tinggi sehingga potensi PTM menningkat. Kurang aktivitas fisik memicu beragam penyakit, obesitas meningkat karena gaya hidup tidak sehat diterapkan.

---
Narsum berikutnya adalah Profesor Dr dr Soeharti Gondhowiarjo, Sp.Rad(K)OnkRad. Menyampaikan bahwa Hari Kanker di Indonesia,  bukan merayaka tapi diperingati. Artinya memberi peringatan kepada masyarakat, untuk hidup dengan berperilaku menghindari resiko kanker.
Prof Tati-dokpri

Pada tahun 1990, kanker meningkatan peringkat nomor satu PTM. Sekarang turun di nomor 2, dan 17% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Kanker pada perempuan, terbanyak adalah kanker Payudara dan Mulut Rahim. Sedang pada pria, kanker terbanyak adalah kanker paru dan otak.

Penyebab kanker tidak bisa dideteksi, tetapi kita bisa berupaya dengan mencegah resiko terkena kanker. Pengobatan kanker sudah dibuktikan secara ilmiah, dan terbukti keberhasilannya.
Dan tidak perlu kawatir, saat ini di beberapa rumah sakit di Indonesia sudah bisa tersedia alat pengobatan kanker.

Dan menyambung pemaparan Prof Tati, ibu Friska Batubara, putri dari almarhum Cosmas Batubara mengakui empati dokter Indonesia cukup tinggi. .Contohnya demi pengadaan peralatan pengobatan penyakit kanker, para dokter rela menyisihkan gajinya selama sepuluh tahun, untuk patungan membeli peralatan dimaksud.

Prof Tati menambahkan, bahwa pengobatan penyakit kanker membutuhkan pendekatan dari multi disiplin ilmu. Sehingga banyak peralatan diperlukan, untuk memperlancar pengobatan.
Dan support system orang terdekat sangat penting, ibu Friska menceritakan sampai menjelang berpulang ayahnya masih beraktivitas seperti biasa.

Sehari sebelumnya masih main golf, masih meeting dan bertemu dengan kolega. Bahkan beliau yang aktif mengajar di UI Depok, terbiasa naik kereta dari Gondangdia sampai stasiun UI.
Dulunya untuk pengobatan kanker di derita, sang ayah sempat berobat ke Jepang selama 6 bulan. Setelah sembuh kemudian pulang, tiga bulan berikutnya kambuh dan Bapak Cosmas ingin diobati di RSCM.
WAG

Ternyata benar, berkat ketekunan berobat dan dukungan keluarga, Pak Cosmas kembali pulih. Beliau sangat menikmati hidup, sehingga bisa mengendalikan stres  dan aktif berkegiatan di ujung usianya.
Menurut ibu Friska, detik menjelang kepergiaan sang ayah sangat singkat, jam sebelas masih makan siang dan menandatangani empat dokumen. Jam empat sore mulai drop, jam tujuh malam semakin drop dan jam tiga dini hari meninggal.

-----

Menanggapi pernyataan saudara saya,”merokok atau tidak merokok bakal meninggal”. Saya jadi punya jawaban, masalah bukan terletak pada meninggalnya, tapi kualitas hidup yang dimiliki sebelum meninggal.

Ya, musuh terbesar dalam menerapkan hidup sehat adalah diri sendiri. Persis seperti penjelasan dr Cut Putri, bahwa kesehatan diri menjadi tanggung jawab setiap individu.
Meskipun semua upaya pembangunan kesehatan dikerahkan Kemenkes, kakalu tidak diimbangi dengan kesadaran setiap individu dijami tidak ada  artinya.

Rasanya sangat tepat, apabila kanker sangat bisa dicegah dan diobati, asalkan kita sepenuh kesadaran bersedia menghindari faktor resiko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA