23 Jul 2025

Diet dengan Bahagia

Percaya deh, sebuah perubahan -- untuk apapun itu-- lazimnya akan terasa berat di awal. Pasalnya kita musti beradaptasi, pada kebiasaan atau keadaan yang sama sekali baru.

Saya masih ingat, ketika lulus SD kemudian masuk SMP, yang biasanya teman sekelas tetangga dekat rumah. Kini meluas, teman sepergaulan dari desa berbeda datu kecamatan.

Kemudian ketika masuk SMA, sekolahnya hanya ada di kota kabupaten.  Saya menempuh perjalanan pergi pulang, dengan angdes (Angkutan Pedesaan). Pertemanan tambah meluas lagi, kini sudah beda kecamatan.

Saya masih ingat, beratnya berangkat sekolah seminggu pertama. Selepas subuh mandi, kemudian bersiap-siap dan sarapan. Sebelum jam enam tepat, sudah berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan lewat.

Apakah saya menyerah? O, tentu tidak. Buktinya tiga tahun terlewati sudah, sampai akhirnya bisa mendapatkan ijazah sekolah menengah atas.

----

Demikian juga dengan diet, saya merasakan beratnya pada seminggu pertama. Kepala keliyengan dan pusing, keringat dingin keluar, mood berantakan, air muka pias.

Saya geming, berhasil bertahan masuk minggu kedua. Pada hari ke delapan, tubuh mulai bisa beradaptasi. Rasa pusing mulai berkurang, lemak di beberapa bagian badan terasa mengikis.

Semangat menguat tekad membulat, bahwa perjalanan sudah dimulai sayang kalau berhenti. Begitu masuk di minggu ketiga, yang telah dijalani 14 hari mulai menjadi kebiasaan.

Saya menikmati naik turunnya emosi, saya belajar mengontrol nafsu makan, aktif bisa beraktivitas fisik dan lama-lama mindset terbentuk.

Tanpa terasa tiga tahun berjalan, pola makan dan olahraga menjadi gaya hidup. Saya terbiasa makan ubi atau singkong, pengganti nasi atau karbo. Asupan gula lumayan berkurang, saya biasa menggantinya dengan manis dari buah.

Tersiksakah saya ?

Karena sudah menjadi gaya hidup, saya enjoy menjalani. Meski perlu diingat, naik turun menjalani diet selalu terjadi. So, musti tetap focus dan jangan sampai kelepasan.

Diet dengan Bahagia

Bukan berarti diet tanpa tantangan, tapi diet dengan mindset terkelola. Otak disetting, menahan mengonsumsi ini dan itu. Berolah raga atau aktivitas fisik, bukan lagi menjadi bebdan.

Tetapi bersamaan itu, kesadaran semakin diperkuat. Bahwa ada tujuan besar, ingin dicapai di ujung semua pergulatan ini. Bahwa segala jerih payah saat ini, demi kebaikan (baca sehat) di masa mendatang. Yaitu sehat.

Percaya deh, kalau di otak tertanam big goal. Niscaya ada rasa ikhlas dan rela, menjalani dan melewati aneka gejolak di dalam diri.

Seperti analogi di atas, semua akan terasa berat di awal. Tetapi manusia, diberi kemampuan beradaptasi. Melakukan diet dengan bahagia, adalah menjalani dengan sepenuh kesadaran guna mencapai tujuan besar (yaitu sehat).

Salam sehat, semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA