21 Jul 2025

Peringatan Hari Anak di Desa SOS Lembang


Hawa segar memenuhi paru-paru, saya merasakan saat menarik nafas panjang. Rumput basah menghampar, pertanda pagi belum sepenuhnya pergi. 

Saya di SOS Vilage's Lembang, tempat anak-anak "kurang beruntung dalam pengasuhan" tumbuh dengan bahagia. Wajah pengurus yang bersahabat menyambut kami, mempersiapkan anak-anak tampil di hari anak nasional.

Melihat paras bocah-bocah, saya merasakan mereka tak kurang kasih sayang.  Meski mereka hidup bersama ibu asuh, kasih sayang tetap didapatkan.  Saya menemukan satu point, rasa sayang bisa didapat meski bukan dari ibu kandung.

SOS Childern Village's, organisasi non profit concern terhadap anak-anak beresiko dalam pengasuhan. Memperjuangkan hak-hak dasar anak, khususnya dalam hal pengasuhan.

Saya memperingati Hari Anak Nasional, di SOS Vilage's Lembang Bandung. Setelah tahun sebelumnya, saya memperingati di SOS Vilage's Ubud Bali.

Memasuki aula pertunjukkan, saya mendapati lemari kaca tembus pandang. Tertata rapi ragam piala, prestasi anak di aneka perlombaan. Ada satu anak SOS Lembang, langganan juara olah raga cabang atletik sejak SMP sampai sekarang SMA.

Pentas hari anak dimulai, saya menikmati sajian demi sajian anak-anak SOS. Menari dengan gerak lucu, diiringi lagu Matahari Tenggelam. 

Permainan alat musik Arumba, angklung dan gendang. Satu atraksi mengundang senyum, adalah pantomim oleh dua anak SOS. Mereka tampil penuh percaya diri dan berprestasi, jauh dari  kesan minder atau pemalu.    

Usai makan malam, kami mengunjungi rumah Dahlia. Bersua ibu asuh bernama ibu Susan, 24 tahun mengabdikan diri. Beliau menyayangi anak-anak asuh, tak ubahnya seperti anak sendiri . Hingga mengesampingkan kesenangan sendiri, tidak berkeluarga sampai sekarang.

Ibu Susan  48 tahun ini, mengasuh 9 anak di SOS Lembang.  Satu anak asuh  bernama Wina, digendong sejak bayi merah. Kini Wina beranjak dewasa, menganggap bu Susan sebagai ibu sendiri. 

"Pokoknya kalau mama pergi, saya ikut kemanapun perginya" celetuk gadis yang sudah kelas 2 SMU.

Untuk menjadi ibu asuh di SOS Lembang, musti melewati test, wawancara, training dan percobaan selama dua tahun.  Ibu Susan mengalami asam manis menjadi ibu asuh, menganggap anak asuh seperti anak sendiri. 

Sungguh bukan hal mudah, saya kagum dengan kesabaran bu Susan, terutama mengelola hati menghadapi anak-anak asuhnya. Harapannya seperti ibu kandung, ingin anak mandiri menghidupi diri sendiri. 

Masa pensiun ibu asuh usia 55 - 60 tahun, SOS Village's menyediakan rumah bunda. Ibu yang sudah menjadi nenek, diberi ketampilan menjahit.

Hari kedua di SOS Village's Lembang, kami punya agenda visit desa pencut. Menemui dua rumah binaan SOS, ibu atau ayah dibina dengan kegiatan produktif.

Ibu wangsih  salah satu keluarga binaan, dengan kegiatan membungkus krupuk. Dua biji krupuk dibungkus dalam plastik kecil, dipacking lagi dalam plastik lebih besar setiap 20 bungkus. Satu bungkus besar isi 20 pax, ibu berusia 35 tahun ini mendapat upah 450 perak.

"sehari bisa mendapat 9.000 Rupiah, kalau lagi sepi dapat 7000 perak. Pabrik krupuk setiap hari mengirim satu atau dua karung plastik besar, sembari mengambil krupuk yang sudah dipacking kecil" Jelas bu Wangsih.

Satu lagi seorang nenek Sri dan suami, dibina dalam pengadaan bibit labu parang. Nenek menanam bibit, di atas lahan pinjaman ITB. Suami bekerja serabutan, menerima order pembuatan sumur bor.

Dua hari satu malam di Desa Anak SOS Lembang, memberi satu inspirasi tentang kehidupan. Bahwa hidup musti memiliki kemanfaatan, sebagai ladang kebaikan saat kita tiada kelak. 

(salam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA