17 Jul 2019

Anak dengan Penyakit Tidak Menular Berhak Tumbuh dengan Gizi Optimal

dokumentasi pribadi

Saya hapal kebiasaan diri, mendadak melow kalau bersua dengan ayah dan ibu keren. Persis seperti minggu siang itu, bersua dengan ayah dari Bima (6,5 th) dan ibunda dari Ibam (11 bulan). Kedua buah hati beliau dengan penyakit tidak menular (PTM) kanker, sedang menjalani protokol kemotherapi akibat kanker All (leukemia limfoblastic akut).

Kondisi Bima saat ini baik, namun bisa dibilang naik turun dan musti terus dijaga. Sementara Ibam yang diketahui dengan kanker sejak umur 6 bulan, diawali dengan demam dan diare, akibat kemotherapy dan fisiotherapy mengalami keterlambatan pertumbuhan.

Ayah Bima dan ibunda Ibam, optimis dan terus berusaha untuk pengobatan buah hati, sekaligus tetap yakin apa yang dihadapi adalah yang terbaik dari Alloh.

Desytha Rahma Dwi Utama, External Communication Manager for Early Life Nutrition an Medical Nutrition Danone Indonesia, menyampaikan dalam sambutannya, bahwa Danone melalui Sarihusada sudah 60 tahun, berkomitmen tidak hanya menyediakan produk mutrisi tapi juga edukasi, dengan mendatangkan ahli untuk sharing bersama Bloger dan komunitas.

Terkait tema bicara gizi untuk anak dengan penyakit tidak menular (PTM), Steny Agustaf, Ketua yayasan Pita Kuning, meyakini bahwa perubahan besar dimulai dari diri sendiri dan keluarga, khususnya untuk orangtua dengan anak sedang menjalani perawatan kanker.
Orangtua menjadi ujung tombak, ayah dan ibu tangguh dibawah yayasan Pita Kuning, musti dibekali pengetahuan yang bermanfaat, salah satunya ilmu tentang nutrisi terbaik untuk anaknya.
Ibunda Ibam dan Ayahanda Bima -dokpri

------

Dokter tidak memvonis, tapi mendiagnosis,” ujar Dr. Mururul Aisyi, Sp.A(K), dokter Spesialis Anak.

Kanker pada anak, terdiagnosis sekira 5.000- 10.000, angka ini relatif kecil dibandingkan kanker pada orang dewasa (Payudara, paru, serviks dan sebagainya). Namun kondisi ini, bukan berarti kanker anak tidak diperhatikan, karena di RS Dharmais, pada rentang 1993 sampai 2015 terjadi peningkatan kasus anak dengan kanker All.
Pada tahun 1960, survival rate (harapan hidup) kanker All kurang 20%, pada tahun 2000 ke atas survival rate naik di atas 80% -- keren ya.

Teroboson kedokteran khususnya pada kanker All, diangap terobosan fenomenal di bidang kedokteran kala itu. Bahkan di Belanda, survival rate untuk anak dengan kanker adalah 100%.

Pemicu keterlambatan penatalaksanaan kanker, pada umumnya karena tiga faktor ;
  • Pasien delay ; di Indonesia, biasanya kalau sakit diberi jamu atau dikerokin, tidak langsung ditangani secara medis.
  • Refferal delay ; keterlambatan dalam sistem kesehatan, dari awal pasien terdiagnosis terkesan kurang agresif, padahal kanker musti dilihat dari berbagai sisi.
  • Treatment delay ; akibat dari dua faktor di atas (Pasien delay dan refferal delay), maka terjadi keterlambatan mendapatkan perawatan.

dr Mururul Aisyi -dokpri

Saat ini, kasus kanker pada anak mencapai 9 dari 100.000 anak usia 0- 17 tahun, dengan jenis yang beragam. Dengan kasus yang sering terjadi, adalah ;
  • Leukemia , terjadi pada usia di atas 5 tahun, ditandai dengan badan panas, muka pucat dan pendarahan
  • Kanker otak , ditandai sakit kepala luar biasa (bisa membuat terbangun saat tidur lelap), disertai kejang, muntah dan gangguan keseimbangan.
  • Kanker mata, terjadi pada anak dibawah 5 tahun, ditandai dengan gejala mata kucing.
  • Kanker getah bening,  dialami pada usia mulai 7-8 tahun, terdapat benjolan  satu sisi di leher dengan diamter lebih dari 2 cm serta tidak terasa nyeri.
  • Kanker tulang, terdapat benjolan di tungaki atau  lengan, dalam tiga bulan kalau tidak ditangani seirus bisa menyebabkan kematian.
  • Kanker protasoma, terdapat benjolan di perut jangan dipijit urut kalau salah bisa pendarahan.


Kapan anak dengan kanker bisa dikatakan sembuh? Adalah ketika gejala kanker sudah tidak ada selama 5 tahun, kemudian dimonitor sampai 10 tahun. Kalau sudah sembuh, dinyatakan sebagai survival kanker dan musti dimonitor seumur hidup.
Monitor kanker sangat penting, karena ada beberapa kanker yang bermutasi, misalnya dari kanker mata bisa bermuatasi menjadi kanker tulang karena pada gen yang sama.

Peran Penting Nutrisi dalam Penanganan Anak dengan PTM (terutama kanker),

Dr. Cut Nurul Hafifah Sp.A, dokter Spesialis anak, menyatakan, bahwa dukungan nutrisi sangat penting, dalam penatalaksanaan kanker, Karena pada pasien kanker ada tantangan, di satu sisi ada kasus kegemukan di satu sisi lainnya kasus berat badan susah naik. Kanker pada anak, 3 – 5% adalah penyebab kematian pada anak 3 – 5 tahun.
dr Cut Nurul H -dokpri

Malnutrisi atau gizi buruk, bentuknya terdiri dari tiga, yaitu stunting (badan pendek). kurus, yaitu berat badan tidak sesuai usia, kemudian obesitas atau kegemukan. Anak-anak rentan terhadap malnutrisi, pada usia 1000 HPK (hari pertama kehidupan), karena pertumbuhan nutrisi sangat pesat.

Pada satu sisi, masih banyak orang yang salah paham dengan kasus malnutrisi, justru kalau anak gemuk orangtua senang (karena dianggap lucu).
Ada jenis kanker pada anak, justu memicu kegemukan, seperti kanker leukemia dan kanker otak, karena terdapat endema (cairan) yang menumpuk, pemberian obat dexa atau menjalani iradiasi, juga beresiko kegemukan.

Dampak malnutrisi pada anak, dalam jangka pendek menyebabkan otot hilang, toleransi kemotherapy makin tinggi (sehingga berat badan turun). Data di RSCM menunjukkan, pasien yang mengalami malnutrisi, pada awalnya gizi baik, kemudian 50%  selanjutnya memiliki gizi buruk akibatnya mudah infeksi.

Anak dengan penyakit kanker, umumnya mengalami peningkatan kebutuhan energi dan protein akibat adanya berbagai kompilkasi. Apabila masalah nutrisi tidak ditangani dengan baik, anak dengan akanker akan memiliki konsekwensi peningkatan komplikasi.
Ki-Ka ; Ibu Desytha, dr Cut, Dr Mururul, Steny Agustaf- dokpri 


Maka dukungan nutrisi, tidakhanya untuk mencegah malnutrisi,tapi juga memberi dampak baik pada respon terapi, kualitas hidup, hingga biaya pelayanan kesehatan.


“pemberian asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan anak dengan kanker harus diikuti dengan pemantauan secara rutin ke fasilitas kesehatan,” tutup dr.Cut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA