Masa bergulir, dan
tren terus berubah. Tetapi soal adab dan sikap,
tetaplah dijaga di era apapun. Misalnya hormat yang lebih tua, sayang yang lebih muda. Termasuk
sikap tanggung jawab, untuk setiap keputusan yang telah dibuat.
Setelah berumah tangga, saya memegang nasehat kakak ipar. Kalau sedang ada masalah, jangan ceritakan ke orang tua. Sudah tidak waktunya, orang tua memikirkan masalah anaknya. Sebaiknya berbagi dengan pasangan, mencari jalan keluar bersama-sama.
Setiap telepon ibu -- ayah sudah almarhum-, saya menghindari berkeluh kesah (apalagi masalah keuangan).
Kami hanya berbincang ringan, kadang setengah jam belum tentu
tuntas. Berbagi kabar di kampung, dari kabar serius sampai remeh temeh.
Beberapa kali saya menemui gap, pola pikir ibu yang generasi lama dengan pandangan maintream (baca kuno). Baik soal usia menikah, definisi bekerja identik kerja kantor (baik PNS atau karyawan swasta), dan seterusnya.
Orang bekerja, menurut pikiran
ibu. Adalah berangkat di pagi hari, pulang di sore hari. Memakai
seragam atau baju rapi, lazimnya pegawai di kantor pemerintah atau perusahaan
swasta.
Ketika dulu saya resign , Ibu orang pertama yang menentang. Petuah panjang (tepatnya omelan), disampaikan, sebaiknya bekerja di satu tempat dan jangan pindah-pindah.
Saya sangat tidak setuju pendapat ibu, tapi tidak menjawab yang ujungnya debat. Namanya orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anaknya.
****
Saat hadir di sebuah
majelis, seorang ustad berbagi pengalaman. Ketika melamar
gadis pilihan, dan mendapat pertanyaan dari calon ayah mertua.
“Kamu sudah punya pekerjaan tetap?”
“Saya tidak kerja tetap Pak, tapi saya tetap kerja.” Jawab si ustad
Entah bagaimana reaksi camer – tidak diceritakan--, yang jelas lamaran itu diterima. Ustad telah berkeluarga, dengan buah hati beranjak besar.
Antara Tetap Kerja atau Kerja Tetap
Dulu pernah ada video viral, seorang
bocah ditanya cita-cita oleh Presiden Jokowi. Si anak SD menjawab, kalau besar
ingin menjadi “Youtuber”. Kemudian reaksi audience, tertawa secara bersamaan.
Padahal tidak ada yang salah, ingin menjadi youtuber, vlogger, penulis, konten kreator, pemusik, olahragawan dan sebagainya.
Di era kekinian, saya lumayan jarang menemui jawaban anak-anak, ingin menggeluti profesi mainstream. Anak-anak masa kini, ingin bekerja secara independent, berorientasi pada hasil.
Bekerja adalah fitrah, setiap manusia diwajibkan berusaha. Kerja tetap dan tetap kerja, ada di tataran istilah yang prakteknya sama. Seorang konten kreator, pencipta lagu, penulis skenario, esensinya bekerja menghasilan sesuatu.
Layaknya guru, dosen, dokter, Polisi,
Pilot, dan lain sebagainya.
Orang bekerja sepenuh hati, mengerahkan segenap kemampuan dimiliki. Dan itulah yang dinamakan, bekerja dari dan dengan hati. Dan hasil pekerjaannya, akan berbeda dengan orang yang setengah-setengah.
Bekerja yang dibalut kesungguhan, akan menyertakan komitmen. Karena sudah saatnya, tidak membedakan antara kerja tetap dengan tetap kerja. Semua sama semua tiada beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA