26 Mar 2019

Berburu Kuliner di Festival Jajanan Bango 2019 Tanpa Kata Tapi

FJB 2019- koleksi pribadi

Siapapun pasti enggan, melewatkan gelaran Festival Jajanan Bango (FJB) 2019, yang diadakan pada pertengahan Maret di Area Parkir Squash Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.
Pasalnya, ajang festival tahunan terbesar ini, menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia sejak tahun 2005 dan selalu mengangkat tema unik.

FJB 2019 mengusung tema ”Kelezatan Asli Lintas Generasi”, menjadi wujud ajakan Bango kepada keluarga Indonesia untuk melestarikan masakan Nusantara.
Di FJB saya bisa mendapati beberapa kuliner, yang dijajakan secara turun menurun dari satu garis generasi bahkan sampai generasi ketiga.

Menyoal kuliner yang dijajakan turun temurun, saya mendapati kuliner Tepo Tahu di desa saya di pelosok perbatasan Jawa Timur – Jawa Tengah.
Dulu ketika masih TK dan SD,  saya kerap membeli makanan khas ke seorang nenek penjual di sudut pasar kampung, kemudian waktu SMP, SMA diteruskan anaknya.

Ketika pulang kampung akhir tahun lalu, makanan yang sama kini dijajakan oleh generasi ketiga, penjualnya adalah kakak kelas sewaktu SD.
Saya merasakan citarasa yang sama, persis seperti citarasa ketika masih kecil sampai jelang dewasa (berarti bumbu dan adonan diturunkan)
ini Malika - dokpri

Saya yakin, di tempat lain di pelosok negeri tercinta ini, masih banyak aneka kuliner yang diwariskan dan dijajakan secara turun temurun.
Selain menjaga keberlangsungan kuliner, (secara tidak langsung) sekaligus melestarikan  kelezatan kuliner, sehingga bisa dipertahankan dari generasi ke generasi.

------

Satu malam tiga tahun silam, badan saya pernah sakit dan susah digerakkan, keesokan hari diperiksa dokter dan ada yang salah dengan pola makan.
Siapa sangka, perisitiwa ini menjadi titik balik, merombak gaya hidup termasuk di dalamnya menjaga pola makan.

Jenis asupan saya perhatikan, tidak mau sembarang konsumsi, memilih bahan makanan kaya serat dan meminimalisir gorengan.
Tapi, saya tidak menghindari urusan kulineran, karena semua sangat bisa disiasati, asal kita teguh dan tak gampang goyah pendirian.

Pun, ketika mengetahui FJB 2019 digelar, saya turut antusias menyambut dan datang, tak sabar mencicipi kulineran yang dijajakan.
Apalagi akses menuju lokasi FJB (di GBK), terbilang sangat mudah dijangkau dengan transportasi publik, semangat ini semakin berkibar saja.
FJB 2019- dokpri

FJB 2019 berbeda dengan tahun lalu, sebelum datang pengunjung bisa melakukan pendaftaran secara gratis melalui website (tahun lalu ada tiket masuk).
Melalui email, pendaftar mendapatkan barcode, untuk discan di pintu masuk dan kemudian diberi gelang khusus dan kartu untuk stempel (bisa ditukarkan satu botol kecap Bango)

Sesuai tema FJB 2019, Bango mengajak 10 penjaja kuliner legendaris, yang menjajakan secara regenesi dengan tetap mempertahankan kelezatan citarasa.

Yaitu; Bubur Ayam Bunut Sukabumi (dirintis sejak 1970, kini generasi ketiga), Kupat Tahu Gempal Bandung (dirintis 1965, kini generasi ketiga),  Mie Kocok Edi Cirebon (dirintis 1945- kini generasi ketiga)
Masih ada lagi Mie Tiaw Antasari 72 Pontianak, Nasi Liwet Wongso Lemu Keprabon Solo, Restoran Maming Daeng Tata,  Soto Betawi H. Ma’ruf- Jakarta,  Tahu Telor Cak Kahar Surabaya, Tengkleng Klewer Bu Edi Solo dan  Warung Tongseng Pak Budi,

Selain 10 stand penjaja kuliner legendaris, Total ada lebih 80 stand meramaikan FJB 2019, nyaris semua stand dipadati pengunjung.

Saya berada di tengah antrean yang mengular panjang, saking antusias dan penasaran demi menikmati kuliner kesukaan.
suasana FJB 2019- dokpri

Pengunjung bisa menemui, Nasi goreng Kebuli, Sate Klatak, Bebek Sinjay, Ayam Kampung madu, Nasi Jamblang, Loka Padang, Pallubasa, Sop Kambing, Sop Buntut, Bakmi Yamin, Lontong Balap, Sate kuah, Telur gulung, Martabak, Seblak, Es Palu butung, Locarasa, Bubur Ase, Sate Padang dan masih banyak yang lainnya.

Selain berwisata kuliner, pengunjung bisa juga mengikuti ragam aktivitas diadakan di arena FJB 2019, seperti medsos activity serta promo di adakan sponsor.
Saya sempat ikut medsos activity, cukup mengupload kegiatan di arena FJB 2019 bisa langsung mendapat produk gratis dari Royco dan saus sambal Jawara.

Dan apa saja, kuliner pilihan saya?
Tantangan berat berwisata kuliner, adalah konsisten memilih asupan kaya serat, sementara banyak pilihan kuliner tersedia di depan mata.

Akhirnya pilihan saya adalah Gado-gado Wijen Organik, didapatkan di stand Warung Kebunku, yaitu warung yang menyediakan makanan sehat sesuai lidah lokal.
Uniknya, sayuran bahan gado-gado dipetik dari kebun organik, kemudian diolah secara alami dan tanpa MSG (menu lain ada ketporak, karedok, tahu baso dsb)
dokumentasi pribadi

Setelah itu, kuliner kedua saya pilih tetap tanpa nasi, adalah Rujak Cingur Surabaya, kuliner ini sungguh menjadi klangenan ati.

Pasalnya, menikmati rujak cingur, mengingatkan saya pada kota pahlawan yang pernah sembilan tahun menjadi tempat bermukim.

Selanjutnya saya pilih kuliner khas Betawi, yaitu kerak telor (pilih telor Bebek) dan Asinan Betawi (untuk bungkus dibawa pulang).
Berwisata kuliner di FJB 2019, menyediakan aneka menu yang cocok dikonsumsi, untuk orang yang sedang diet.

Tentu saya semakin tak sabar dan penasaran, dengan kejutan FJB tahun depan, untuk kembali berburu kuliner tanpa kata ‘TAPI”

2 komentar:

  1. aku baru tahu citarasa rujak cingur surabaya itu setelah nikah gara-gara keluarga suami ada yang pernah tinggal di surabaya jadi setiap arisan keluarga selalu bawa rujak cingung untuk potlucknya. dan rasanya ternyata mirip gado2 tapi beda... sempat norak nyari cingurnya yang mana karena merasa itu kayak gado2... ya ampun, kukira awalnya penampilang cingur itu kayak kikil gitu... hahaha.. ternyata beda

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, kalau sudah rasain rujak cingur jadinya kangen ya mbak

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA