4 Mar 2019

Jangan Kecil Hati Apabila Tulisan Minim Apresiasi

Illustrasi-dokpri


Tak perlu berkecil hati, apabila tulisan kalian minim apresiasi. Namanya juga tulisan, kadang disuka kadang tidak oleh pembacanya – wajar saja kan.
Tulisan saya, pernah lho diklik tidak sampai lima belas pembaca, padahal (menurut saya) sudah menuliskan dengan sungguh-sungguh.

Sedihkah? Awalnya sempat sedih, tetapi seiring berjalannya waktu, mulai terbiasa dan tidak peduli dengan jumlah pembaca.
Saya punya analogi, anak jatuh karena berlatih sepeda, konon kalau kaki dan tangan lecet, tandanya sebentar lagi bisa naik sepeda.

Saya masih ingat, ketika melatih si bungsu naik sepeda saat di kelas TK B. Mula-mula cukup susah meyakinkan, karena pernah sekali naik langsung jatuh langsung kapok.
Tetapi ketika saya ingatkan, setelah bisa mengayuh pedal kemana pergi tak perlu jalan kaki, gadis kecil bersemangat akhirnya bisa naik sepeda.

Pun menulis, satu dua (mungkin sampai puluhan) tulisan gagal, ya tidak masalah,  coba lagi dan teruskan saja kan nanggung.
Mula mula mendapat sedikit apresiasi, sedih itu hal wajar, tapi jangan sampai memupuskan semangat menulis

Kalau terbiasa menulis, yang namanya "sense" akan hadir sendiri, selalu haus menulis menelisik kekurangan tulisan sendiri.
Terus berusaha menemukan "passion", sehingga bisa tahu kekuatan dan ketertarikan terhadap bidang (niche) untuk ditekuni.

Kalau sudah meneukan passion dan niche, niscaya motivasi menulis mulai bergeser, tak hirau dengan jumlah pembaca mengapresiasi.
Menulis ya menulis saja tanpa embel embel yang lain, sementara yang terjadi setelah menulis biarlah waktu yang berbicara.
 
Berlatih sepeda- dokpri
Desember 2014-- sudah menjadi adat saya saban hari, bangun ketika masih dini kemudian membuka laptop dan menulis apa saja yang ada di benak.
Saya masih ingat, pertengahan bulan duabelas tahun duaribu empatbelas, saya memenangi blogcompetition di Kompasiana http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/12/27/bonus-aktivitas-fisik-712989.html,

Saya sangat hapal tulisan sendiri, artikel dinyatakan mendapat nomor tiga (sebenarnya) sepi peminat -- hitsnya mentok di 31.
Kejadian serupa terulang, artikel lain yang dinyatakan menang lomba di lain lomba nasibnya serupa dengan lomba blog sebelumnya.

Pernah ada kejadian unik, satu tulisan saya ikutkan lomba dan kemudian kalah, tetapi jumlah pembacanya lumayan banyak.
Pun setelah lomba selesai, siapa nyana tulisan tersebut tetap ramai peminat, bahkan menempati urutan keterbacaan paling tinggi.

Saya belajar dari pengalaman, menulis ya menulis saja diniatkan untuk berbagi pengetahuan meski receh (syukur bisa bermanfaat).
Selebihnya biarkan hukum alam bekerja, karena tulisan memiliki nasibnya sendiri toh "rejeki tak akan lari kemana".


Persis seperti quote, "kesempatan tidak datang sekali, tapi akan datang kembali dengan wajah yang berbeda, karena pintu rejeki datang dari arah mana saja", secara pribadi menghembuskan motivasi untuk terus menulis, kita tidak tahu dari tulisan mana kesempatan itu datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA