Home

8 Feb 2020

Bertahan dalam Gempuran Disrupsi Telekomunikasi

seminar Disrupsi Telekomunikasi ; Beradaptasi atau Tenggelam ? - dokpri

Masih ingat dong, ketika booming Blackberry Massanger (BBM). Setiap orang yang punya langsung berbagi PIN, sekaligus mengakhiri riwayat SMS yang sempat diklam paling murmer (hanya 150 rupiah untuk 150 karakter).

Memakai Blackberry rasanya gengsi ini melonjak, dan saya merasakan hal itu apalagi saat mengirim email ada logo khas berupa bulat kecil empat dan ada keterangan “dikirim melalui blackberry massangger”--- duh bangga gimana gitu, hehehe.

Mengirim pesan melalui BBM, bebas layaknya sebuah obrolan dan hitungannya bukan lagi per karakter. 
Uniknya lagi bisa dibuat group chatting, saya ingat menjelang tidur mengadakan meeting di group BBM kantor—saking takjubnya.

Siapa nyana, kejayaan BBM sampai juga menuju ajalnya. Setelah ditaklukkan android, dan kemudian perangkat Blackberry tidak laku, dilupakan, dan ditinggalkan.
Susul menyusul tren ganti berganti, muncul Watsup, twitter kemudian instagram. Sekarang riuh aplikasi tik tok (setelah dulu sempat dianggap alay),  dan saya yakin tren akan terus bergulir berganti inovasi teknologi lainnya.

-----

Disrupsi Telekomunikasi: Beradaptasi atau Tenggelam” begitu saya membaca background banner, pada acara seminar yang diselenggarakan oleh ICT Institute.
Mendengar dan menyimak pemaparan dua narasumber kredibel, saya tercerahkan pada informasi dan kenyataan nyata di lapangan.

Kita semua menjadi saksi, dinamisnya perkembangan teknologi yang sebegitu masif. 
Menuntut perusahaan telekomunikasi beradaptasi, melakukan transformasi organisasi dan digital, agar lihai menghadapi disrupsi teknologi.

Sudah banyak contoh perusahaan raksasa tinggal nama (Nokia, Blackberry), karena tidak tanggap dan cepat berubah.
Nonot Harsono- dokpri

Menurut narsum Nonot Harsono, Pakar Telekomunikasi, bahwa dulu bicara telekomunikasi berarti bicara infrastruktur teknologi. Ada telepon, faximile dan muternya dari pelanggan ke pelanggan. Dulu data, menghubungkan satu orang ke yang lain (network, conectivity).
Kalau nyambungnya dekat bayar murah, antar kota (interlokal) ada internasional yang dibayar depresiasi sambungan kabel.

Tetapi kini menyambungkan seorang dengan server,” ujar Nonot

Kemudian server berkembang menjadi berbagai macam fungsi, berkembang lagi menjadi multifungsi dan kemudian menjadi platform.
Tahun 2010 muncul facebook, kemudian ada kaskus dan aneka aplikasi mulai kelihatan device dan network berjaya.

Fungsi layanan data kini diambil alih aplikasi, seperti voice call, WA call mulai berperan, sms yang dulunya berbayar pindah ke WA.

Transformasi digital bagi operator telekomunikasi lebih dari sekadar menjalankan bisnis dengan teknologi digital, karena memerlukan adaptasi proses, sistem, dan budaya organisasi,” imbuh Nonot

Kini penguasa surveyor terbesar adalah google, mempunyai rekaman data penggunanya selama 24 jam.
Google merekam kemana saja kita pergi, makanan apa sering dipesan dan seterusnya.

Menanggapi fenomena teknologi, tidak ada pilihan bagi operator telekomunikasi di Indonesia kecuali menyesuaikan tren yang ada.

Transformasi operator telekomunikasi harus dimulai dengan perubahan mindset, transformasi dari layanan konvensional menjadi solusi digital, serta efisiensi organisasi yang berfokus menjawab kebutuhan pelanggan secara spesifik, dan bertindak secara lebih cepat,” tegas Nonot.

Penyederhanaan organisasi perusahaan, tidak hanya pada inovasi teknologi saja, tetapi juga pada budaya dan inovasi digital. 
Dengan mengutamakan layanan yang prima, berorientasi kepada kepuasan dan kebutuhan pelanggan. 

------

Pada kesempatan berikutnya, narsum Heru Sutadi Direktur Eksekutif ICT Institute menyampaikan, bahwa disrupsi teknologi berpotensi mengancam keberlangsungan operator telekomunikasi.
Disrupsi teknologi telah mengubah banyak hal, seperti bisnis, kompetisi, adopsi dan inovasi teknologi,hingga perubahan organisasi.
Heru Sutadi -dokpri

Mau bukti nyata ?
Yang sudah kita lihat dan rasakan bersama, adalah operator transportasi online. Sebuah perusahaan (katakan) transportasi, tetapi justru tidak punya aset berupa alat transportasi sendiri.

Perusahaan operator transportasi online, yang tidak perlu membeli dan memiliki aset berupa lahan (untuk pool). Tidak harus berinvestasi kendaraan (mobil atau motor) dengan karyawannya (driver). Tetapi melalui aset berupa aplikasi, bisa mengoperasikan ribuan alat transportasi sekaligus drivernya.

Dan mulai kita lihat dan rasakan, disrupsi teknologi merambah, ke hotel atau penginapan, tiket aneka moda transportasi, restoran dan lain sebagainya.
Konsumen diberi akses secara personal, untuk memesan kebutuhan penginapan, tiket pesawat atau kereta, pesan makanan sendiri.

Pada point ini saya semakin meyakini, bahwa transformasi digital adalah sebuah keniscayaan. Ketika tidak ikut dan menyesuaikan, maka yang statis dijamin akan tenggelam.

Layanan pengaduanpun tak kalah cepat berubah, kalau dulu pengaduan (biasanya) melalui sambungan call centre, sekarang orang lebih mengandalkan twiter.
Waw, ini saya banget, pernah kesal dengan layanan sebuah provider, pagi sebelum subuh saya ngetwet dan langsung medapat respon super cepat—keren banget ya.

Agar tetap bertahan dan bertumbuh, operator telekomunikasi perlu melakukan transformasi yang bertumpu pada tiga aspek, yakni merumuskan kembali visi dan kepemimpinan, inovasi dan adopsi teknologi baru,serta transformasi organisasi dan budaya digital,” imbuh Heru

Dan seperti sekeping mata uang logam, disrupsi telekomunikasi bisa menjadi ancaman cukup berat, tetapi sekaligus membuka peluang mempercepat transformasi.
Transformasi sepenuhnya, bergantung pada kemampuan operator telekomunikasi merespon perubahan.

Perusahaan telekomunikasi harus lebih focus menyediakan layanan-layanan yang simple dan mudah digunakan dengan memanfaatkan teknologi digital,” tutup Heru.
kolkesi pribadi

----

Saya sangat sepakat, bahwa di bidang apapun inovasi adalah kata kunci. Dan tak sekedar inovasi, tetapi musti beradaptasi di bidang teknologi karena kita hidup pada era digital.
Saya sangat meyakini, apa yang saat ini sedang booming (misal tik tok), akan segera berganti dengan tren baru yang lebih menarik.

Maka tak ada alasan berhenti bergerak, bahwa perubahan yang sedemikian cepat ini, musti diimbangi dengan efisiensi teknologi.
Agar perusahaan tetap survive, dan tata kelola di dalam perusahaan juga terselamatkan.

Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA