Home

3 Jan 2019

Ternyata Keajaiban Bisa dijemput

Illustrasi-dokpri
Saya ingat dua tahun silam, ketika bulan Januari masih hitungan hari. Berkesempatan mengunjungi sebuah yayasan, yang membantu anak-anak penderita kanker dari keluarga prasejahtera.
Anak-anak dalam masa pengobatan kanker (rata-rata selama dua tahun), dipersilakan tinggal bersama pendamping (biasanya ibunya) di rumah singgah.

Lokasi yayasan di daerah Percetakan Negara - Jakarta Timur, dengan pertimbangan dekat RSCM – kalau sewaktu waktu penderita butuh penanganan medis tidak terkendala jarak.
Fasilitas disediakan terbilang cukup lengkap, seperti makan tiga kali sehari, tempat tidur, ruang bermain, tempat belajar, alat peraga pelajaran dan sebagainya.

Saya berbincang dengan seorang ibu dari Lampung, sekitar enam bulan mendampingi anaknya yang berumur 2,5 tahun dalam masa pengobatan kanker mata.
Si ibu merasa sangat terbantu masalah tempat tinggal, mengingat tidak punya saudara yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.

Adalah Ibu Ira Soelistyo, pemilik hati mulia itu, beliau menaruh perhatian besar pada anak-anak penderita kanker dari keluarga butuh uluran tangan.
Rupanya ibu Ira, pernah mengalami dan merasakan hal yang sama pada tahun 1984, buah hati masih berusia 4 tahun didiagnosa kanker.
Ibu Ira Soelistyo- dokpri

Pengobatan dalam jangka waktu lama dilakukan, diakuinya menguras fisik, batin, materi, sampai sang buah hati menghembuskan nafas terakhir.
Perasaan kelelahan lahir batin yang pernah dialami, ternyata justru menumbuhkan tekad dan semangat yang kuat untuk membantu sesama.

Niat baik ternyata tidak berjalan mulus seketika, awal mula keberadaan rumah kontrakkan (untuk yayasan) ditentang warga sekitar yang kawatir tertular.
Kemudian berkat bantuan seorang dokter, warga mendapat penyuluhan serta penyadaran, tentang penyakit tidak menular dan dampaknya.

Pada tahun pertama sempat kesulitan keuangan, nyaris tidak sanggup memperpanjang kontrakan, hingga akan diusir pemilik rumah.
Penolakan juga dilakukan pasien yang hendak dibantu, keluarga penderita merasa curiga, ada maksud tertentu dibalik bantuan yang akan diterima.

Hingga bertemu dengan dua pasien dari luar Jawa, menjadi penghuni pertama yayasan, kemudian satu persatu datang dan bertahan sampai sekarang.
Kemudian mulai mendapat kepercayaan dari satu donatur, merembet pada donatur lain, dan kini yayasan sudah menyebar, ke Aceh, Manado, Palembang, Makasar, Malang.

Di Jakarta sendiri, dua gedung dengan tiga lantai berdiri di atas lahan milik yayasan, masih berada di daerah Percetakan Negara.

Dalam keadaan kepepet, saya kerap dipertemukan dengan keajaiban, hingga saya semakin yakin dengan jalan saya tempuh,” ujar ibu Ira mantap
suasana di rumah singgah- dokpri

Kisah tentang keajaiban juga pernah saya dengar, dari seorang teman ( saya kenal baik) yang sangat sayang dan berbakti pada ibunya.
Si teman ini (secara tidak sengaja saya pernah bersua sedang di teller Bank) rutin mengirim uang bulanan, kepada ibu yang sudah sepuh.
Ada juga teman yang single parent, (saya tahu) punya kebiasaan mulia, yaitu berbagi nasi kotak setiap jumat pagi,
Dari penuturannya, kerap menemui jalan tidak terduga, ketika sedang kesulitan atau kesusahan, karena permasalahan yang sedang dihadapi.

Dan masih banyak kisah lain, kalau saja saya sebutkan satu persatu, maka artikel ini terlalu panjang dan tidak akan selesai,  

-0o0-

Dan dari sekian banyak persuaan, dari banyak manusia luar biasa saya jumpai, dari percikan mutiara hikmah tersebar di samudera kehidupan ini.
Membawa saya pada satu kesimpulan, bahwa keajaiban tidak datang dengan tiba-tiba, keajaiban memiliki musabab yang bisa diupayakan.

Bu Ira pendiri yayasan kanker berkisah, pernah sepeser uangpun belum dipegang, sampai sehari sebelum sewa kontrak rumah singgah berakhir.
Keesokan hari (sebelum pemilik rumah mengambil kunci), pada pagi hari ada tamu datang, dan menyerahkan uang dengan besaran persis senilai biaya sewa rumah selama satu tahun.
acara di panti asuhan daerah Ciputat- koleksi pribadi


Teman yang berbakti pada ibunya, kemudian teman single parent yang dermawan, ternyata juga mengalami keajaiban serupa.
Dalam kisah yang dituturkan pada saya, saat dalam keadaan kepepet, tiba-tiba ada saja uluran tangan yang tidak masuk akal datangnya.

Ya, hanya kebaikan yang mengantar keajaiban tersebut. Keajaiban ternyata satu paket, mengiringi derma yang pernah atau sedang diupayakan.

Jangan remehkan kebaikan meskipun kecil adanya, kalau itu (kebaikan kecil) dilakukan secara berulang-ulang, niscaya akan mengundang keajaiban datang pada saat tidak dinyana. 

2 komentar:

  1. Saya tahu dan pernah bertemu ibu ira. Beliau sangat ramah dan baik. Kerja kerasnya nyata. Anak-anak asuhnya (kalau boleh disebut begitu) benar-benar beruntung memiliki beliau.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA