7 Jan 2019

Memberi ‘Nilai’ di Setiap Jerih Payah

Illlustrasi -dokumen pribadi

Anda pasti sudah hafal, bagaimana suasana pagi di Ibukota pada hari kerja. Sebagian besar warga tumpah, bergegas menuju tempat aktivitas masing-masing.
Suasana pagi yang sama dapat kita jumpa, di kota-kota lain bahkan sampai pelosok kampung terpencil sekalipun.

Saya ingat satu puisi “Sang Nabi” karya Kahlil Gibran, mengatakan bahwa kerja adalah cinta yang mengejawantah.
Dengan bekerja, manusia menyesuaikan dan menyatukan diri dengan pergerakan alam semesta, dari perputaran menyebabkan bumi  memiliki energi.

Pergerakkan manusia mengelola bumi, melahirkan energi, sebagai musabab pepohonan tumbuh meninggi, bunga merekah, buah mempersembahkan kelezatan.
Bahwa bekerja adalah sunatullah, kita semua menyepakati, hal ini pula menjadi alasan manusia menyeimbangkan dirinya dengan alam.

Kalau semua bekerja, mengapa masih ada miskin dan kaya?
Begini, setiap manusia dibekali kemampuan berbeda. Tugas sebagai khalifah, adalah tugas pengelolaan sesuai kemampuan.

Tentang perolehan atas yang telah diupayakan, itu urusan lain.  Tidak bisa dijadikan paramater sebuah keberhasilan.
Kedudukan manusia di mata kehidupan, ditentukan oleh banyak hal, bukan dari kepemilikan benda saja.

Ada yang jauh lebih utama dari sekedar bendawi, adalah seberapa besar kemanfaatan ditebarkan untuk sesama.

-0O0-
suasana sebuah pasar -dokpri
Saya pernah, berada di tengah keriuhan sebuah pasar. Saat itu sedang sibuk-sibuknya, lalu lalang manusia berjibaku dengan urusan masing-masing.

Pedagang repot melayani pembeli, penjual keliling menjajakan makanan minuman, tukang kuli angkut menggotong karung ke tempat pengiriman.

Pemilik toko punya tanggung jawab, menjual barang dengan kualitas sesuai kelasnya.
Kalau dia berlaku curang, siap-siap dikomplain pembeli atau harus mengembalikan barang yang telah dikirim dari tempat jauh.

Penjual makanan keliling atau kuli angkut barang bertanggung jawab, apa yang dikerjakan sampai pada tangan orang yang tepat.
Penjual makanan minuman disuka pembeli, kalau olahannya cocok do lidah konsumen. Tenaga kuli angkut akan dibayar, kalau pekerjaan beres tidak bermasalah.

Semua kegiatan meski dilakukan pada waktu yang sama, namun perolehan didapatkan setiap orang berbeda-beda.

Karena pendapatan sejajar kemampuan yang dikerahkan, selaras dengan resiko yang ditanggung pelakunya.

Namun untuk menentukan kuaiitas ke-manusia-an, bukan sekedar seberapa hasil didapatkan atau seberapa besar tanggung jawab.
Tetapi seberapa sanggup dan teguh, manusia bersetia pads amanah (atas pekerjaan) yang diemban.

Setiap jerih payah memiliki balasan, sesuai kesungguhan dikerahkan untuk menjaga amanah pekerjaan.
Menjaga amanah akan memberi nilai, pada setiap pekerjaan yang dilakukan, tanpa memandang jenis profesi.

Kuli panggul yang amanah, adalah yang menjaga dan memastikan barang dalam kondisi baik sampai penerima.

Penjual baju yang amanah, adalah yang tidak memanipulasi barang dagangan, memberi bandrol sesuai kualitas.
dokumentasi pribadi

Silakan anda lanjutkan sendiri, misalnya guru yang amanah, penjahit yang amanah, tukang ojek online, penulis, pewarta, petugas keamanan dan seterusnya.

Semua profesi yang melibatkan keamanahan di dalamnya, akan membuat pekerjaan tersebut memiliki ‘nilai.’

Nilai di setiap jerih payah, tidak bisa diukur dari sekedar upah atau perolehan. Nilai di setiap jerih payah, berkaitan dengan kualitas pekerjaan,

Sebuah jerih payah yang bernilai, akan menentukan tingkat kepercayaan, kemudian membawa pelakunya pada derajad kemanusiaan yang terpuji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA