25 Agu 2022

Bahkan yang Kau Pikirkan Sejatinya bisa Menjadi Doa

Saya pernah mengantar anak, ikut kelas menggambar di Kandang Jurang Doank Ciputat- Tangsel. Ada om Dik Doank, mengisi kelas sore itu. Sebelum kelas dimulai, kami ditunjukkan sebuah lukisan karya Dik Doank. Adalah sketsa gambar rumah termauk halaman dan pernak-pernik, lebih kurang mirip dengan rumah yang saat ini kami lihat (Rumah Dik Doank bersama keluarga).

Menurut pengakuan mantan presenter bola ini, lukisan yang kami lihat, dibuat jauh sebelum membeli tanah dan membangun rumah diatasnya. Siapa nyana kemudian terbuka pintu rejeki, akhirnya lukisantersebut bisa diwujudkan menjadi nyata.

“Melukis itu seperti berdoa,” ujar Om Ganteng

Pertengahan Agustus 2015, Saya pernah mengikuti lomba blog. Diselenggarakan maskapai penerbangan, mengangkat tema destinasi wisata di Indonesia yang ingin dikunjungi. Hadiahnya adalah tiket pesawat P-P, dengan rute perjalanan diinginkan pemenang. Tidak hanya tiketnya saja, masih ditambah akomodasi, transportasi selama di destinasi tujuan.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan, mencari ide mencari stok gambar sesuai dengan tulisan. Saya musti menelusuri folder lama, yang menyimpan gambar diinginkan.

Beberapa tahun lalu, saya pernah  beberapa kali ke Medan. Sepanjang di Medan, sebagian besar dihabiskan untuk meeting. Jalan-jalan keliling kota, setelah selesai pekerjaan menjelang malam. Saya sangat tidak leluasa menikmati Medan, karena tujuan kepergian untuk bekerja.

Dan saya memendam harap, suatu saat kembali dan mengunjungi Danau Toba. Lokasi danau terkenal ini, lumayan jauh dari Medan. Sehingga membutuhkan waktu khusus, tidak bisa sekedar mampir saja.

Selang beberapa waktu, hari pengumuman pemenang tiba. Dan Nama saya tidak tercantum, bahkan kategori hadiah hiburan sekalipun. Sempat ada perasaan kecewa, tetapi tak ada guna. Toh saya sering kalah lomba, jadi bisa menepis kecewa.

Kalah dan menang dalam kompetisi adalah hal yang sangat wajar, ada hal yang lebih penting dari sekedar hasil, yaitu mempersembahkan yang terbaik sesuai kemampuan.

Saya ingat petuah Gus Dur, “Berusahalah mencapai harapan dengan sekuat tenaga, sunah yang akan menyertai biasanya adalah keberhasilan.  Kalau kita sudah berusaha dengan keras, ternyata masih belum berhasil, berarti ada orang lain yang berusaha lebih keras.”

Awal November 2018, ada pesan masuk dari nomor saya kenal. Menawari pekerjaan ke luar kota, dan kota tersebut di seputaran danau toba. Tiga hari dua malam, akhirnya saya melewatkan waktu di kawasan danau toba dan sekitarnya.

Saya masih ingat girangnya hati, dari kali pertama landing di Bandara Siborong-borong Tapanuli Utara. Tidak habisnya saya mengucap syukur, seperti sebuah harapan yang dibayar lunas. Bahkan ketika, saya sudah tidak lagi memikirkannya.

Entahlah, saya jadi ingat kelas menulis om Dik Doank. Kemudian saya sambungkan, dengan tulisan diikutkan di lomba menulis. Sangat mungkin, tuliskan keinginan menginjakkan kaki di Danau Toba menjadi doa.

Sungguh saya merasakan ketakjuban, atas kehendak pemilik kehidupan, terhadap setiap hamba-Nya yang memendam harap. Setiap manusia diberikan kesempatan memiliki harapan, sekaligus disampaikan jalan untuk mewujudkan.

Termasuk kita membatin, atau memikirkan, atau mencetuskan sesuatu di benak (yang baik ya). Sejatinya itu bagian dari esensi doa, dan tugas kita adalah berusaha mewujudkan. Selanjutnya biarkan hukum kehidupan bekerja, sampai tiba pada waktu tidak disangka.

Mari merangkai doa demi doa, dalam lukisan, tulisan, pikiran dan semua hal, dan terus berusaha agar yang ada di benak kan menjelma.

amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA