7 Agu 2022

Sunatullah Bekerja dengan Kesungguhannya

Sunatullah atau hukum alam,  bekerja dengan sebegitu sempurnanya. Apa dan siapa yang berbuat, niscaya akan mendapati akibatnya. Bagi orang tak berbuat tapi ikut menangung akibat, pada akhirnya mendapatkan ganjaran sesuai.

Semesta bekerja sesuai sunnatullah, tak melanggar dan tak bisa dilanggar. Manusia dengan anugerah akal, sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Manusia bisa memilih, menjadi dan melakukan apa diinginkan.

Setiap pilihan manusia tak lepas dari resiko, akibatnya tidak bisa dilimpahkan atau diwakilkan pertanggungan. Mekanisme kehidupan jelas tersurat tersirat di kitab suci, disampaikan oleh manusia pilihan (baca; nabi).

Orang dengan pembawaan yang baik, resikonya adalah diterima (banyak) lingkungan pergaulan. Orang kurang pintar menjaga sikap, membuat orang lain tidak nyaman berdekatan.

-0-o-0-

HIV/ AIDS adalah sebuah akibat dari sebuah sebab, kehadirannya tidak datang begitu saja. Virus belum ditemukan obat, telah menjadi pandemi kesehatan seluruh dunia. Penghindaran atas orang yang terinfeksi HIV/ AIDS (ODHA), pengasingan, penolakan, diskriminasi adalah bentuk hukuman sosial.

Tak anyal, berimplikasi pada orang peduli ODHA mendapat perlakuan serupa. Reaksi sosial masyarakat bagian dari resiko pilihan, cara mengatasinya adalah menghadapi dengan ketegaran jiwa.

Tak hanya pada orang peduli ODHA saja, aktivis semisal juga mengalami hal tak mengenakkan. Semoga  tidak menyurutkan langkah, justru memperkuat semangat perjuangan. Meski sangat sulit, menghadapi resiko adalah pilihan terbaik diantara yang buruk.

ODHA sangat butuh pendampingan, agar dirinya tidak merasa sendiri.  Celah dalam jiwa yang dibiarkan kosong, akan menumbuhkan keputusasaan. Penting bagi ODHA, memiliki tekad kuat untuk berubah.

Sepenuh kesadaran, rela melepaskan diri dari kebiasaan dan lingkungan yang lama. Sungguh-sunguh membuka lembaran, melangkah di jalan yang baru. Istilah “tidak ada terlambat untuk berubah”, musti menjadi pegangan dan membuat komitmen membulat.

Sebuah survey menunjukkan, 10 dari 4 Mahasiswa di Sulawesi takut berhubungan dengan ODHA. Enam lainnya tak tegas menjawab, tetapi (secara tersirat) memilih menghindar dengan halus.

Maka sudah saatnya ODHA, memulai mengubah diri dengan gaya hidup sehat. Memilih pergaulan yang sehat, memilih bahan bacaan sehat, yang akhirnya membentuk pikiran yang sehat.

Demikian pula aktivis atau volenteer, lebih giat memberi penyuluhan pada masyarakat. Agar masyarakat melek pengetahuan, bahwa ODHA  musti dibantu untuk bangkit.

Sangat penting, ODHA memiliki komitmen kuat. Memupuk sikap optimis dalam berusaha, mengiringinya dengan sikap pasrah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA