2 Des 2019

Semarak Edukasi Pengawasan Pemilu Oleh Bawaslu, dengan Pendekatan Budaya


gambangg kronong-dokpri


Serunya atraksi palang pintu, baru sekali saya menikmatinya langsung—kemana saja saya, selama 17 tahun berkegiatan di Jakarta.
Budaya Betawi yang sudah melegenda ini, dijadikan tanda pembuka acara – Bawaslu, Pengembangan Partisipatif Melalui Sarana Kebudayaan – Bawaslu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu –“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu

Bicara Bawaslu, membawa ingatan saya pada gelaran Pilpres 2019 yang telah kita lewati. Pelaksanaan pilpres serentak, bisa dikategorikan lancar dan berhasil.

Meskipun kita tidak bisa menutup mata,  di lapangan terdapat pelanggaran. Mulai dari TPS tingkat RT, di tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten hingga Provinsi.
Namun, hal ini justru menjadi tantangan, khususnya Bawaslu untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengaduan pelanggaran pemilu.

Kesadaran pelaporan pelanggaran Pemilu, tidak sembarang orang mau melakukan. Masyarakat masih enggan berususan hukum, atau tak mau ambil resiko diteror atau intimidasi.

--------------
Tersebut nama, Bendara Raden Mas Said, putra adipati Tuban. Kemudian di masa dewasa,  dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.
Sunan yang mendapat tugas, menjaga tongkat Sunan Bonang  sehingga diberi julukan atau nama alias Kalijaga.

Ya, sunan Kalijaga memilih dakwah, dengan cara yang sangat unik. Yaitu memilih jalan kesenian, sebagai cara untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Beliau sangat toleran dengan budaya lokal, menurutnya masyarakat akan menjauh kalau diserang pendirian.

Maka penyebaran ajaran agama islam kala itu, bertransformasi dan diselipkan melalui cerita wayang atau tembang untuk disampaikan kepada masyarakat.
Beberapa lagu suluk ciptaannya sangat kita kenal sampai sekarang, seperti ilir ilir dan gundul gundul pacul.

Metode dakwah dengan cara ini sangat efektif, sebagian besar masyarakat termasuk beberapa Adipati di tanah Jawa, dengan sukarela memeluk agama Islam berkat ajakan Sunan Kalijaga.

Edukasi Pengawasan Pemilu Melalui Pendekatan Budaya


Bapak Syarifudin (baju putih) membuka acara dengan pemukulan gong-dokpri
Menurut Bapak Syarifudin, Ketua Bawaslu Kabupaten kepulauan Seribu, bahwa pelaksanaan Pemilu Presiden yang baru lalu di Kabupaten Administrasi Kep.Seribu berlangsung dengan baik.
Secara umum, dinyatakan tidak ada pelanggaran pemilu. Hal ini terjadi, berkat partisipasi pengawasan masyarakat.

Dan dalam rangka menciptakan kondisi yang berkelanjutan di Kabupaten Administratif Kep. Seribu, terus digencarkan edukasi partisipasi pengawasan pemilu melalui pendekatan budaya.

Jumat siang itu, Bloger diajak menyaksikan tradisi Palang Pintu, lengkap dengan jual beli pantun yang menerbitkan senyum di bibir setiap orang yang hadir.
Suasana Betawi semakin kental, dengan diperdengarkan orkes gambang kromong.

Tak ketinggalan gelaran lenong, lagi-lagi berhasil mengocok perut. Saya sendiri dibuat terpingkal, mendengar celoteh dua abang dan satu mpok di atas panggung.
Bayangkan, pesan pesan tentang pemilu, dijadikan bait bait pantun, selain menghibur tentunya mengedukasi. 
Muhammad Jupri-dokpri
Ketua Bawaslu DKI Jakarta, Muhamad Jupri dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pengembangan partisipatif masyarakat dengan pendekatan budaya cukup efektif. Bawaslu DKI Jakarta, juga terus berinovasi dengan program pengembangan partisipasi pengawasan Pemilu.

Rekam jejak pemilu yang baru dilaksanakan, di Kepulauan Seribu tidak ditemui kasus pelanggaran pemilu. Sehingga tidak ada pemilu ulang dan tidak ada caleg gagal dilantik.

Masih menurut Muhammad Jupri, partisipasi masyarakat Kep. Seribu dalam pelaksanaan pemilu adalah yang paling tinggi di seluruh wilayah.
Hal ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan, untuk menyongsong Pilkada 2022 atau Pilpres 2024.

Pendidikan masyarakat tentang pengawasan Pemilu, dilakukan sejak dini bekerjasama dengan Lembaga, Organisasi Masyarakat dan Perguruan Tinggi.
Pendekatan budaya (dalam hal ini  budaya Betawi), terbukti menyentuh dan mengedukasi masyarakat tentang program pengawasan Pemilu.

Melalui sarana budaya pula, masyarakat dengan kerelaan mau bekerjasama dengan pengawas pemilu.

tradisi palang pintu-dokpri

Muhammad Jupri menambahkan, dalam waktu dekat (3/12’19) Bawaslu DKI Jakarta akan meresmikan Kampung Sadar Pengawas Pemilu di Cilangkap Jakarta Timur. Tujuannya agar masayarakat semakin sadar, bahwa penting terlibat dalam pengawasan pemilu.
Fungsi pengawasan, bukan kepentingan petugas pemilu saja tetapi masayarakat harus berperan aktif.

Kemudian mendorong masyarakat, tidak enggan melaporakan pelanggaran yang terjadi di lapangan. Dan pendekatan budaya seperti acara ini, bisa ditingkatan dan dilakukan di beberapa tempat.
-------

Satu hal yang saya kagumi, dari kemampuan otentik para pemain lenong Betawi. Yaitu spontanitasnya yang tinggi, ketika membalas celetukan diumpankan lawan main. Maka guyonan di atas panggung sangat alami, logat nyablak yang khas terasa pas.

Sepanjang pertunjukan lemong, saya dibuat ngakak, dan bahan yang disajikan seperti tidak ada habisnya.
Maka tak salah, kalau materi pemilu bisa dijadikan bahan pantun atau ngelenong. Masyarakat dari kalangan akar rumput, dengan mudah mencerna dan tertanam di alam bawah sadar. Smoga bermanfaat
dokpri

2 komentar:

  1. Wahhh bagus banget nih buat edukasi terkait pemilu, bisa menjadi pembelajaran yang baik

    BalasHapus
  2. Ga terasa yangikutin acara sosialisasi kalo ada hiburan budaya gini ..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA