7 Des 2019

Belajar Mengelola dan Melepas Ransel Emosi Melalui Buku "Anger Management"

dokpri
ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)    – HR. Bukhari no 52 dan muslim 1599

saya pengin tanya, siapa yang dalam hidupnya tidak pernah marah sama sekali ? Saya yakin, jawabnya tidak ada.
Setiap orang pasti pernah marah, karena marah itu adalah fitrah. Masalahnya adalah, bagaimana cara orang tersebut mengekspresikan kemarahan.

Setiap orang, berbeda cara meluapkan kemarahan. Dan dari cara pengekspresian tersebut, kita bisa menganalisa pribadi seperti apa seseorang tersebut.

Buku berjudul “Anger Management”, karya Dandi Birdy dan Diah mahmudah. Saya rasa sangat perlu dibaca dan dipahami. Mengajak dan menuntun pembacanya, belajar memetakan diri sendiri. Saya seperti disodori cermin, melihat sejauh mana bisa mengelola amarah.
-----

Suatu hari, saya pernah dibuat marah yang semarah-marahnya pada anak ragil. Masalah bermula, gadis kecil ini pengin minuman yang dibeli kakaknya. Padahal dia sendiri, sudah membeli minuman tapi jenisnya lain.
Sembari merengek dan mewek, merajuk dan minta minumannya ditukar dengan milik kakak. Sembari bersungut dan ngedumel, saudara tua menyerahkan minuman. Prosesi pertukaran gelas diiringi letupan kesal, membuat minuman itu tumpah memenuhi meja.

Saya, ayah yang dengan ransel emosi sedang penuh. Sontak terusik dan meluapkan amarah. Suasana yang seharusnya riang, berubah kaku dan tegang. Gadis mungil tertunduk, punggungnya bergerak menahan sesenggukan.
Sesekali, telapak tangan itu mengusap pipi. Citarasa makanan, mendadak hambar di lidah saya. Nafsu makan mendadak menguap, tak sesendokpun saya menyuap makanan.

Sesungguhnya setiap manusia lahir dengan jiwa yang suci. Seiring dengan perjalanan waktu, ia mendapatkan beragam pengalaman hidup, baik yang menyenangkan maupun tidak, yang tentunya akan memberikan warna kepada setiap jiwa di sepanjang kehidupanProlog - Anger Management (halaman 10).

Ya, saya sepakat. Bahwa setiap orang berbeda, termasuk pada cara mengekspresikan kemarahan. Semua dipengaruhi oleh faktor psikohistoris, sehingga masing-masing tidak sama outputnya.
Mungkin pada situasi yang sama, dengan pengalaman yang sama seperti saya di atas. Anda memiliki cara merespon lebih elegan, lebih tenang dan tak terpancing amarah. Atau mungkin saja, terkesan cuek karena sudah biasa dengan kejadian serupa.

dokpri
Bab I : Diantara Banyaknya Sebab Amarah
Bab pertama "Anger Management” pembaca diajak mengenal masa rollercoaster kehidupan. Bahwa hidup ini diciptakan dinamis, pun dengan kondisi emosi setiap orang.
Selalu ada perubahan rasa, suka duka, sedih gembira, berkembang luas sepanjang masa, dan itulah yang disebut cuaca kehidupan.

Persis seperti roallercoaster, kadang naik dengan cepat dan kemudian menukik dengan tajam. Bisa terbayang kan, respon setiap orang yang naik roallercoaster beragam.
Ada yang teriak kencang, ada yang meringis ketakutan, ada tahan nafas dengan wajah pucat pasi.

Tetapi jangan salah lho, ada yang wajahnya justru sumringah. Ada yang bersorak sorai kegirangan, bahwa sempat-sempatnya selfie sembari membuat vlog.
Saya jadi ingat film mr Bean, karakter ini malah tidur saat naik roallercoaster—hehehe.

Ransel Emosi, seperti dimention di atas. Bahwa setiap orang, sebenarnya punya bawaan kasat mata yang dimasukkan ke dalam “ransel emosi”.
Adalah tempat menyimpan aneka perasaan, seperti gelisah, cemas, sedih, senang, sukacita dan sekumpulan rasa buah dari pengalaman masa lalu.

Ketika emosi negatif, tersimpan di dalam ransel emosi dan belum atau tidak segera dipulihkan. Maka berpotensi menimbulkan masalah baru di hari kemudian.
Seperti kasus saya, mungkin kala itu masih ada kekesalan yang belum tuntas. Ketika berada pada situasi tak mengenakkan, emosi marah dengan cepat tersulut.

Masih di Bab I “Anger Management” pembaca diajak membuka diri, terhadap kekeliruan tentang paradigma emosi.
Pada bagian ini, saya merasa menemukenali musabab penuhnya ransel emosi. Penyebabnya adalah, kita membiarkan ransel emosi penuh akibat kekeliruan paradigma emosi.

Bahwa laki-laki tabu menangis, aib minta bantuan perawatan kesehatan mental, bahwa marah itu tabu, toxic positif dan sebagainya.

KANVAS RASA- membaca dari judulnya saja, benak saya seperti dibawa ke selembar kanvas putih bersih.
Kemudian di atasnya siap dituang aneka warna, sehingga permukaan kanvas itu berubah rupa dan penampilan.

Memasuki halaman 41, saya disuguhi gambar kuas dan palet yang siap digunakan untuk melukis di atas kanvas. Dengan sekali membalik halaman, saya seperti ditarik naik mesin waktu ke masa kecil.

Masa kecil ibarat kanvas (atau kertas) putih, fungsi pengasuhan ayah dan ibu berperan sangat besar. Hingga kanvas si anak, siap menghadapi dunia luar, yang akan menuangkan aneka warna di atas kanvasnya.
Luka batin di masa kecil, kalau diabaikan akan memenuhi ruang ransel emosi anak. Maka kehangatan dan kehadiran ayah bunda diperlukan, agar emosi anak menjadi stabil dan bersiap diri menghadapi kehidupan yang dahsyat.

Seiring berjalannya waktu, si kecil beranjak besar. Kanvas itu semakin kaya warna dan goresan, seperti menghadapi bullying, tekanan teman dan lingkungan, tuntutan akan target pekerjaan, masalah dalam kehidupan pernikahan dan seterusnya.

Saat ransel emosi semakin penuh, perlu kelihaian mengelola agar bisa memberi dampak positif.  Sehingga outputnya berupa kebaikan, yang akan mempengaruhi pada hari mendatang.

dokpri

 O’ya, kembali ke kemarahan saya kepada anak ragil. Jujur saja, ketika melihat buah hati kesayangan sesenggukan, jauh di dalam hati saya langsung luluh.
Amarah yang sempat memerah, mendadak padam seperti disiram air es. Saya adalah ayah yang khilaf itu, tak mau membuang banyak waktu.

Dua tangan ini segera merengkuh tubuh kecil, memeluknya  dan meletakkan di atas pangkuan. Saya benar-benar menyesal, kalah hanya dengan segelas minuman yang harganya tak seberapa.
Ya Rabb, saya ingin membayar tuntas rasa bersalah, saat itu juga.

Mutiara- Khahlil Gibran (Anger Management, halaman 114)
Seekor tiram berkata pada sahabatnya
“Ada sesuatu dalam diriku yang membuat aku merasa pedih, terasa berat dan membuatku menderita”

Tiram sahabatnya menimpali dengan bangga dan angkuh “Terima kasih pada surga dan lautan, aku tidak pernah merasa kesakitan.
Aku merasa sehat dan segar”

Saat seekor kepiting lewat dan mendengar percakapan kedua tiram itu, dan berkata pada yang sehat dan bugar,
“Kesakitan yang dirasakan sahabatmu adalah mutiara dengan keindahan yang tak terlukiskan.”

Setiap kita bisa menemukan mutiara di dalam diri, apabila punya ilmu atau keahlian dalam pengelolaan emosi.
Skill Self Healing Therapy (SEHAT), bisa dilakukan secara mandiri kapanpun dan di manapun.

Masih banyak, bagian dari bab di buku ini yang belum saya ulas. Karena tidak akan cukup, hanya satu artikel menuliskannya. Saran saya, anda membaca langsung bukunya.

-----
dokpri

Buku “Anger Management”, terbagi menjadi 7 Bab. Satu bab ke bab berikutnya, dibuat runut dan siistematis.
Pembaca, seperti diajak mengikuti aliran air di anak sungai.  Pemilihan jenis kertas dan front huruf dan ukuran (tebakan saya) 14, membuat mata tidak mudah lelah dan bisa membaca dengan rileks.

Di setiap akhir Bab disediakan lembar “Ruang Rasa”, pembaca bisa menuangkan uneg-uneg yang mengganjal. Sehingga plong, dan siap mengikuti bab selanjutnya.

Ada yang unik di lembar pertama setiap Bab, ada satu halaman penuh dengan warna gelap ditimpa tulisan warna kuning kunyit (atau sebaliknya).
Hal yang sama berlaku, pada point penting yang menjadi highlight yang disampaikan.

Membaca tulisan di halaman spesial ini, huruf per huruf  terkesan menonjol. Sehingga isi yang ingin disampaikan, sangat mudah ditangkap indera penglihatan kemudian dicerna. Pemilihan cover cukup tepat, mewakili keseluruhan isi yang ingin disampaikan.


Judul Buku : Anger Management- The Life Skill
Penulis : Dandi Birdy & Diah Mahmudah
Editor : Mia Marianne
Penyelaras : Ophi Ziadiah
Illustrator : Kinanti Keisha MF,S. Julian Hasanah
Desain Halaman : M.Ridho
Desain Cover : Yochanan Pramono

Penerbit : Zenawa Media Giditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA