Home

25 Nov 2019

Tingkatkan Kualitas Hidup Dimulai dari “Urusan Belakang”

dokpri

Maaf sebelumnya, bukannya saya sok higenis atau sok bersih. Tetapi saya paling tidak bisa nahan bau aneh menyengat, lebih lebih aroma dari limbah BAB manusia. Saya yakin bukan saya saja, dan hal tersebut sangat wajar.
Siang itu, di perkampungan padat di daerah Jakarta Selatan. Bloger dan Vloger diajak mengunjungi perkampungan, ada dua RT bersebelahan yang satu sadar sanitasi seat dan lainnya abai.

Sungguh saya miris sekaligus prihatin, pipa saluran buang hajat yang lubangnya langsung ke sungai. Coba kalau pagi hari waktunya buang hajat, alangkah joroknya pemandangan.  Sementara sungai membelah dua kampung, otomatis aroma tidak sedap “dinikmati” warga di dua wilayah beda RW tersebut.

Yang ada dipikiran saya, adalah dampaknya terhadap kesehatan warga (terutama ibu hamil, balita, anak-anak dan orang yang sudah tua). Setiap pagi udara di kampungnya dipenuhi aroma tak sedap, cepat atau lambat pasti berdampak pada kesehatan paru-paru.
Maka, sangat penting mengelola sanitasi. Selama ini, urusan sanitasi masih dianggap “urusan belakang”. Padahal perannya sangat vital, karena melibatkan kualitas hidup orang banyak. Boleh saja sanitasi dianggap “urusan belakang”, tapi penangannya musti terdepan.

------

Sudah pada tahu kan, tanggal 19 November adalah Hari Toilet Sedunia. USAID IUWASH PLUS ( Indonesia Urban Water sanitation and Higenis Penyehatan Lingkungan untuk Semua) bekerjasama dengan PD PAL Jaya, mengadakan acara kumpul Blogger dan Vlogger.
USAID IUWASH PLUS, memiliki program berdurasi 5 tahun, dirancang untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses air minum dan layanan sanitasi, serta perbaikan higenis bagi masyarakat miskin dari kelompok rentandi perkotaan.

Tema yang diangkat dalam acara Blogger and Vlogger Gathering, sangat mewakili kerisauan sebagian besar penggiat lingkungan dan alam, yaitu “Sanitasi Aman Mulai Kapan?”
Bagi saya, yang bergabung dalam sesi visit ke kampung sadar sanitasi aman dan abai, adalah bukti bahwa di lapangan kesadaran masyarakat soal sanitasi masih rendah. 

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2018, terdapat kemajuan akses sanitasi (jamban atau toilet) mencapai 74,5% dan 7% diantaranya masuk kategori sanitasi aman. Sayangnya, pencapaian ini tidak dibarengi dengan penurunan angka diare dan stunting.
Sementara data Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2017, sebesar 75% sungai di Indonesia masih tercemar,  dan 60% polutan disumbangkan oleh air limbah domestik ke sumber air.

Maka dari itu, sekali lagi sangat penting tata kelola sanitasi yang aman, terdiri dari penampungan air limbah domestik di tangki septik sesuai SNI. Kemudian penyedotan/ transportasi lumpur tinja sampai ke unit penholahan, serta unit pengolahan limbah (IPLT) yang berfungsi.
Satu lagi kebiasan yang harus dimulai dari rumah, yaitu mencuci tangan dengan sabun, untuk meningkatkan  tingkat kebersihan (higenis) masyarakat.

Persis seperti pesan Zaidan Umami, Sanitarian yang bertugas di Puskesmas Tebet, bahwa seharusnya masyarakat diajak “membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa”.
Menurut Umami, kategori sanitasi aman adalah sistem sanitasi yang memutus sumber pencemaran limbah domestik ke sumber air. Sehingga terbuka akses ke air minum bersih, kemudian pada layanan sanitasi serta perbaikan perilaku higine bagi masyarakat miskin dan rentan di perkotaan.



Pada kesempatan yang sama, Ika Fransiska, Advisor bidang Pemasaran dan Perubahan Perilaku USAID IUAWASH PLUS, menjelaskan di hadapan Bloger dan Vloger, bahwa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), adalah program yang menyasar langsung ke tingkat rumah tangga. Berfocus pada perubahan perilaku bukan pembangunan sarana, yaitu membiasakan perilaku masyarakat menciptakan lingkungan sanitasi yang baik.

Untuk mewujudkan STBM, perlu upaya dan kerja sangat keras. Mengedukasi masyarakat, tentang tata kelole sanitasi. Misalnya jarak ideal tang septik dari rumah adalah 10 meter, karena dalam tinja terdapat bakteri (salah satunya) E Coli. Dalam 100 gram tinja, terdapat ribuan telur cacing yang didalamnya ada bakteri penyebab diare.

Nah untuk membantu pengolahan limbah BAB, PD PAL Jaya menyediakan truk pengurasan septic tank. Truk tangki yang dikelola pemerintah daerah ini, memasang harga yang sangat terjangkau (tidak sampai 400ribu).
Masyarakat yang ingin menggunakan jasa truk penyedotan, sebaiknya menghubungi hotline 021- 837 02136. Jadi jangan coba-coba telepon, ke nomor yang ada distiker Sedot WC yang dipasang di pohon di tembok atau bak sampah warga.

Menurut Pak Subekti dari PD PAL Jaya, saat ini tersedia 150 truk penyedotan septictank, kemudian akan membawa limbah sampai ke pembuang akhir, untuk selanjutnya diolah. Dan pada tahun 2020, akan dibuat perpipaan guna pengolahan tinja, karena tidak mungkin truk penyedot tinja setiap hari wira wiri melewati jalanan protokol Jakart. “Sisitem perpipaan seperti jalur MRT tapi dengan diameter kecil” kata Subekti

--------
Kembali ke visit di perkampungan

Saya yakin, tidak semua orang abai dengan sanitasi sehat. Termasuk ketika visit di kampung, satu RT sadar dan satu RT belum sadar sanitasi sehat. Ada lho, beberapa keluarga berinisiatif membuat septictanc sendiri. Mereka patungan (total 25 juta), demi sanitasi sehat di keluarga mereka.
Sementara dari pihak RT (yang sadar sanitasi sehat), mengajak warga membuat sanitasi komunal. Pembuangan disalurkan melalui pipa, dialirkan ke septictank bersama.

Memang upaya warga sadar sanitasi baru awal, semoga bisa memantik reaksi warga masih abai. Sehingga sungai yang menjadi milik bersama, bebas dari polusi akibat aroma tak sedap, sehingga kaum prioritas (ibu hamil, balita, orang tua) terdampak kesehatannya.


Semoga bermanfaat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA