5 Nov 2019

Lebih Dekat dengan BPIP (Badan Pembinaan Idelogi Pancasila)

dokpri

Konstelasi Pilpres di awal tahun 2019, (menurut saya) memberikan pembelajaran berharga bagi bangsa besar ini. Rakyat (seolah) terbelah. karena perbedaan pilihan politik. Perseteruan terjadi di medsos, nyaris di sepanjang pesta demokrasi dilangsungkan.
Hujatan cemoohan dua kubu bersebrangan memanas, seakan tidak menyadari bahwa kita bersaudara. Sampai saya sempat terpikir dan prihatin, di mana nilai-nilai Pancasila yang mulia itu, Pancasila yang notabene adalah dasar negara. Perilaku yang jauh dari nilai Pancasila, berpotensi memecah belah persatuan bangsa.

Dan akhirnya saya mendapati jawaban, ketika hadir dalam Seminar dalam rangkaian Hari Sumpah Pemuda, yang diadakan di gedung Arsip Nasional RI (ANRI) Cilandak, pada 29 September 2019. Saya tersadarkan, betapa kita perlu memperkokoh nilai nilai Pancasila, agar hidup di dalam setiap diri.
BPIP atau Badan Pembinaan Ideologi pancasila, menjadi sarana untuk mengingatkan dan menanamkan kembali keluhuran nilai Pancasila ( tiba-tiba, benak saya langsung ingat butir butir Pancasila—hehehe)

----

Jujur, selama bekerja dan berkegiatan di Jakarta, saya baru pertama masuk gedung ANRI di jala Ampera Cilandak Jakarta Selatan. Kesan pertama datang adalah menakjubkan, ketika diajak menyusuri ruang diorama ANRI.
Saya seperti diajak, menelusuri jejak sejarah masa lalu perjalanan Bangsa Indonesia. Mengenal nama-nama Pahlawan, yang telah menanam jasa bagi bangsa Indonesia. Saya masuk ke ruang, ketika para pemuda bersatu, mengumandangkan Sumpah Pemuda. Dan bulu roma sempat merinding, ketika diperdengarkan rekaman lagu Indonesia Raya asli dengan tiga stanza.
dokpri

Kemudian saya bergeser, sebuah ruang yang menggambarkan suasana tahun 1965. Ketika tujuh jendral diculik dan dikubur di sumur tua di daerah lubang buaya, kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Masa kritis ini justru menjadi pembuktian, betapa kalimat Pancasila Sakti bukan sekedar slogan belaka.
Susana pelengseran Presiden Suharto tahun 1998, menjadi bagian dari sejarah kelam bangsa Indonesia. Kala itu krisis moneter melanda, rakyat di berbagai tempat kelimpungan akibat bahan pangan mahal. Saya sedih mengingat dan turut mengalami masa itu, penjarahan terjadi dimana-mana dan kerusuhan (pada etnis) tak bisa dielakkan.

Sekali lagi, penting kita kembali ke nilai nilai Pancasila. Agar perbedaan yang ada tetap terpertahankan, tetapi justru membuat erat tali persaudaraan. Karena sejati perbedaan, adalah kekayaan bangsa Indonesia.

Tentang Badan Pembinaan Idelogi Pancasila

Dr. Lia Khian, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP, dihadapan Blogger dan peserta seminar, menyampaikan, bahwa Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) adalah lembaga yang bertanggung jawab kepada Presiden. Bertugas membantu Presiden, dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan.
BPIP bertugas melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian terhadap kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila kepada lembaga tinggi negara, kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, organisasi sosial politik, dan komponen masyarakat lainnya.
Ki-Ka ; Muchlis PaENi (sejarwan),  Drs Imam Gunnarto, Lia Khian -dokpri

BPIP merupakan revitalisasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) berproses 2017. Sesuai amanat Kepres, kini BPIP menjadi badan setingkat Mentri.  Memiliki ketua, yaitu Hj. Megawati Soekarno Putri,  Wakil Ketua, Jend Purn Tri Sutrisno, dan dewan pengarah yang mewakili tokoh lintas agama, ada ulama, pendeta, Budhis, Hindu, dan sebagainya.
BPIP harus hadir di ruang publik,” telas Lia Khian. Karena BPIP harus didukung seluruh masyarakat, keberadaannya menjadi tanggung jawab kita bersama.

-----
Jasmerah, atau Jangan melupakan sejarah, quote ini cukup familiar di telinga saya. Sepanjang menelusuri diorama di ANRI, pengunjung diajak untuk tidak melupakan sejarah.
Drs. Imam Gunarto, Deputi Bidang Informasi dan Pengembangan Sistem Kearsipan (IPSK), menyampaikan, arsip adalah sebuah rekam jejak, menjadi tugas kita bersama untuk memahami dan menjaga arsip, agar bisa dikembangkan menjadi sebuah peradaban.
Imam Gunarto-dokpri

Saya mengamini penjelasan Imam Gunarto, nyatanya hanya di ANRI saya bisa mendengar suara dan video asli, seorang Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan yang namanya termasyur itu. Bayangkan kalau tidak ada pihak, yang khusus mendokumentasikan arsip berharga ini. sangat mungkin, video luar biasa tak ternilai akan hilang begitu saja.

Selanjutnya masyarakat terlupakan, dengan fakta sejarah yang akan menjadi pondasi membangun bangsa di masa mendatang. Maka dari itu, ANRI ingin mengangkat arsip sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga masyarakat tercerdaskan, dan bangga sebagai bagian dari bangsa yang besar ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA