5 Okt 2019

“Wake Up Wakaf” Saatnya Berwakaf Lebih Mudah dan Ringan

dokpri

Assalamualaikum warakmatullahi wabarakatu, Berita duka cita, Innalillahi wainna ilaihi rojiun, telah meninggal dunia bapak fulan bin fulan usia 77  tahun, pada pukul.......

Pagi yang bening, terdengar suara lantang dari corong masjid tak jauh dari rumah kami. Kabar duka, dari salah satu keluarga yang tinggal di jalan yang sama dengan saya.
Dalam hitungan menit, para tetangga berbela sungkawa mendatangi rumah duka.

Sang istri yang sudah sepuh duduk di samping jenasah, di wajahnya menanggung beban kesedihan sangat mendalam.
Satu persatu anak kandung, kerabat handai taulan datang, dengan mata sembab membawa sisa sesunggukan. Suasana berselubung kesedihan, tak ada seulas senyum mampir di keluarga ini.

Empat puluh hari berlalu, keluarga berduka mengadakan pengajian. Sore itu saya ada waktu, ikut membaca yasin dan mengaminkan doa.
Wajah si ibu terlihat sendu, meski tak seberduka di hari kepergian sang suami. Sementara anak-anak almarhum, guratan sedih nyaris tak lagi membekas.

Yuk, coba menakar, seberapa lama kita memendam duka kehilangan. Seminggu, sebulan, setengah tahun atau satu tahun? Sedalam apa kesedihan, tetap ada batas dan masa. Perjalanan waktu mengantar aneka peristiwa, focus manusia tidak terpaku pada satu peristiwa saja.

Haqul yakin, kita semua akan sampai di titik akhir kehidupan. Menyandang gelar almarhum atau almarhumah, kemudian pasangan dan buah hati dikasihi, kerabat disayangi, sahabat dan teman diakrabi, akan sedih dan lama kelamaan memudar kesedihan itu.

Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali dari 3 perkara, yaitu ; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya” HR Muslim

Mengacu 3 perkara dibawa saat meninggal, senyampang masih ada nafas dikandung badan. Sebagai muslim yang terus berbenah, yuk kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Bersedekah semampu kita, menebarkan sedikit ilmu yang dipunya, memberi teladan kepada anak keturunan agar kelak selalu mengirimkan doa.

****
 
dok WAG
Yang pernah lewat Raya Parung Bogor, tepatnya Jampang Kec. Kemang, Bogor, Jawa Barat. Saya yakin, tak asing dengan Sekolah Smart Ekselensia, berseberangan dengan Zona Madina.
Tahukah kawan’s, kedua tempat penuh kemanfaatan ini, adalah aset wakaf produktif, yang dikelola oleh Dompet Dhuafa (DD).

Apa itu Wakaf Produktif ? jawabnya saya temui di acara “Blogger Meetup, Waqf Productif Sharing Session and Visit”, diadakan DD di Sekolah Smart Ekselensia.
Saya pribadi, sangat minim ilmu tentang wakaf. Dan keikutsertaan saya di acara DD, seperti membuka pintu pengetahuan baru.

Mengenal Wakaf Produktif Surplus

Apa yang terbayang di benak kalian, ketika menyebut kata wakaf ? Kalau saya (dan kebanyakan orang mungkin),  wakaf identik dengan 3 M (Masjid, Makam, Madarasah). Padahal tidak hanya tiga itu saja, ada jenis wakaf produktif surplus yang kemanfaatannya berkelanjutan.

Sudah menjadi ikhtiar DD, ingin mengangkat martabat dan pengabdian manusia dengan memanfaatkan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf). DD telah dikukuhkan sebagai nazhir pada 16 Juni 2004, kini wakaf DD telah memiliki aset wakaf produktif, seperti Rumah Sakit, Sekolah, Kebun dan Masjid. Ya, wakaf produktif itu sangat keren, 
Yuli Pujihardi-dokpri

Kebetulan, saya pernah berkunjung ke aset wakaf DD “Indonesia Berdaya” berupa kebun di daerah Subang Jawa Barat.
Nah, di lokasi yang dijadikan tempat Blogger Meetup,  terdapat aset wakaf DD, di bidang Pendidikan, Kesehatan, Budaya.

Dalam sambutannya, Yuli Pujihardi, selaku Direktur Mobilisasi ZIS DD dan Direktur Kawasan Zona Madina menyampaikan, bahwa perlu digencarkan program yang mengedukasi masyarakat tentang wakaf produktif. DD menggandeng Blogger, untuk menyebarkan informasi tentang wakaf, baik melalui blog maupun medsos.

O’ya, DD kini memiliki 5 pilar wakaf, yaitu Pendidikan, Sosial Kemanusiaan, Kesehatan, Ekonomi dan Dakwah Budaya. Hal ini memungkinkan, penerima manfaat wakaf bisa dari berbagai aspek yang terdapat dalam 5 pilar tersebut.

------
 
Bersama Aris dan Dede- dokpri
Saya sangat senang, melihat anak-anak usia SMP SMA giat menegakkan sholat lima waktu. Di sela break isoma acara Blogger Meetup, saya ikut berjamaah di masjid Smart Ekselensia.
Saya sholat bersebelahan dengan siswa kelas 11, bernama Dede Ridwan asal Pekanbaru dan sempat ngobrol sebentar. Selesai empat rakaat ditunaikan, tak sengaja berpapasan dengan Aris Nasution, siswa kelas 8 berasal dari Medan Sumatera Utara.

Dari hasil berbincang dengan dua siswa Smart Ekselensia, hati saya kagum sekaligus haru. Melihat dua anak ini (dan ratusan anak lainnya), menjadi penerima manfaat wakaf pendidikan. Mereka anak cerdas berasal dari keluarga tidak mampu, dari para wakif berhati mulia, mereka berkesempatan meraih masa depan yang cerah.

Siswa siswa Smart Ekselensia, tidak hanya menerima support materi selama menempuh pendidikan. Tetapi juga pengembangan karakter, disiapkan menjadi pemimpin masa depan. Kemudian ditumbuhkan sikap tanggung jawab, mengabdi pada masyarakat serta bangsa dan negara.
Bobby P Manulang-dokpri

Boby P. Manulang, General Manager Mobilisasi Wakaf DD dan Ketua Forum Wakaf Produktif Indonesia, berkisah tentang tonggak sejarah wakaf yang dipelopori dua sahabat Nabi, yaitu Umar bin Katab dan Usman bin Affan.

Umar bin khatab sang singa Padang Pasir, kala itu ingin menyedekahkan tanahnya di Khaibar, kemudian ditahan Rasulullah, dan meminta agar tanah dikelola sendiri dan jangan dipindah tangankan. Tetapi apa yang tumbuh di atas tanah itu, digunakan untuk penerima manfaat/orang yang berhak.

Wakaf abadi milik Usman bin Affan, adalah sumur raumah yang dibeli dari Yahudi dan ketika itu untuk memenuhi kebutuhan air bagi kaum muslimin. Seiring perjalanan waktu, sumur penuh manfaat pernah dikelola menjadi kebun kurma.
Kini dikelola group Hotel Sheraton, menjadi wakaf produktif yang menghasilkan surplus hingga 150 milliar per tahun. Hasil pengelolaan disalurkan untuk maukuf alaihi, artinya menjadi wakaf Usman bin Affan.

Subhanalloh, bayangkan seberapa terang kuburan Sahabat Nabi berhati lembut ini. Amal jariyah adalah satu dari tiga aspek dibawa saat meninggal, menjelma menjadi penerang alam kubur.
Dan wakaf Usman yang jasadnya sudah dikebumikan rstusan tahun silam, masih dirasakan kemanfaatannya hingga lintas jaman dan lintas peradaban.
beritawakaf

Selanjutnya, Boby Manulang, mengajak Blogger dan masyarakat merevisi ulang, bahwa wakaf identik sebagai ibadah orang kaya. Bahwa wakaf lazim dikerjakan dalam bilangan besar, dan bahwa wakaf tidak seutama zakat dan atau sedekah.

DD mengupayakan, wakaf di-happening-kan melalui Wake Up Wakaf,” tegas Bobby
Caranya melalui pengembangan literasi secara masif, sehingga masyarakat tersadarkan akan kemanfaatan wakaf. Bahwa wakaf itu, seindah dan semudah zakat atau sedekah tanpa perlu menunggu kaya.

Saya merasakan getaran dan gelora semangat, pria lulusan Universitas Padjajaran Bandung ini. Perumpamaan dikemukan sangat masuk akal bahkan kalbu, ketika menyoal ikhtiar wakaf DD untuk besar dan untuk banyak.

“Begini ilustrasinya” lanjut Bobby bersemangat.
Dengan wakaf 10ribu/ bulan, dan dilakukan oleh 50ribu wakif, berarti akan terkumpul 500 juta. Sementara target “Wake Up Wakaf”, adalah menggerakkan sejuta wakif.  Ya, satu juta wakif sangat bisa dicapai, dengan menggandengan perbankan syariah kemudian dibantu Blogger.

Wakaf untuk banyak,  artinya semakin banyak wakif turut serta dalam gerakan wakaf. Sedang wakaf untuk besar, untuk nilai wakaf besar ditanggung sedikit wakif.
Wake Up Wakaf,  adalah bentuk upaya menjadikan wakaf lebih digemari banyak orang.

Maka DD berkreasi,  membuat wakaf bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman. Wakaf bisa lentur, dan bisa masuk ke habit masa kini dan dikemas ramah milenials.
Milenials memiliki kepekaan terhadap isu kemanusiaan, maka wakaf DD musti menggunakan stratehi komunikasi yang menyentuh kaum millenials.

Mengapa Wakaf Harus Surplus

Kendala setiap nadzir, adalah terjadinya gab antara pertumbuhan wakaf tanah dengan pertumbuhan wakaf tunai.
Sangat mungkin, di masa mendatang nadir tidak bisa membiayai aset tanah karena tidak ada tunai.

Maka musti diciptakan pasar wakaf, agar timbul kesadaran bahwa wakaf itu penting, bahwa wakaf itu mudah, bahwa wakaf itu murah, sehingga wakaf menjadi top of mind di benak masyarakat dalam berdonasi.
dokpri

Coba kita berhitung, apabila seorang wakif berwakaf 10 ribu, jika 1 juta orang (sesuai target wake up wakaf) akan dapat 10 milliar sebulan.
Kalau untuk membangun Rumah Sehat Terpadu DD (RST DD)  membutuh 30 miliar, hanya dengan wakaf 3 bulan saja, masalah RSTT DD akan selesai bahkan dibuat layanan layanan bintang lima.

Pemanfaatan wakaf, bisa untuk Wakaf Publik (ditujukan untuk orang banyak), Wakaf Privat (ditujukan untuk keluarga, senasab atau keturuannya), bisa juga gabungan dari Publik dan Keluarga.

Wakaf dari segi waktu, ada yang wakaf sementara ada wakaf selamanya. Hal ini pernah dilakukan DD, mengelola aset wakaf berupa lahan tidur yang diwakafkan sementara.
Kemudian lahan dijadikan perkebunan, hasilnya digunakan DD dan kebunnya (pada waktu ditentukan) dikembalikan ke empunya.

Esensi Wakaf produktif, adalah wakaf yang menghasilkan surplus, yang penting tidak menggerus pokok aset wakaf. Justru melalui wakaf produktif, akan ditemukan letak keadailan wakaf.
Wakaf bisa menjadi instrumen ekonomi yang multi stakeholder, wakaf ramah investasi dan ramah instrumen keuangan, bahkan BEJ menjalin kerjasama dengan nadir untuk wakaf produktif.
----

Rasanya tidak cukup membahas wakaf, hanya dalam satu artikel saja. Rangkaian acara Blogger Meetup, masih ada pembahasan tentang aset wakaf di DD serta visit.
Kawasan Zona Madina, ibarat miniatur wakaf produktif DD dan terdapat 5 pilar yang gencar dikembangkan.

Artikel selanjutnya di SINI  
dokpri

14 komentar:

  1. Subhanallah,sebegitu mudahnya untuk berwakaf dan pahalanya terus mengalir ya kak. Terimakasih informasinya. Insyaallah ikutan program gas poller itu,yang 10 ribu wakaf.

    BalasHapus
  2. Syukurlah kalau literasi digital dari blogger bisa membuka edukasi tentang wakaf pada masyarakat masa kini.

    BalasHapus
  3. Ooo aku sering lewat Sekolah Smart Ekselensia kalau nganterin papah berobat ke Bogor. Ternyata itu bagian dari pengelolaan wakaf DD, ya. Akupun baru tahu kalau yang namanya wakaf nggak musti banyak. Uang sepuluh ribu pun sudah bisa jadi waqif, ya. Sungguhlah makin mudah juga sekarang sistem pembayarannya melalui iBanking.

    BalasHapus
  4. Keren Mas uraiannya; membuka pemahaman tentang berwakaf lebih terbuka dan mudah tidak nunggu kaya . . .

    BalasHapus
  5. Postingan ini membuka mataku bahwa berwakaf kian mudah dan bagaimana caranya biar lebih bermanfaat ya... semoga suatu saat dimudahkan rezeki untuk mewakafkan sesuatu yang bisa bermanfaat. Terima kasih untuk sharingnya ya Mas...

    BalasHapus
  6. Wah banyak ya mas yang perlu diuraikan untuk wakaf ini. Wakaf dengan uang 10ribu memang belum banyak diketahui. Karena yang banyak dikenal du masyarakat umum, wakaf itu harus berbentuk tanah atau gedung

    BalasHapus
  7. Kalau dulu saya mikirnya wakaf itu amalan yang mahal. Hanya orang kaya yang mampu melakukannya. Karena saya masih menganggap wakaf harus berupa tanah atau bangunan.

    Semakin banyak sosialisasi tentang wakaf, saya pun mulai paham. Alhamdulillah tercerahkan. Wakaf ternyata bisa dilakukan siapapun juga.

    BalasHapus
  8. Wakaf jadi mudah ya.
    Ga perlu beli tanah berhektar-hektar, bisa ikut wakaf pakai uang Rp10.000.

    Nice program. :)

    BalasHapus
  9. Semakin banyak jalan yg memudahkan untuk berwakaf ya. Semoga banyak umat yg bisa ikut beramal melalui wakaf ini. Amiin

    BalasHapus
  10. Sekarang wakaf ini banyak jenisnya, apalagi dengan berkembangnya dunia digital ini semakin memudahkan untuk kita mengetahui dan paham tentang wakaf. Apalagi kalau dengan berwakaf ini dapat membantu sesama.

    BalasHapus
  11. Semakin berkembangnya era digital semakin banyak penawaran yang inovatif ya, wakaf aja sekarang di up terus dimana mana.
    Semoga kelak nanti aku bisa ikutan wakaf juga..

    BalasHapus
  12. program wakaf seperti ini sangat memudahkan ummat dan bermanfaat sekali :)

    BalasHapus
  13. masya Allah mas, semoga sebagai manusia tidak lupa untuk berderma dengan jalan wakaf ini ya. Ak jadi teringat kata-kata pak Mentri juga kalo karakteristik anak bangsa bisa dinilai dari seberapa ia bersikap mengenai kedermawanan.

    BalasHapus
  14. Semangat terus buat dede Ekselensia. Insya Allah bisa jadi orang sukses dgn adanya bantuan wakaf sulplus ini. Aamin.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA