24 Okt 2019

Bersama Melihat dan Memprediksi Ekonomi 2020 di Kafe BCA XI

dokpri

Sebagai makhluk mulia, manusia dimungkinkan melihat dari sudut pandang positif pada setiap kondisi dan atau keadaan yang terjadi. Dari sikap optimis itulah, konon membuat manusia bisa survive di segala situasi.

Hera F Haryn, EVP Sekretaris dan Komunikasi Perusahaan BCA, menyampaikan di awal acara Kafe BCA 11 – Economy Outlook 2020 ; Capturing Opportunities to Growth,  bahwa Ekonomi Outlook 2020 adalah momentum untuk mencari solusi. Hera mengajak untuk jangan mengeluh dan melulu menggerutu, tapi focus melihat peluang untuk bertumbuh.

Saya sepakat dengan Bu Hera, bahwa selalu akan selalu ada peluang, bahkan di tengah keterpurukan sekalipun. Tetapi bahwa hal tersebut, musti dibarengi dengan wawasan mumpuni.
Karena dengan keluasan perspektif itulah, maka manusia bisa menemukan celah dan peluang yang ada.
Hera F Haryn- dokpri

----

Acara Kafe BCA 11 tampak hidup, dengan dipandu News Anchor ternama Bayu Sutiono, dengan menghadirkan tiga narasumber yang kredibel di bidangnya.
Barsum pertama Dr.Piter Abdullah Redjalam, Direktur Riset Core Indonesia, menyampaikan, bahwa ada yang memprediksi ekonomi tahun depan suram. Dan tahun ini diperkirakan bank dunia, pertumbuhan perekonomian Indonesia di angka 5.0%.
Kemudian menyoal target pertumbuhan ekonomi tahun depan di angka 5.3%, Piter melihat persoalan realistis atau tidak bukan dilihat angka target.  “tetapi target harus disebandingkan dengan upaya yang dilakukan,” jelas Piter.

Menurut Piter, setidaknya ada dua sudut pandang untuk melihat target pertumbuhan perekonomian yang ditetapkan. Dari sudut pandang “Baseline”, bahwa kebijakan yang diambil pemerintah dan target musti disebandingkan.
Kemudian dari sudut pandang optimis, bahwa kalau proyeksi semua kebijakan ideal benar-benar diambil pemerintah, maka pertumbuhan perekonomian bisa melebihi target ditentukan.

Tetapi sebelum sampai pada upaya, kita musti mengetahui kondisi ekonomi global dan domestik. Ada kondisi global yang (mau tidak mau) mempengaruhi Indonesia, seperti adanya perang dagang Amerika dan China, ketegangan di Timur Tengah, akan berdampak pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditi.

Ki-Ka ; Piter Abdullah, David Samual, Febrio Kacaribu-dokpri

Tak bisa dipungkiri, struktur ekonomi Indonesia masih tergantung pada produk komoditas. Maka akan sangat sulit memanfaatkan situasi perang dagang. Dalam jangka waktu satu tahun, tidak mungkin bisa mengubah struktur kondisi ekonomi.

Nah, pada titik ini kita bisa melihat peluang baru di dalam negeri, yaitu Bank Central akan membuat kebijakan yang lebih longgar. Salah satunya menurunkan suku bunga, sehingga memungkinkan masuknya aliran modal sehingga tekanan rupiah berkurang.

Piter memprediksi kondisi domestik, akan mengalami defisit neraca perdagangan, yang berdampak pada melebarnya current account. Tahun depan diharapkan, tekanan terhadap rupiah mulai berkurang sehingga inflasi rendah dan nilai tukar terjaga.

Pada kesempatan berikutnya, marsum David Samual, Kepala Ekonom dari BCA, menyampaikan bahwa kebijakan moneter (kerap diinterpretasi negatif) bukan satu-satunya penentu arah. Sejauh ini Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan 5%, BCA merespon dengan melakukan transformasi digital.

Selaku nasabah BCA, saya sangat akrab dengan internet Banking BCA, mobile Banking BCA, Flazz BCA, e-wallet Sakuku dan sebagainya. Saya sudah merasakan sendiri, betapa praktis dan simpelnya transaksi perbankan melalui mobile Banking BCA.

Masih menurut David, kebijakan moneter bank central, berfungsi sekedar mengarahkan sehingga timbul confidence pada pebisnis dan konsumen. Keputusan, tetap di tangan pebisnis dan konsumen. Indonesia dinilai sangat kuat dari sisi konsumsi domestik, terbukti pada saat krisis global 2008 masih tumbuh diatas 4.6. kebijakan antisipasi masih bisa dikonter.
Kondisi ini masih lebih baik dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, yang masih tergantung pada perdagangan international, sehingga rentan krisis global.

Selanjutnya, Febrio Kacaribu, selaku Peneliti Senior LPEM Universitas Indonesia, memaparkan kenyataan, bahwa dari 17 sektor perekonomian di Indonesia, yang paling dominan adalah manufaktur, pertanian, perdagangan. Sementara tiga sektor, dengan pertumbuhan luar biasa sampai 8,9 %, yaitu sektor jasa, sektor pergudangan dan transportasi.

Sektor yang menarik di tahun 2020, adalah edukasi services yang mengimbangi upaya pemerintah mendorong SDM. Kemudian sektor kesehatan (human health), tidak hanya Rumah Sakit, tetapi Spa atau refleksi mulai bermunculan dan bertumbuh.
Sementara di kalangan milenial,  yang tak bisa dibendung adalah berkembangnya sektor digital ekonomi Indonesia. Potensi internet ekonomi tumbuh pesat, tampak dari terbukanya peluang di e-comerce. Seberapa jauh internet ekonomi  tumbuh, tergantung seberapa serius pemerintah menarik investor.
Kafe BCA 11-dokpri


------

23 Oktober 2019, Presiden Ir. H Joko Widodo mengumumkan nama-nama Mentri di Anggota Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Pada posisi Mentri Keuangan, diduduki nama yang sama dengan kabinet sebelumnya yaitu ibu Sri Mulyani. Sementera Mentri Koorninator Bidang Perekonomian, adalah Airlangga Hartanto.
Keduanya memang bukan nama baru, tetapi mengemban harapan besar seluruh masyarakat Indonesia, yaitu perekonomian Indonesia 2020 semakin cerah, sehingga kesejahteraan masyarakat akan terwujud.

Dan Kafe BCA adalah upaya Bank BCA, turut mencerdaskan masyarakat, melalui tema yang sedang ngetren. Melihat setiap permasalahan dari sudut pandang positif, meyakini selalu ada peluang bahkan di tengah ketidakpastian.


Semoga bermanfaat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA