20 Agu 2019

Mengikat Ilmu dengan Menulis

teropongonline.com

Teori Malcolm Gladwell, menyatakan, bahwa orang yang mengerjakan satu bidang pekerjaan secara berkesinambungan hingga 10.000 jam, niscaya akan menjadi ahli di bidang tersebut.
Pengulangan setiap hari, konon akan menjadikan pekerjaan itu menjadi sebuah kebiasaan. Maka kalau sudah terbiasa, apa yang dikerjakan tidak lagi dianggap beban, tetapi menjadi bagian dari  keseharian itu sendiri.


Semakin sering kita mengerjakan satu hal, kita akan paham dan  mengetahui celah, agar apa yang dikerjakan bisa mendekati sempurna. Waktu akan mengiringi pembuktian, siapa yang mengerjakan sepenuh hati dan siapa yang hanya main main.
Pada proses panjang inilah dibutuhkan kesabaran, karena aneka ujian datang menghampiri untuk menggagalkan proses.

Saya punya langganan gado gado, racikan sambal kacang ibu penjual sungguh tiada dua. Saking enaknya sambal, kalau membeli pas jam makan siang, musti rela antre panjang.
Pernah saya mencoba membelli di tempat lain (yang harganya lebih murah), meski sayur dan campurannya sama tetapi rasa sambalnya jauh berbeda.

Ibu gado gado telah membuktikan, bahwa ketekunan dan sikap konsisten, menjadikan insting menakar bahan menjadi terbentuk. Berapa kacang dibutuhkan, berapa sendok garam, air asem, perasan jeruk dan seterusnya bisa dipekirakan dengan tepat.
Saya juga punya langganan, sate ayam di daerah santa, empuk dagingnya tak terkalahkan, dan sambalnya juga bener-benar pas di lidah. Ada lagi rujak cingur di daerah Bintaro, tahu campur di daerah Fatmawati, pecel madiun dan seterusnya dan seterusnya.

Mereka yang bersetia di bidang apapun, biasanya bersikap komit terhadap apa yang dikerjakan, konsisten dan otomatis menjadikan diri ahli di bidangnya. Karena tidak ada kesuksesan yang instan, kalaupun ada atau diadakan biasanya tidak akan bertahan lama.  
Kesuksesan yang terburu buru, tak ubahnya seperti ayam buras atau ayam potong yang disuntik obat, badan ayam besar tapi bobotnya enteng, dagingnya empuk tak berotot. Harga daging ayam potong jauh lebih murah, dibanding ayam kampung yang berdaging liat.

Manusia agar berkualitas dan tahan banting, musti menyediakan diri dan sibuk berproses, agar menjadi pembelajar dan pejuang tangguh. Bagi para pejuang, pada saatnya akan memasuki ruang pencerahan bernama ilmu.

******
 
ilustrasi -dokpri
Manusia memiliki banyak keterbatasan, termasuk dalam hal mengingat, sehingga tak jarang ada yang lupa terhadap ucapan atau janji dicetuskan. Terhadap hal terkesan kecil dan sepele, kadang diabaikan padahal penting.
Pepatah bijak menekankan sebuah kalimat, "Ujung pena lebih tajam dari ingatan". Sepintar apapun manusia memiliki keterbatasan, daya ingatnya memiliki masa. Biasanya semakin bertambah usia, akan menurun kemampuan mengingat.

Menulis adalah solusi, agar ingatan itu terpatri. Karena ilmu yang ditulis, ibarat mengukir sebuah prasasti, membaca akan menyegarkan kembali ingatan.
Sahabat sekaligus menantu Rasulullah, Ali Bin Abi Thalib berwasiat, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya".

Setiap kita bisa menjadi penulis, karena setiap manusia memiliki pengalaman hidup sendirii. Setiap manusia sudut pandang yang berbeda, yang dijamin unik dan berbeda dengan orang lain.
Persoalan pemilihan diksi dan perbendaharaan kosa kata, perihal penggalan kalimat dan alur cerita, adalah teknis kepenulisan yang bisa dipelajari.

Semakin sering menulis, terasah juga kepekaan mengolah aksara agar menarik. Persis seperti ibu gado-gado, tukang sate ayan, penjual rujak cingur dan tahu campur langganan saya. Insting mereka bisa tepat mengira-ngira karena sering melakukan hal yang sama.

Sementara tulisan adalah cara mengikatkan indahnya ilmu, dengan menulis, semoga mengatrakan kita pada gerbang pengetahuan baru demi pengetahuan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA