Home

25 Agu 2019

Kebiasaan Jalan Kaki Membuat Berat Badan Turun Seperempat Kwintal


aktivitas jalan kaki-dokpri


Belajar dari pengalaman, saya menyimpulkan bahwa satu saat manusia butuh “disentil”, agar tersadar dan bersedia berubah. Apabila sentilan tersebut disikapi dengan benar, niscaya akan berbuah berkah.

Saya sendiri tidak mengira, badan yang dulu ditimbun otot seberat (nyaris) satu kwintal, berkurang lumayan signifikan. Sekarang jauh lebih enteng, nafas tidak gampang ngos-ngosan, dan tidak mudah kecapekan atau kepala pusing.
Semua berkat sikap disiplin, bersedia menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat. Kebiasaan jalan kaki dan naik transportasi umum, menjadi salah satu kegemaran sejak tiga tahun belakangan.

Perubahan itu (sebenarnya) tidak terjadi begitu saja, semua berawal dari kejadian memilukan, yang benar-benar menyentil dan membulatkan tekad untuk berubah—saya ceritakan nanti.

-----
Koleksi pribadi, pic by Eko P

Kamis pagi (22/8’19), untuk sebuah keperluan saya naik commuter line dan turun di Stasiun Juanda. Begitu keluar dari stasiun, di trotoar seberang halte Transjakarta Juanda arah pasar baru, tampak sekelompok anak muda berkaos putih lengan kuning dengan syal warna hijau.
Mereka ada yang membentangkan spanduk, membawa poster dikalungkan di leher, membagi-bagikan kipas bundar dari kertas, membagikan masker serta tumbler besar kepada pejalan kaki.

Karena penasaran (tepatnya kepo sih), saya berhenti dan bertanya kepada salah seorang petugas, mereka dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
BPTJ bekerjasama dengan Kemenhub, menggelar kampanye #JalanHijau, menyampaikan pesan-pesan apresiasi kepada masyarakat umum yang telah melakukan gerakan berjalan kaki dan naik angkutan umum.

Pesan disampaikan, dilambangkan melalui warna kaos yang dikenakan, warna kuning mewakili manfaat sinar matahari, putih bermakna bersih sedangkan hijau adalah go green. Sementara yang melatar belakangi kampanye ini adalah  isu transportasi dan isu kesehatan atau lingkungan.

Seperti kita ketahui, belakangan ramai diberitakan perihal kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya yang memburuk, akibat pencermaran udara (salah satunya) berasal dari knalpot kendaraan.
Meningkatnya jumlah kendaraan yang lalu lalang di jalan, punya andil besar menyumbang polusi udara. Makanya pemda DKI Jakarta, memberlakukan ganjil genap di jalan protokol Ibukota.
pic by Ferbi Ratna

pic by Febri Ratna


Sekalian saya lewat dan ngobrol, mbak petugas meminta saya mengisi kuisoner di smartphone yang telah disediakan. Isian juga cukup mudah hanya perlu 5 menitan, berisi seputar kegiatan jalan kaki dan naik transportasi umum.

Sebagai bentuk ucapan terima kasih, satu tumbler besar warna orange berpindah tangan dan masuk dalam tas ransel saya. Menyoal tumbler saya punya kisah sendiri, sejak menghindari minuman manis, maka tempat minum berisi air putih di dalamnya sering saya bawa saat bepergian.
Kadang saya sengaja secara khusus membuat infused water, yang dibuat dengan cara sangat simpel, cukup air putih hangat dicampur potongan jeruk lemon.

Masih menurut mbak petugas, kampanye #JalanHijau berlangsung tangal 19-22 Agustus 2019 di empat titik yaitu di sekitar stasiun Juanda, sekitar stasiun Dukuh Atas, Depok dan Bekasi, melibatkan siswa siswi dari Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD).
Membaca tulisan di poster atau spanduk, berhasil menerbitkan senyum saya, seperti “Bersamamu Jalan kaki pun aku bahagia”, “Sukses adalah perjalanan, sudahkah kamu berjalan kaki hari ini”, “Cintai lingkungan dan tubuhmu Jalan kaki tiap hari”, “Dari pada jalan sama mantan, lebih baik jalan sama kaki” dan sebagainya.

Jalan Kaki dan Manfaat Dirasakan
dokumentasi pribadi

Jalan kaki menjadi kegemaran saya, hal berawal dari kejadian suatu malam, ketika tiba-tiba badan gemuk kala itu sakit sekali kalau digerakkan. Tubuh seperti menolak, ketika diajak bergerak apalagi berjalan.

Untuk sekedar bangkit dari tempat tidur, tangan saya ditarik istri dibantu anak mbarep (saking beratnya), sampai akhirnya bisa berdiri dan jalan tertatih-tatih. Saya berusaha sekuat tenaga, terus bergerak dan berjalan agar darah segera mengalir dengan lancar.

Keesokan hari segera pergi ke klinik, setelah dilakukan pemeriksaan, diagnosis dokter membuat saya mengaga dan terkaget-kaget.  Bahwa sudah ada indikasi pelemakan hati, kemudian ada potensi hypertensi yang sedang mengincar saya. “Tidak ada cara lain, kecuali merubah pola makan dan menerapkan gaya hidup sehat” saran dokter.

Ya, sejak keluar dari ruang periksa, tekad dalam benak ini membaja. Seperti ada perjanjian dengan diri sendiri, bahwa saya musti berubah, agar istri tidak kesusahan dan apalagi anak-anak masih butuh kehadiran ayahnya.

Saran dokter benar-benar saya praktekkan, buah dan sayuran menjadi konsumsi rutin keseharian, mengurangi olahan yang mengandung gula, minyak, santan, tepung dipatuhi. Memperbanyak aktivitas fisik, dengan rela mengabaikan kebiasaan pergi dengan motor diganti naik kendaraan umum berlanjut jalan kaki.
dokumentasi pribadi

Saya sangat menikmati kegiatan jalan kaki, menempuh jarak dari stasiun commuter line atau halte transjakarta menuju lokasi berkegiatan. Kalau waktu agak longgar, saya sengaja berhenti di halte yang sedikit lebih jauh, agar punya alasan berjalan kaki lebih lama.  

Sebuah artikel saya baca, jalan kaki ada tehniknya agar bisa membakar kalori dengan maksimal, yaitu dengan (pura-pura atau beneran) terburu-buru. Cukup dengan berjalan kaki selama 10 menit, membantu membakar 1000 kalori dalam tubuh.
Jalan kaki adalah aktivitas sederhana sarat manfaat, bisa membantu meningkatkan mood, menurunkan resiko alzimer (kepikunan), mengobati gangguan tidur, melancarkan peredaran darah, menguatkan tulang, meningkatkan kapasitas paru-paru dan yang pasti membantu menurunkan berat badan.

Konon dari kegiatan jalan kaki (30 menit/hari), kreatifitas seseorang bisa meningkat sampai 60% serta membantu mengurangi resiko stroke sebesar 20- 40%. Menurut penelitian Havard Medical School, mereka yang berjalan kaki dapat mengurangi resiko kardiovaskular hingga 31%.

Dampak positif jalan kaki dan naik transportasi umum tidak hanya pada diri sendiri, tapi juga membantu mengatasi kemacetan, membuat udara kota lebih bersih dan kita yang menghirupnya tentu lebih sehat.
pic by Kamadigital

Nah, biar lebih semangat jalan kaki, BPTJ dan Kemenhub mengadakan “Jalan Kaki Challange.” Caranya berpatisipasi sangat mudah, follow IG @bptjkemenhub , kemudian buat video aksi kece selama berjalan kaki dan upload ke instastory.
Jangan lupa mention ke @bptjkemenhub ajak serta (mention) tiga akun teman sertakan hastag #WalkingChallenge #KalauDeketJalaninAja #NaikAngkutanUmumYuk #JalanHijau. Periode challange berlangsung 19 – 30 Agustus 2019,

Jalan Kaki Itu Hemat dan Menyehatkan

Saya yakin, banyak alasan untuk jalan kaki, di tempat saya tinggal terdapat dua masjid, saya pilih tempat ibadah yang lebih jauh dan memilih berjalan kaki. Kalau membeli  keperluan di warung, karena jarak terlalu dekat saya ambil rute memutar lewat jalan lain menuju tempat dituju.

Sementara untuk aktivitas pekerjaan, saya memarkir motor di tempat parkir di Stasiun atau Halte Transjakarta, kemudian berjalan kaki. Sejak gemar naik transportasi umum dan jalan kaki, dengan tinggi 178 cm saya memiliki bobot (kisaran) 75 – 77 kg. Selain itu badan terasa lebih segar, saya tidak mudah kecapekan sehingga sangat jarang kerokan.
Perubahan saya alami- dokpri

Dari sisi pengeluaran harian juga lumayan hemat, kalau naik motor setidaknya harus isi BBM duapuluh ribu, kini cukup dengan tigaribu lima ratus bisa untuk naik transjakarta atau tigaribu untuk naik commuter line.
Bayangkan, kalau naik transportasi umum dan jalan kaki menjadi budaya warga Ibukota dan sekitarnya, niscaya persoalan kemacetan dan polusi udara dengan mudah bisa diatasi, dan wargnya juga lebih sehat – Amin. - Semoga bermanfaat !

1 komentar:

  1. Ԍood post. I absⲟlutely appгeciate this site. Κeep writing!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA