29 Apr 2019

Sambut Ramadan dengan Waspada Hipoglikemia

dokumentasi pribadi

“Berdasarkan Survey, 73% dokter setuju, faktor budaya seperti puasa mempengaruhi kendali kadar gula darah pasien Diabetes Miletus Type 2” dr Suria Nataatmadja, Medical Affair Director MSD

Bulan suci tinggal menghitung hari, bagi saya, berpuasa adalah kesempatan emas untuk mendapatkan banyak hal.
Puasa ibarat kawah candradimuka, kesempatan bagi pelakunya, untuk detoksifikasi (membuang racun) tubuh/ jasmani sekaligus detox (baca melembutkan) jiwa/ rohani

Puasa tahun lalu, saya berhasil memangkas berat badan pada angka realtif ideal, waktu itu bisa mencapai angka 75 Kg (tinggi saya 177 cm).
Maka tahun ini, saya ingin mengulang kisah sukses, juga mempersiapkan diri dengan asupan pengetahuan tentang puasa dan hipoglikemia. Bagaimana, puasa bagi orang dengan diabetes ?

------

Media & Blogger Interview - Kontrol Gula Darah, Raih Berkah Ramadan Waspada Hipoglikemia Saat Berpuasa” begitu tema acara yang saya hadiri bersama rekan blogger dan jurnalis.
Acara yang digagas MSD (Merck Sharp & Dohme) sungguh memberi pencerahan, dan sangat penting diketahui bagi bagi orang dengan Diabetes Miletus.

MSD adalah perusahaan biofarma global terkemuka, telah melakukan penemuan untuk kehidupan (inventing for life), menghadirkan obat-obatan dan vaksin untuk berbagai penyakit palung menantang di dunia.

Apa itu Hipoglikimea ?
Adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula dalam darah berada di bawah normal ( < 70 mg/dL)

Gejala Hipoglikemia pada umumnya ; jantung berdebar, gemetar, kelaparan, keringat dingin, cemas, lemas, kebingungan, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi.
Dalam kondisi berat (kadar gula dalam darah < 50 mg/dL), mengakibatkan pasien pingsan, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah hingga kontraksi detak jantung berujung kematian--- ngeri ya !

Kadar gula darah bisa dikategorikan normal, berada di kisaran angka 80 – 100 (saat puasa), setelah makan (berbuka puasa) berada tidak lebih 140, ( dikategorikan hipoglikemia kalau < 70)<70 p="">

Menurut Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD- KEMDKetua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Selama Ramadan terjadi peningkatan insiden Hipoglikemia cukup signifikan pada pasien DMT2 (Diabetes Miletus Tipe 2).

Ki-Ka ; dr Suriatmdja, Prof Suastika, Muchrosin, Moderator -dokpri


Orang dengan DMT2 yang mengalami kekurangan zat gula (dari makanan yang dicerna dan diserap), meyebabkan gula dalam tubuh menurun secara drastis.
Hipoglikemia tidak bisa dipisahkan dengan diabetes, dan berhubungan erat dengan obesitas—kegemukan identik dengan berlebihnya kadar gula, melalui asupan makanan.

Resiko DMT2, apabila tidak ditangani dengan baik, akan menyebabkan kompilkasi. Penyakit disebabkan DMT2 dengan pembuluh darah besar, bisa mengarah pada jantung stroke, sedangkan DMT2 dengan pembuluh darah kecil bisa menyerang penyakit ginjal, syaraf

Masih menurut Prof Suas, prevalensi DMT di negara berkembang meningkat lebih cepat, sementara di negara yang maju justru stabil.
Hal ini dipicu dari kesadaran warga menerapkan perilaku hidup sehat, perhatikan di Jakarta saja, orang jaman sekarang lebih sedikit gerak padahal makan tambah banyak.

Etapi, jangan salah, DMT1 juga musti diwaspadai, seperti dialami Muchrosin yang dinyatakan dokter terkena diabetes pada tahun 2015 (ketika itu berumur 25 tahun).
Mula mula di lututnya terasa ngilu, setelah dilakukkan uji laboratorium, kadar gula berada diangka 600 (padahal saat puasa)

2015 bukan tahun yang mudah bagi saya” tegas Ochi
Menurutnya, faktor utama tingginya kadar gula adalah pengaruh dari tidak terkontrol asupan makanan yang mengandung gula ( seperti nasi, minuman manis dsb).
Kemudian tidak diimbangi dengan aktivitas fisik, sehingga menjadi pemicu terjadinya penyakit diabetes.

Orang dengan DMT1 diderita usia muda, badannya kurus setelah diperiksa fungsi pakreas rendah harus menggunakan insulin dalam pengobatan,” tambah Prof Suas.

Kini, Ochi bergabung dengan Komunitas Sobat Diabet, hal ini penting untuk saling mengingatkan antar member dan bersama membangun hidup sehat.
Di komunitas pula, Osi semakin cermat dan cerdas memilih konsumsi asupan makanan, demi memperpanjang kemungkinan hidup lebih lama,
sumber medkes.com

------

Bagaimana orang dengan diabetes (DMT1 dan DMT2) tetap bisa menjalankan ibadah puasa, dan terhindar Hipoglikimea?
penting melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi managemen puasa yang tepat dan meminimalisir resiko hipoglikemia,” jelas Prof Suastika

Maka Pola diet seimbang adalah koentji –hehehe--, selain memperhatikan asupan, musti tetap menjaga aktivitas fisik, serta rutin memantau kadar gula darah secara berkala.
Sebuah survey dilakukan internal MSD, terdapat 73% dokter setuju, budaya berpuasa mempengaruhi kendali kadar gula pasien DMT2.

serangkaian kegiatan edukasi melalui media dan blogger, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap resiko hipoglikemia dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya” ujar dr Suriatmadja, Medical Affairs Director Merck Sharp & Dohme, Indonesia.

dokumentasi - Ono Sembunglono


Nah, sebelum Ramadan tiba, ada baiknya orang dengan DMT1 atau DMT2 memahami gejala hipoglikemia sebagai bagian dari upaya kedaruratan medis.
Orang dengan hipoglikemia, dikategorikan ringan (50-70) masih dalam kondisi sadar, biasa langsung diberi asupan air gula, nasi, roti, tetapi kalau sudah kategori berat & 50 , menyebabkan tidak sadar, harus mendapat penanganan tenaga media dan diinfus.

Sungguh, pencerahan tentang Hipoglikemia penting banget, agar orang dengan diabetes tetap bisa berpuasa dan meraih keutamaan dan berkah beribadah bulan Ramadan.

1 komentar:

  1. Aku malah baru tahu banget loh mas tentang Hipoglikemia. Kebetulan Ibuku Diebetes, makasih ya ulasannya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA