30 Jul 2018

Peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2018, Sebuah Ajakan Mendeteksi Hepatitis untuk Menyelamatkan Generasi Penerus Bangsa


ealthlineblog


Hari Hepatitis sedunia, diperingati setiap tanggal 8 Juli. Tahun ini, menjadi tahun ke 9 diperingati di Indonesia, melalui Kementrian Kesehatan. Tema hari Hepatitis sedunia di Indonesia, adalah “Deteksi Hepatitis Menyelamatkan Generasi Penerus Bangsa.”

Blogger mendapat kesempatan emas, memperoleh pencerahan dari Narasumber yang kredibel. Beliau adalah dr Wiendra Waworuntu, M Kes , Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular Langsung, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI.
Sebagai narasumber kedua, Dr. dr Andri Sanityoso, SpPD –KEGH, Sekretaris Jendral PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)

Saya baru tahu lho, bahwa satu dari sepuluh orang di Indonesia, terkena penyakit hati (hepatitis). Kalau disebuah kerumunan ada (misal) seratus orang, berarti ada sekitar sepuluh terkenan Hepatitis.
Gejala gangguan hati pada balita, biasanya bisa diketahui dari tubuhnya yang menguning. Orang biasa menyebut sakit kuning, terutama pada bayi yang baru beberapa hari lahir.

Saya punya pengalaman, ketika istri melahirkan anak kedua tujuh tahun silam. Kulit bayi tampak agak kuning, setelah dichek ternyata memang bayi saya terkena kuning.

dr Andri, menegaskan, bahwa bayi  yang diketahui dengan penyakit kuning, bisa segera dilakukan tindakan pengobatan, untuk mencegah gejala penyakit hati.  Justru kondisi akan lebih berbahaya, apabila tidak terkena atau tidak tampak kuning, tapi sebenarnya punya gejala penyakit hati – alias tidak terdeteksi.

Indonesia terbilang proaktif, melakukan penanggulangan penyakit secara komprehensif, termasuk Hepatitis yang dipandang sebagai masalah serius. Salah satunya dengan peringatan hari Hepatitis sedunia, guna meningkatkan pengetahuan semua elemen masyarakat, agar menerapkan hidup sehat dan menghindari Hepatitis.
Puncak peringatan hari Hepatitis Sedunia 2018, rencana akan dilaksanakan di Rusunawa Rawabebek Pulogebang Jakarta Timur, pada 31 Juli 2018.

Hepatitis atau peradangan hati,  bisa disebabkan karena obat-obatan, peminum alkohol, virus, parasit dan pelemakan hati. Bahaya banget dengan keadaan pelemakan hati, menyebabkan fungsi dan kinerja hati terganggu karena dihalangi lemak.

Dua tahun silam, badan saya pernah kesakitan kemudian cek kesehatan di sebuah klinik di Jakarta Selatan. Badan saya yang subur kala itu, dinyatakan dokter berpotensi terdeteksi  gejala fatty liver (pelemakan hati).
Berat tubuh nyaris satu kuintal ala itu, memang cukup beralasan muncul aneka penyakit. Saya termasuk pemakan apa saja, relatif abai terhadap pemilihan jenis asupan. Ditambah lagi malas berolah raga, sehingga lemak betah ngumpet di tubuh.

Setelah keluar dari ruang praktek dokter, tekad saya membaja, segera merubah pola makan dan gaya hidup. Dimulai dengan menyeleksi jenis asupan, menghindari makanan mengandung gula, bahan pangan yang diolah dengan cara digoreng serta memangkas karbohidrat.
Kemudian mengganti bahan pangan kaya serat, terdapat dalam buah dan sayuran. Serta tidak boleh lupa, rajin minum air putih dan tentunya berolah raga.
ki-ka : Pak Anjari (moderator) dr Wiendra, dr Andri - foto dari mbak yayat

Back to Hepatitis
Dampak Hepatitis yang tidak terdeteksi sejak dini,  bisa menyebabkan terjadinya Chronis Hepatitis, Cirhosis atau paling parah adalah Kanker Hati. Perlu kita ketahui, satu dari 4 pengidap Kanker Hati berujung pada meninggal dunia.

Sehingga sangat penting, mengetahui bagaimana cara penularan Hepatitis. Bisa melalui kotoran mulut, atau kontak cairan tubuh. Pada ibu hamil, sangat berpotensi menularkan pada bayinya. Bayangkan, kalau ibu hamil tidak dideteksi Hepatitis, kasihan banget bayi yang dilahirkan.

Penularan Hepatitis bisa terjadi, dari anak ke anak atau dari orang dewasa ke anak. Kemudian penggunaan jarum suntik sembarangan, hubungan seksual yang tidak aman serta kontak dengan darah. Saya jadi ngeri, kalau ke barbershop dikerik dengan silet, notabene silet itu dipakai banyak orang.

Mendadak terlintas di benak, manfaat memakai masker dan atau berjaket panjang saat di area keramaian. Kalau sedang naik Commuter Line atau bus Transjakarta, sangat mungkin berdesak-desakan dan udara dipenuhi aneka virus. Kita tidak tahu kan, bagaimana kondisi orang yang bersentuhan dengan kita.

O’ya, ada penjelasan dari dua narasumber cukup menggelitik saya. Banyak orang yang tidak memiliki gejala penyakit hati, sehingga tidak merasa kalau dirinya (sedang) terinfeksi VHC (Virus Hepatitis C). Ngeri juga kan, kalau kita merasa badan ini baik-baik saja, tetapi ternyata..... (takut mau nerusin). Rutin cek kesehatan, menjadi jalan keluar yang paling aman.

Hepatitis B (sampai sekarang) belum ada obatnya, kalau sakit sudah kronis, biaya pengobatan sampai satu milyar. Mumpung masih sehat, perlu dilakukan cek kesehatan. Kemudian menjaga gaya hidup, dengan asupan makanan yang baik dan rutin berolah raga.

Pencegahan dini Hepatitis B, bisa dilakukan dengan vaksinasi, agar muncul antibody. Pencegahan hepatitis, otomtis sebagai upaya pencegahan kanker hati. Sementara untuk Hepatitis C, setelah deteksi dini, bisa dilakukan pengobatan dengan kesembuhan diatas 95 %.

Saya menghela nafas panjang, betapa banyak PR pada tubuh saya sendiri. Selain sudah makan yang benar, olah raga rutin, juga penting chek kesehatan. Semoga kita sehat selalu ya, Amin.

2 komentar:

  1. klo ke barbershop jangan pakai kerikan pak, mending di cukur aja dan bawa kerikan sendiri. semoga kita semua terhindar dari penyakit ini ya

    BalasHapus
  2. Serem, ya... ternyata karena ketidaktahuan/ tidak peka gejala hepatitis bisa tahu-tahu kena sudah akut.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA