29 Nov 2023

Melepaskan Anak demi Kebaikannya

 


Singa jika tidak tidak tinggalkan sarang

Tak akan dapat mangsa

Anak panah jika tidak tinggalkan busur

Tak akan kena sasaran

Puisi karya Imam Syafii di atas, sungguh membekas di kalbu saya. Puisi sang pujangga, saya yakin telah menginspirasi banyak orang termasuk saya. Setiap kata terasa dalam, pilihan diksi dan cara merangkai begitu luar biasa. 

Puisi ini pula, pernah saya tunjukkan pada anak mbarep – kala itu kelas empat SD. Anak penggemar sepak bola ini, tentu tidak terlalu tertarik dengan puisi. Saya ajak ngobrol perlahan, entah paham entah tidak.

Pada lelaki kecil kesayangan, saya berbagi tentang dunia rantau. Melewati perjuangan tak terlupa, penuh dinamika tidak terganti. Onak duri yang dilalui, kelak akan dikenang, menjadi cerita membahagiakan. Beberapa nama saudara disebutkan, telah berani lepas dari rumah selesai pendidikan sekolah dasar. 

Satu hal saya yakinkan pada anak lanang, bahwa tugas manusia adalah berproses. Bahwa setiap orang, hendaklah berproses untuk kebaikan.

Tentu tidak serta merta saya tega, tetapi situasi hendak dijalani, bukan soal tega dan atau tidak tega. Bahwa ada tujuan lebih besar, yang akan dirasakan di kemudian hari. Adalah melatih jiwa mandiri, melalui penempaan mental dan jiwa.

Merantau, adalah cara belajar sesungguhnya kehidupan. Belajar mengatasi masalah sendiri, tidak selalu tergantung orang tua.  Saya sendiri pernah merasakan, pedihnya awal jauh dari rumah. Mengelola rasa kangen, agar tak berlarut larut.

Beberapa bulan berselang, akhirnya masalah bisa diatasi. Saat pulang kampung, saya mendapati cara pandang yang berbeda. Beberapa teman sebaya yang  memilih tetap tinggal di rumah, tampak ragu-ragu saat mengambil sikap.

-00o00-

Mondok itu kuat- kuatan, antara anak dan orang tua” pesan Ustad pada hari pertama mengantar anak ke Pondok.

Tidak hanya anaknya saja, pihak orang tua juga dituntut kuat (baca tega) melepaskan buah hati kesayangan. Kedua pihak (anak dan orang tua), musti saling merelakan diri untuk melepaskan dan dilepaskan.

Saling mendoakan anak dan atau orang tua, menjadi obat manjur penawar kangen,”tambah ustad. 

Perpisahan dengan anak di hari pertama mondok, (selain sedih) menyimpan harapan besar. Kami berjanji, saling mendoakan di ruang yang berbeda. Melalui perantara doa pula, niscaya orang tua dan anak lanang sanggup melewati hari panjang ke depan. Bahwa keputusan berpisah (sementara), dilakukan demi kebaikan di kemudian hari.

 Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam

Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang

Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan

Puisi Imam Syafii

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA