4 Mar 2020

Bareng Hops.ID Ngobrol Seputar Corona

soft launching Hops.ID- dokpri

Saya beruntung, berkesempatan hadir di acara Hops Live “Belajar dari Corona, Si Penyakit Mematikan”. Acara yang diadakan di penghujung Februari ini, memberi pencerahan baru yang awam dan bingung menyikapi Corona.

Melalui pemaparan narasumber, saya tersadarkan selain virus corona ada yang lebih bahaya dan tengah kita hadapi. Adalah penyebaran Hoak yang membabi buta, membuat kita tidak jernih melihat permasalahan.
Fenomena terbaru, adalah kepanikan (sebagian) masyarakat, yang ramai-ramai memborong bahan pangan, mie instan, masker dan cairan pencuci tangan.

Malam itu saya sedang belanja di mini market, mendapati beberapa rak minyak melompong, roti tawar, gula, (apalagi) masker dan cairan pencuci tangan nihil.
Entahlah, mengapa mereka sebegitu paniknya. Apa karena termakan informasi menyesatkan, yang dikirim melalui WA Group ataupun media sosial.

Sebenarnya, kepanikan juga menjadi penyebab, harga barang melonjak mengikuti hukum pasar. Bahwa permintaan yang meningkat, menjadi muasal kenaikan harga.

-----

Menyikapi kabar hoak, kabar viral, kabar trending, sebagai kaum terpelajar kita musti bijak. Jangan menelan mentah setiap informasi, sebelum kroscek dan mencari kabar pembanding.
Kini ada Hops.ID , media multi platform yang menyajikan berita ringan sedang viral dan trending. Tidak sekedar mengikuti arah medsos, tetapi disaring dan disajikan secara kreatif.
Hadi Suprapto-dokpri


Hops.ID mengajak serta user, untuk turut berkontribusi melalui unggahan konten. Mengajak para penulis cerdas, turut memajukan negeri, menciptakan peluang baru bagi anak muda kreatif. Menurut, Hadi Suprapto, Chief of Content Hops.ID, Hops bisa diartikan harapan atau lompatan demi masa depan yang lebih baik.

Sebagai penanda soft launching, Hadi melakukan pemotongan tumpeng, potongan pertama diserahkan kepada dua orangtua, kemudian team Hops juga dibagi potongan selanjutnya.

Belajar dari Corona Si Penyakit Mematikan

Selepas ceremony soft launching Hops.ID, undangan diajak mengikuti sesi talkshow tentang Virus Corona yang sedang viral. Benar, bahwa Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan, ada dua WNI dinyatakan positif virus Corona.
Tetapi kita yang sehat jangan panik, dengan cara membuka mata dan telinga, agar tahu duduk permasalahan dan cara penanggulangan. Saya yakin, pihak terkait pasti mengupayakan yang terbaik untuk pasien positif.

Menurut narsum pertama, dr. Moh Adib Khumaidi SpOT , dari Perhimpunan dokter emergensi indonesia (PDEI), Bahwa virus corona memungkinkan tertular, melalui dropet saluran nafas (misalnya batuk dan bersin).
Kemudian bisa melalui kontak personal (menyentuh, jabat tangan), menyentuh benda/ permukaan yang terdapat virus di sana dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan, serta kontaminasi feses.
dr Moh Adib-dokpri

Jadi, selama kita melakukan tindakan yang menghindari datangnya virus, saya rasa tidak perlu terlalu panik dan stres.

Adapun gejala-gejala terkena virus corna, yang mudah dikenali, adalah demam lebih dari 38 derajat celsius/ riwayat demam, batuk pilek, nyeri tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan atau gambaran radiologis.
Sementara faktor resiko terdampak, adalah *riwayat perjalanan ke negara terjangkit, *memiliki paparan sebelum gejala, berkunjung atau bekerja di faskes yang merawat pasien terkonfirmasi, *kontak dengan orang dengan riwayat perjalanan ke negara terjangkit  (* pada 14 hari sebelum timbul gejala).

------
Nah, menyoal bagi membagi informasi,  pemaparan narsum dr. Mahesa Paranadipa M, M.H, selaku Ketua Umum DPP Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) Indonesia Health Law Society mengaku prihatin dan miris dengan cepatnya penyebaran hoax di Indonesia.

Contoh paling konkret dan aktual, adalah viral tentang berita simpang siur virus Corona yang membuat (sebagian) masyarakat panik.
Saya semakin paham fenomena ini, setelah membaca riset “We Are Social bekerjasama dengan Hootsuite,  bahwa terdapat 49% (atau sekira 130 juta) orang Indonesia, mengakses media sosial lebih dari 3 jam per-hari.

Dan Hoax kesehatan menempati urutan tertinggi ketiga, setelah hoax tentang politik dan hoax Pemerintahan.  Menurut Dewan Pers, faktanya 90% informasi viral melalui facebook, dan 95% info kesehatan di Watups adalah Hoax.

So, kalau ada broadcast di WAG, jangan buru buru diteruskan ya. “Kesehatan adalah ladang yang cukup subur untuk memanen hoax,” tegas dr Mahesa.

Saya sangat sepakat dengan pernyataan dr Mahesa. Dan penyebabnya sudah jelas, karena rendahnya pengetahuan terhadap kesehatan (tapi sok tahu).
Masih ingat kan, anak kecil yang mendadak sakti karena punya batu ajaib. Orang berbondong datang, minta diobati hanya dengan menyelupkan batu ke air yang dibawa pasien.
suasana talkshow- dokpri

Hoax kesehatan adalah hoax berbahaya. Oke, kalau hoax politik atau hoax pemerintahan, berpotensi menyerang pejabat berkuasa. Tetapi kalau termakan kabar bohong seputar kesehatan, bisa-bisa mengancam nyawa  orang lain.– ngeri ya.

Saya setuju dengan sikap Abimana, seorang Seniman dan penyanyi yang cukup santai dan tidak mudah menanggapi hoax kesehatan. Hal ini berbanding terbalik, dengan sikap istrinya yang mudah panik.
Berkat sikap santai itulah, justru Abimana bisa berpikir tenang dan mencari informasi dari sumber yang lebih kredibel.

Jadi sekali lagi, sebaiknya jangan cepat panik, apabila mendapati informasi seputar kesehatan yang belum jelas sumbernya dan belum teruji kebenarannya.
Semoga bermanfaat !



1 komentar:

  1. Inilah yang akan membuat kita panik ketika warga indonesia ada posituf virus corona. Seram sih tapi memang harus tenang dan berdoa sama allah . semoga kita tidak kena virus ini

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA