5 Agu 2019

Menyulap Hunian Mungil Menjadi Nyaman

Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 -dokpri

Kaum urban, yang tinggal di seputaran Jabodetabek, pasti bisa merasakan bagaimana susahnya mendapat rumah idaman. Rumah sebagai kebutuhan dasar, setiap saat selalu mengalami peningkatan permintaan (dan berpengaruh pada naiknya harga).
Beruntung ada “Indonesia Property Expo (IPEX)”, yang rutin mengadakan pameran perumahan. Bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat akan hunian, dari berbagai lapisan masyarakat dan kelas sosial.


Pengalaman saya mencari rumah, di awal tahun 2000-an (kala itu) didominasi rumah dengan luas tanah 90 meter2 dengan luas bangunan 60 meter2. Saya yang berasal dari desa, agak mengeryitkan dahi dan hati ini ciut, ketika membandingkan dengan luas tanah untuk rumah yang ada di kampung halaman (pasti bedalah kampung dan kota—hehehe).

Namun, begitulah kenyataannya. Kebutuhan rumah setiap tahun terus bertambah, sementara lahan tidak bertambah (alias itu-itu saja). Sehingga tak heran, semakin tahun rumah ditawarkan luasnya berkurang, sementara harganya meningkat (menyesuaikan kurs).

Kini sudut pandang tentang rumah mulai bergeser, kaum urban (dan millenials) tidak lagi mempersoalkan luasnya, tetapi yang penting bisa memiliki rumah lebih dulu. Dan generasai kekinian yang melek informasi, mulai berpikir kreatif untuk menyulap hunian menjadi nyaman.

--------  
Illustrasi -dokpri

“Siang Bapak, mau cari rumah di mana” , “Pak ada promo untuk bulan July- Agustus, sekaligus bonus AC untuk deal selama pameran”

Suasana JCC cukup riuh rendah, langkah saya tersendat di sepanjang koridor antar booth. Marketing perumahan menghampiri setiap pengunjung, mereka tampak antusias menawarkan perumahan yang sedang dijajakan.
Tidak hanya rumah tapak yang ditawarkan, banyak brosur yang disodorkan (dan saya bawa), menawarkan hunian berupa apartemen.

Dibanding awal tahun 2000-an (saat saya rajin berburu rumah), masalah luas bangunan dan luas tanah juga mengalami pergeseran. Untuk rumah dengan segmen menengah, kebanyakan ditawarkan dengan luas tanah 60 meter2 dengan luas bangunan separuhnya.

Serba- Serbi Menata Rumah

Kehadiran saya di JCC pada 31 Juli 2019, adalah dalam rangka mengikuti “Talkshow dan Blogger Gathering - Serba-serbi Menata Rumah” menghadirkan narsum Adelya Vivin dan Zata Ligouw, dimoderatori Ani Berta, founder Indonesia Socio Blogerpreneur.
Talkshow dan Blogger Gathering - Serba-serbi Menata Rumah -dokpri

Adelya Vivin, seorang ibu rumah tangga, Blogger dan freelance design interior, mengawali kisah dalam menata rumah minimalisnya.  Perempuan pecinta kopi ini, terbetik ide untuk membawa suasana cafe ke dalam rumah.
Namun Adel berpesan, sebelum merenovasi rumah, sebaiknya didata dulu, apa saja kebutuhan setiap anggota keluarga akan ruangan. Misalnya si ibu perlu dapur yang nyaman, kemudian ayah butuh tempat kerja dan anak-anak (biasanya) tempat bermain.

Kini, rumahnya di daerah Cisauk Tangerang milkinya, telah disulap layaknya coffe shop yang cozy dan nyaman. Karena penasaran, saya kepoin akun instagram @adelyavk dan di time line IG-nya memang keren.

Rumah mungil dengan luas tanah 60 meter2 dan luas bangunan 33 meter2 tersebut, terasa sedap di indera penglihatan. Meskipun melalui instagram, saya bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan, berada di setiap ruangannya (saya kepoin juga instastroy-nya).

Sebagai rumah tapak satu lantai, tampak semua kebutuhan ruangan tercukupi (apalagi kalau dibuat dua lantai). Ada ruang tamu, ruang keluarga, kamar utama, kamar anak, dapur, area makan dan kamar mandi. Dan satu kesan tidak bisa saya pungkiri, ruangan yang ada di rumah Adel terksesan luas dan instagramable.

Kegunaan ruang terasa optimal, pasalnya Adel menyiasati dengan meminimalisir penggunaan sekat antar ruang.  Sedang untuk pembatasnya, didesign sekat imajiner, yaitu melalui tinggi lantai yang tidak sama atau material pelapis lantai berbeda di setiap area.
Kebayang kan, misalnya ruang tamu dipilih lantai dengan warna putih, kemudian lantai ruang kerja warna kuning kecokelatan pun lantai dapur dengan warna berbeda, dan itu tanpa sekat nyata lo.
tangkapan layar IG Adelya

“Open (seopen-open-nya) kicthen” saya melihat postingan tanggal 19 april,  konsep open benar-benar diterapkan di hunian yang bikin betah ini.
Meski belum pernah datang dan berkunjung, saya bisa membayangkan setiap ruang terintegrasi mulai dari tempat bersantai, istirahat, memasak, menjamu tamu dan lain sebagainya.
Tangkapan layar IG Adelya

Urusan masak memasak, supaya asap tidak menyebar kemana-mana, bisa dibantu dengan memasang cooker hood. Sementara untuk sirkulasi udara di kamar mandi, bisa dipasang Exhaust Fan, Adel menjadikan satu saklar, untuk exhaust fan sekaligus kamar mandi ( saat lampu kamar mandi nyala, kipas otomatis berputar)

Satau hal, membuat saya betah berlama-lama mantengin IG-nya Adel, adalah pemilihan warnanya di setiap ruangan itu lho. Di mata saya sangat kontras mulai dari cat dinding, funiture serta pencahayaan (lighting) pun metrial yang digunakan.

Terinsipirasi Coffe shop, Adel memikirkan lemari penyimpan barang yang cocok untuk rumah minimalis. Yaitu menggunakan funitur dengan konsep open storage, sebagai rak penyimpan bumbu dan koleksi piring.
Satu lagi pesan Adel, yaitu menggunakan pencahayaan alami (matahari) itu lebih baik. Kalau menggunakan pencahayaan lampu, sebaiknya dipilih yang sekaligus dapat memperindah ruangan. Bisa memakai standing lamp, pendant lamp aray perfect lighting wall lamp.

Meskipun rumah mungil, bisa juga menumbuhkan kesan asri dengan menghadirkan tanaman di dalam rumah.
Small Space Living ; Hidup di ruang kecil membutuhkan gaya hidup yang disederhanakan, karena lebih sedikit ruang untuk barang tambahan” ujar Adelia Vivin
IG Adelya


Tips dan Trik Menata Ruang Kerja ala Zata Ligouw

Zata mengaku, awalnya tidak memiliki ruang khusus sebagai ruang kerja. Dengan meja yang ada, diletakkan di sudut ruangan kemudian dimanfaatkan untuk bekerja.
Namun Zata merasa punya privasi di tempat tersebut, sehingga anggota keluarga terpengaruhh dan memberikan “rasa” pada tempat yang sama. Dan siapa sangka, anak-anak paham ketika mamanya sedang di meja (yang disebut meja kerja), mereka segan menganggu.
Zata Ligoue sedang presentasi -dokpri

Zata menunjukkan melalui slide presentasi, meja yang digunakan untuk bekerja, sebuah meja bekas yang dirakit ulang dan difungsikan untuk bekerja. “nanti kalau sudah ada uang, bisa beli  yang bagus” ujar Zata.

Agar terlihat bagus, meja kerja bisa diakali dengan penempatan aksesoris, seperti kotak untuk menempatkan pensil warna-warni, kalender dengan kertas note di dinding dan lain sebagainya.
Menempatkan moodboard juga penting, berupa gambar atau foto yang disukai, lokasi wisata atau pemandangan yang diambil sendiri atau juga tanaman di sekitar tempat kerja.

“Menurut penelitian di Universitas Michigan, memberi sentuhan alam di ruang kerja, seperti menaruh tanaman di meja atau di sekitar ruangan, dapat menambah daya serap hingga 20%. Pengaruh alam di dalam ruang kerja membantu menstimulasi undera dan pikiran, meningkatkan kesadaran mental seta performa dalam bekerja”

tanaman kecil di ruang kerja untuk memberikan semangat suasana yang fresh atau rileks’ tambah zata.

Penempatan lemari di ruang kerja juga jangan diabaikan, untuk meletakkan peralatan yang mendukung pekerjaan. Sehingga tidak perlu mencari barang tertentu, karena semua dijadikan satu di lemari tersebut.
------
IPEX 2019 -dokpri

Rumah tempat kita berkumpul,
Rumah tempat kita berteduh,
Rumah tempat ibadah kita,
Rumah adalah cermin jiwa.

Nyaman terpelihara
Dari panas dan hujan
Tak besar tapi bersih
Betah jiwa dan raga

Generasi 80-an ngacung, mungkin sudah tidak terlalu asing dengan lirik lagu dari group Bimbo (kalau belum familiar, sila search di youtube). 
Khusus pada lirik “Tak besar tapi bersih, Betah jiwa dan jaga” , saya menemukan benang merahnya pada rangkaian Talkshow dan Blogger Gathering - Serba-serbi Menata Rumah.

Rumah bukan sekedar ukuran dan megah, tetapi pada bagaimana kita memberikan ruh, sehingga menjadi nyaman dan betah penghuninya.
Punya rumah luas memang idaman semua orang, tetapi kalau sekarang masih tinggal di rumah mungil, bukan alasan untuk bahagia dan bersyukur. – sepakat bukan.

Semoga bermanfaat !

1 komentar:

  1. Ternyata ngga harus punya rumah besar agar rumah terlihat cantik. Rumah mungil juga bisa jadi keren jika kita tahu tips & trim menatanya ya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA