12 Mei 2022

Menikmati Suasana Tempo Doeloe di Stasiun Rangkasbitung

Tiga bulan terakhir, saya memiliki hobi baru. Kegemaran yang murah meriah, dan bisa menjadi sarana refreshing.  Bagi yang sedang mengencangkan ikat pinggang, piknik dengan naik commuter line bisa menjadi alternatif solusi.

Apalagi sekarang, stasiun-stasiun di Jabodetabek sedang giat-giatnya bersolek. Selain menghadirkan fasilitas demi kenyaman pengguna, beberapa stasiun memiliki keunikan dan penampilan berbeda. Ada stasiun yang kental suasana heritage, satu diantaranya stasiun Tanjung Priuk.

Ada satu stasiun tak kalah unik, suasana masa lalu masih terasa dan sengaja dipertahankan. Adalah stasiun Rangkasbitung (RK) atau masyarakat setempat menyebut Stasiun Rangkas. Melihat design dan material bangunan, berhasil menghadirkan vibes jadul. 

Stasiun Rangkasbitung adalah stasiun kereta api kelas besar tipe C, berlokasi di Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak Banten. Stasiun yang berada di ketinggian +22 meter, menjadi stasiun utama di Provinsi Banten.

Teman-teman yang dari Jakarta, bisa naik commmuter line dari stasiun Tanah Abang mengambil Jurusan Rangkasbitung (biasanya di peron 5/6). Atau kalau bosan mennunggu jadwal, bisa naik jurusan Maja atau  Parung Panjang  setelahnya nyambung ke Rangasbitung.

Kalau mau lebih santai, sebaiknya mengambil waktu di luar jam sibuk (jam kerja) atau di akhir pekan. Dijamin tidak berdesak-desakan, sekaligus bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Bener deh, pikiran jadi segar melihat pemandangan hijau.

Jujurly, kalau ke daerah lebak, saya jadi ingat buku karya Max Havelar. Dengan tokoh Saijah dan Adindanya, yang kini dijadikan nama taman dan perpustakaan di daerah Lebak Banten. Kalau ingin mengunjungi perpustakaan ini, dari stasiun Rangkasbitung bisa melanjutkan dengan transportasi publik lainnya.

------

Stasiun Rangkasbitung, pernah tercatat dalam sejarah kelam bangsa ini. Dahulu terdapat percabangan jalur kereta api, menuju Labuan melewati Pandeglang. Namun jalur ini direaktif sejak tahun 1984.

Selain itu ada percabangan jalur lain, di Saketi menuju Bayah yang dibangun oleh romusha. Saya yakin, kalian tidak asing dengan kata romusha atau pekerja paksa. Mereka tawanan di masa pendudukan Jepang, ketika terjadi  Perang Dunia II.  Konon ribuan orang kehilangan nyawa, akibat perlakuan tentara Jepang tak berperikemanusiaan saat pembangunan jalur ini.

Sampai di stasiun dan turun dari KRL Commuter, kita langsung disuguhi bangunan lama dengan atap dan langit-langit yang sangat khas. Bangunan dengan citarasa kental tempo doeloe, merupakan peninggalan Staatsspoorwegen. Dbagian barat  terdapat bangunan lama, sekarang difungsikan sebagai ruang tunggu khusus penumpang KA Lokal Merak.

Masih di area dalam stasiun, kita bisa mendapati depo kereta dan depo lokomotif yang menyimpan dan merawat gerbong datar.  Lokomitif ini digunakan khusus, untuk KA Babarandek dan KA Baja Coil. Dan ada depo KRL dibangun bersamaan pembangunan jalur ganda, satu lagi ada rangkaian KA Lokal Merak beserta lokomotif yang diberi tugas menariknya.

Bangunan lama yang sedap dipandang, tampak dirawat dan masih berfungsi dengan baik. Oleh pihak Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI, telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Stasiun Rangkasbitung kini memiliki empat jalur aktif, dan jalur 1 sebagai sepur lurus. Pada 1 Desember 2019,  jalur ganda Maja–Rangkasbitung resmi dioperasikan. Kini jalur 1 difungsikan sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Jakarta, dan jalur 2 untuk jalur sepur lurus jalur ganda ke arah Jakarta.  Masih di jalur 2 juga, sekaligis sebagai jalur tunggal dari dan ke arah Merak.

Piknik ke stasiun memang mengasyikan, tak perlu berpindah antarmoda. Sepanjang perjalanan, dari jendela kaca bisa menikmati pemandangan dan suasana. Sekali lagi, sebaiknya mengambil waktu di luar jam sibuk. Apalagi kalau jalan bareng teman atau keluarga.

Selain menikmati suasana stasiun, di sekitar stasiun bisa hunting kuliner atau ke lokasi wisata lokal yang terdekat. Misalnya kalau dari stasiun Rangkasbitung, bisa ke perpustakaan Saijah Adinda. Kalau ke stasiun Tanjung Priuk, bisa jalan ke lokasi legendaris yaitu pelabuhan Sunda Kelapa.

Piknik ke stasiun Rangkasbitung, atau stasiun dengan keunikan lain. Selain harga tiketnya sangat terjangkau, bisa menjadi solusi refreshing di tengah dampak pandemi. – semoga bermanfaat.

Tulisan ini sudah ditayangkan di Kompasiana dengan penulis yang sama ( SINI ) 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA