Home

20 Jul 2019

Mengenali Indikasi Kabupaten/ Kota Layak Anak

Pic satto Raji

Apa kabar Ayah dan Bunda, semoga sehat selalu dan bahagia, mengemban amanah kehidupan, yaitu mengantarkan anak-anak dewasa dan mandiri. Saya, ayah yang peduli buah hati, tak segan menimba ilmu pengasuhan.

Awal pekan di minggu kedua bulan Juli, saya bersama teman blogger parenting, datang ke Yayasan Lentera Anak, di daerah Ciganjur Jakarta Selatan. Guna menggali dan mengenali lebih mendalam, apa saja indikasi Kota Layak Anak (KLA).

-----

Yuk, sisihkan waktu barang sejenak, pejamkan mata dan bayang ayah dan bunda berada di sebuah taman yang dipenuhi bunga matahari, umpakan bunga dengan kelopak warna kuning adalah anak-anak kita.

Agar bunga matahari tumbuh subur, maka perlu disirami air, air diibaratkan kesehatan, diperlukan mulai bayi dalam wujud ASI ekslusif kemudian dilanjutkan MPASI dan seterusnya.
Taman ibarat rumah dan keluarga tempat bertumbuh, ayah dan bunda musti menjadikan rumah sebagai tempat paling nyaman.

Agar taman bisa subur perlu dirawat tukang kebun, ibarat pemerintah sebagai fasilitas utama didukung berbagai pihak, seperti media masa, yang menyosialisaikan upaya perlindungan anak.
Ya, anak musti terlindungi, sesuai konvensi hak anak, agar anak bisa bersuara mendapat hak selayaknya (Bermain, rekreasi, kesamaan/ kesetaraan, pendidikan, kesehatan, makan dan sebagainya)

Dunia usaha ikut ambil bagian, mewujudkan industri yang peduli anak, misalnya peduli limbah peduli polusi. Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Organisasi kemasyarakatan (LSM), kita sebagai individu dan bagian dari masyarakat, juga media massa, musti punya andil dalam KLA.

Indikasi Kabupaten/ Kota Layak Anak

Siapa yang masih asing, dengan istilah KLA, tenang anda tidak sendirian. Saya pernah sekali mendengar sewaktu khutbah Jumat di sebuah masjid di daerah Lebak Bulus, saya pikir KLA program dari RT setempat.
Pic satto Raji

KLA (ternyata) upaya pemerintah daerah, untuk memiliki sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya, semua stakeholder yang terencana menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhi hak anak dan perlindungan khusus anak.

Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua, bergandengan tangan mewujudkan KLA dari lingkungan sendiri. Presiden Joko Widodo menargetkan, goal KLA adalah Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030.

Indikasi KLA bisa kita lihat, diantaranya 

Akte Kelahiran ; delapan tahun silam saya mengurus akte anak kedua, nyaris dua atau tiga minggu, padahal mustinya maksimal 7 hari sudah selesai. Kenapa akte kelahiran penting, karena untuk menghindari adanya kemungkinan trafficking.

Ruang Bermain Ramah Anak ; Di taman kota atau public area, apabila mendapati ruang bermain didasari semen atau aspal, sebaiknya dilaporkan ke RT/ RW setempat, minta diganti dengan dasar pasir (pasir lebih ramah anak/ tidak mudah terluka kalau anak jatuh).
Selain itu ruang bermain anak harus bebas WIFI, agar orangtua focus mengawasi atau terlibat dalam permainan bersama anak.

Sekolah Ramah Anak ; Atas alasan keterbatasan lahan di perkotaan, membuat sekolah dibangun ke atas (ditingkat). Mengacu pada konvensi Hak Anak, sebaiknya sekolah hanya punya dua lantai, untuk mencegah resiko/ bahaya anak tidak terjatuh. Dan sebisa mungkin, semua sekolah menerima anak dengan disabilitas.

Gizi Anak ; Para ibu paham dan sadar, bahwa Asi eksklusif selama 6 bulan adalah hak anak, dilanjutkan dengan memberi MPASI.

Puskesmas Ramah Anak ; Beberapa Puskesmas di daerah saya (Tangsel), menyediakan fasilitas bermain anak. Pernah juga saya mengantar anak cabut gigi, dokter gigi anak sangat ramah dan suka mengajak becanda, sehingga anak jadi relaks.

Pencegahan Perkawinan Anak ; do you know, di Kabupaten Bogor tercatat 2200 anak/ bulan menikah. Bisa dikategorikan pernikahan pada anak, apabila pernikahan terjadi dibawah usia 21 tahun.

P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) ; rasanya nih, P2TP2A musti disosialisakan dan digaungkan, saya baru dengar ada wadah melaporkan kasus perampasan hak anak dan masalah terkait anak lainnya.

Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) ; layanan one stop service berbasis hak anak, terdapat pemberlajaran orangtua di dalamnya, tempat perujukan solusi bagi masalah anak dan keluarga.

PAUD HI (Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif) ; Day care anak di atas dua tahun,  sejenis Playgorup tapi PAUD bentukan pemerintah. Sebaiknya tidak hanya memberi pendidikan, tetapi juga pemantauan tumbuh kembang.

Infrastruktur ; Masih di daerah Tangsel, ada sekolah dasar yang letaknya berhimpitan dengan jalan raya. Tak ayal, setiap pagi dan siang terjadi kemacetan cukup parah.

Pusat Kreatifitas Anak ; fasilitas mendukung kehidupan berbudaya anak perlu digalakkan, seharusnya mudah diakses semua anak dan tidak berbayar.

----
dokumentasi pribadi

IDOLA 2030, diamanahkan Undang-undang dan Peraturan Mentri (Permen) PPA, hal ini menjadi peluang Kabupaten Kota, menginisiasi wilayahnya menjadi KLA.  Sekaligus ber- fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), agar bisa masuk kategori KLA.

Terdapat lima tingkat penghargaan menuju KLA, yaitu (rendah ke atas) Pratama, Madya, Nindya, Utama, KLA. Di Indoesia (sejauh ini) baru ada dua KLA, yaitu Surakarta dan Surabaya, tetapi masih perlu diverifikasi lagi.

Melihat Anak Dari Berbagai Sudut Pandang

  • Anak dan Kebijakan. Perlu dibuat peraturan kebijakan KLA, menguatnya kelembagaan KLS, sekaligus keterlibatan dan dukungan dunia usaha, LSM dan Media.
  • Khusus ibu hamil dan bayi usia 0-24 bulan, anak perlu registrasi dan  mendapat kutipan akta kelahiran,  persalinan di pelayanan faskes, status gizi balita dan PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Anak) usia di bawah 2 tahun.
  • Balita dan Keluarga ; disediakan lembaga konsultasi pengasuhan, PAUD HI, lembaga pengasuhan alternatif terstandarisasi.
  • Anak dan Lingkungan Sekolah ; Tersedia fasilitas informasi layak anak, Sekolah Ramah Anak, Wajib Belajar 12 tahun
  • Fasilitas Layak Anak ; Infrastruktur layak anak, faskes ramah anak, Kawasan tanpa asap rokok (duuh ini susah banget), fasilitas budaya, kreatifitas, rekreatif ramah anak.
  • Perlindungan Khusus Anak ;  perlindungan pada anak korban kekerasan dan penelantaran, dibebaskan dari pekerja anak, anak korban pornografi, terlayaninya anak dengan disabilitas, minoritas dan terisolasi, anak korban jaringan terorisme, anak korbab stigma akibat kondisi orangtua.

 
FGD di Yayaysan Lentera Anak -dok Lentera Anak
Apa yang bisa orangtua lakukan ?
Lakukan sebisanya meskipun kecil, misalnya memberi contoh agar tidak merokok. Kita semua tahu, meninggalnya Pak Sutopo BNPB beliau terkena kanker paru paru stadium lanjut, ternyata seorang perokok pasif.

Kemudian ayah dan bunda musti upgrade ilmu pengasuhan, sehingga bisa terus belajar menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak tersayang.

33 komentar:

  1. Masih banyak PR yang mesti dikerjakan untuk tempat tinggal kita mencapai KLA. Pastinya perlu ada team work yang solid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. perlu ada yang berani merintis hal ini ya kak

      Hapus
  2. Duh,keren ini wilayahnya bisa cocok untuk anak2. Bahkan dalam sebuah keluarga kadang gak cocok untuk anak lingkungannya ya gak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. musti dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga

      Hapus
  3. semoga seluruh kota di indonesia bisa dikategotikan KLA suatu saat nanti. Asal jangan isinya mall aja ... tar jadi anak yang konsumtip kek emak babenye hehehhe

    BalasHapus
  4. Kalau baca tentang anak rasanya hati ikut ada disana. Satu sisi ada yang sangat ideal satu sisi dari lingkungan terdekatpun kadang yang bikin "tidak ideal"

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita orangtua musti ikut belajar menjadi orgtua ideal

      Hapus
  5. Semoga kedepannya makin banyak kota-kota yang bertransformasi menjadi kota layak anak
    Dan di sudut-sudut kota kita akan melihat anak-anak bermain ceria dengan senyum bahagia

    BalasHapus
  6. Andai semakin banyak kota yang layak anak. Rasanya akan semakin banyak senyum anak yang mengembang :)

    BalasHapus
  7. Aku fokus di bagian perokok pasif nih. Ga semua orang dewasa sadar kalau yang mereka lakukan untuk berbahaya untuk sekeliling, khususnya buat anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kasian mereka yang perokok pasif ya mbak

      Hapus
  8. Indikator KLA banyak bener, Jakarta saja sepertinya belum lolos. Apalagi kota-kota lain ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. paling susah dihindarkan Rokok, yang membuat belum semua kota menjadi KLA

      Hapus
  9. aku baru tahu lho soal indikasi ini, mudah2an makin banyak kota yg layak anak ya mas...

    BalasHapus
  10. Jadi pembangunan nggak melulu soal fisik saja ya. Pembangunan non fisik seperti memerhatikan kebutuhan anak2 sangat perlu dilakukan. Utk kasa depan bangsa yg lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. pembanggunan non fisik, butuh waktu panjaaang

      Hapus
  11. Untuk mewujudkan KLA sepertinya masih banyak pekerjaan yg harus dibenah. Di daerah saya aja tempat bermain anak udah gak ada, padahal waktu saya kecil, banyak bgt tempat bermain yg asik buat anak-anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain tempat bermain juga perilaku kakak

      Hapus
  12. semoga makin banyak kabupaten kota yang layak untuk anak, biar anak-anak bisa bahagia di lingkungannya dan yang jelas dimulai dari keluarganya sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, dimulai dari keluarga utk mewujudkan KLA

      Hapus
  13. aq tuh baru tahu mas mengenai KLA ini, banyak sekali syarat dan ketentuan untuk menjadikan sebuah kabupaten atau kota menjadi layak KLA, tapi dengan dukungan semua pihak semoga bisa terwujud untuk generasi masa depan yang lebih baik, thanks ilmunya mas

    BalasHapus
  14. jadi semua kabupaten harus memiliki syarat sebagai kota yang layak anak ya, terutama ruang buat bermain dan belajar serta pemenuhan gizi yang tepat

    BalasHapus
    Balasan
    1. serta teladan dari orangtua misal tidak merokok

      Hapus
  15. Belum jadi ayah aku, mas. Tidak mungkin juga jadi bunda. Tapi gapapa, setidaknya ini jadi bahan pelajaran untuk saya yang kelak jadi ayah. Tulisannya insightful.

    BalasHapus
  16. Oh ternyata untuk jadi KLA itu bukan hanya soal menyediakan ruang bermain ya. Tapi juga perangkat-perngkat lainnya. Baru tau aku loh Mas, makasih ya sudah share informasi ini.

    BalasHapus
  17. Baru tau mas istilah KLA. Tapi, diliat dari indikasi KLA, kok perasaan belum ada ya di Indonesia.

    BalasHapus
  18. Nah, aku baru ini nih baca soal indikator apa aja supaya bisa disebut sebagai Kota kayak anak. Concern juga buat yang sekolah. Ternyata tingkat maksimal hanya dua lantai ya. Di kotaku pun masih banyak banget sekolah dasar Yang di pinggir jalan raya.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA