3 Apr 2019

Tangkis Eksploitasi Anak Bermotif Audisi Bulutangkis

sumber mauberita.com

Sebagai orangtua, saya mendukung anak berprestasi di bidang ditekuni. Anak saya suka bola, semasa SD (kelas 4 – 6) pernah ikut ekskul dan turnamen sepak bola.
Pernah sekali ikut audisi sepakbola via medsos, disponsori produk susu untuk anak usia 7 – 12 tahun, namun belum lolos untuk ditangani pelatih klub ternama kelas dunia.

Saya perhatikan, audisi olahraga lain juga semakin marak dilakukan, mulai dari basket, renang, atletik, bulu tangkis dan lain sebagainya.
Jujur, sebagai orangtua saya senang, melihat anak-anak Indonesia bertumbuh dan diberi ruang berkembang sesuai bakat dan minat.

Saya bisa bayangkan, wajah Indonesia pada sepuluh atau duapuluh tahun mendatang, akan diisi generasi berprestasi dan memiliki jiwa berkompetisi.
Semangat ini tidak boleh dipadamkan, kita para orangtua harus mendukung, demi masa depan cemerlang anak-anak dan bangsa Indonesia.

Tapi, (mungkin sudah hukum kehidupan) selalu saja ada celah, menodai semangat berprestasi dengan hal-hal tidak diinginkan.
Pemilik modal besar tidak tinggal diam, memanfaatkan keriuhan dan antusias masyarakat, untuk menaikkan brand dimiliki pemodal.

Bergegas menjadi sponsor, berani menggelontorkan dana untuk kegiatan olahraga, dengan kompensasi promosi besar-besaran sepanjang acara berlangsung.
meskipun nyata-nyata, produk dipromosikan bertolak belakang, tidak selaras dengan semangat olahraga untuk hidup sehat yang diusung event diselenggarakan.

Parahnya, brand menjadikan anak-anak sebagai media, secara langsung maupun tidak menanamkan brand tersebut di alam bawah sadar mereka.
Contohnya, produk rokok yang rutin mengadakan audisi bulutangkis, akif menjaring anak-anak rentang usia 6 - 15 tahun.

Djarum, telah menggelar audisi bulutangkis sejak 2006, bahkan pada tahun 2018 audisi diadakan sepanjang bulan Maret – September di 8 Kota.
Audisi ini tentu mendapat perhatian sangat luar biasa, tercatat sampai 5.957 jumlah peserta audisi dan diseleksi sangat ketat menjadi 23 peserta.
sumber juara.net


Promosi Rokok Menggunakan Media Anak

Pernah dong, menyaksikan pertandingan olahraga entah di PON, Asian Games, Sea Games, Olympiade atau turnamen dan pertandingan lainnya.
Coba perhatikan, kaos dikenakan atlet saat bertanding, biasanya dipenuhi gambar atau logo produk sponsor pertandingan.

Dari sudut mana saja kamera mengambil gambar, tulisan atau logo produk selalu terlihat, bisa disaksikan dan dibaca jutaan pasang mata penonton.
Dampak promosi besar-besaran dan masif di pertandingan, membuat nama brand naik, otomatis berpengaruh pada peningkatan penjualan.

Masalahnya, bagaimana kalau brand ini menyasar anak-anak, melalui kegiatan audisi olahraga, kemudian peserta diharuskan memakai kaos berlogo dan atau tulisan produk rokok.
Logo terpampang mencolok di kaos, dipasang di bagian dada ribuan anak-anak, untuk memperebutkan puluhan beasiswa agar bisa masuk karantina.
Sementara ribuan anak tereliminasi, terpaksa pulang ke rumah dengan membawa kaos berlogo rokok, yang kemudian akan dipakai berulang ulang.

Yayasan Lentera Anak, menggelar Forum Group Discussion (FGD) bersama Blogger dengan tema “Audisi Badminton : Eksploitasi Anak atau Pengembangan Bakat Anak? “, bertempat di Perpustakaan Kemendikbud Jakarta,
Psikolog Liza Djaprie- dok YLA

Menurut Psikolog Liza Djaprie, yang hadir sebagai narsum, bahwa Audisi beasiswa Bulutangkis yang disponsori oleh brand rokok dapat mempengaruhi psikologi anak. Sebab, daya analilis anak-anak masih minimalis dan daya logika mereka juga belum berfungsi dengan baik.
Otak anak seperti spons, menyerap semua informasi yang diterima sesuai yang tersampaikan,” ujar Liza.

Kemudian tulisan atau logo brand, yang terpampang di kaos, spanduk, topi atau apapun medianya di event olahraga, akan dipersepsikan dengan olahraga itu sendiri.
Masih menurut Liza, text, font, warna pada kaos yang digunakan selama audisi badminton akan nyantol di memori anak.

Ketika anak-anak menginjak remaja, melihat logo atau merek di Kios, di mini market, di warung dsb, akan langsung terstimulus dan terasosiasi pada merk rokok tertentu.
Lisda Sundari, ketua Yayasan Lentera Anak (YLA) beranggapan, bahwa anak yang ikut audisi dan diwajibkan memakai kaos dengan brand rokok, menjadikan anak seperti iklan berjalan.
Lisda Sundari -dokpri

Mengacu UU Perlindungan Anak Pasal 761 “Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap anak”

Sementara arti eksploitasi, pada pasal 66 “tindakan dengan atau tanpa persetujuan anak yang menjadi korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan anak oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan materiil”

Dari dua pasal tersebut jelas terwakilkan, terdapat dugaan eksploitasi secara ekonomi, yakni menggunakan tubuh anak untuk promosi (memakai kaos) produk rokok.
Sejauh ini YLA masih menyoroti rokok dibanding produk lain, karena rokok mengandung zat adiktif yang menyebabkan kecanduan, dalam jangka panjang, pecandunya berpotensi menderita beragam penyakit.
dok YLS

Sebagai individu, apa yang bisa kita lalukan?
Kalau saya ya, tetap mendukung prestasi anak, dengan pilih dan pilah jenis kegiatan dan yang terlibat. Bukankah untuk mendapatkan hal baik (prestasi) musti dengan cara yang baik?

Saya yakin, masih banyak audisi olahraga serupa, yang diselenggarakan berbagai pihak, meskipun mungkin berbeda skalanya.

Ingatan anak-anak akan hal-hal baik lebih utama, caranya diiisi informasi positif demi kebaikan mereka di hari mendatang.  

3 komentar:

  1. Jadi hati-hati nih mengikutkan anak untuk audisi apapun. Mesti teliti melihat sponsornya.

    BalasHapus
  2. Semoga ada jalan keluar untuk dilematika ini. Audisi bulutangkis tetap berjalan tanpa ada eksploitasi anak

    BalasHapus
  3. Audisi tetep boleh jalan asalkan jangan ada pesan sponsornya ya, logo-logonya harus dihilangkan dulu terutama pada kaus anaknya ya mas Agung.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA