5 Jun 2024

Menikmati Jakarta dari Penyangga Langit

Lebih dari dua dasawarsa, saya merantau di ibukota. Monas atau Monumen Nasional, nama yang familiar sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Tugu kenamaan, kerap saya lihat gambarnya di buku pelajaran.

Kemudian saya lihat langsung, ketika kelas empat SD. Paman --adik dari ibu-- menikah, saya diajak serta. Kali kedua saat kelas XII, ketika berlibur ke Jakarta.

Setelah merantau di megapolitan, kantor saya di Kebon Sirih. Di gedung pencakar langit, ruangan saya di lantai 7. Saban hari, saya bisa melihat Monas. Kalau suntuk dikejar target, dengan roda dua saya berkeliling monas.  Saat itu belum dipagar, bisa masuk kapanpun sesuka hati.

--- 

WA group omunitas Indonesia Corner, hari itu membagikan pengumuman. Akan ada acara jalan-jalan, dan ada jadwal naik ke puncak monas. Weekend ada  acara Jakarta Night Journey, kami memanfaatkan momentum.

Kami kumpul di Balai Kota, kemudian dengan city tour ke kawasan Kota Tua. Jakarta Smart City, tujuan pertama perjalanan hari ini. Ada di lantai atas Balai Kota, kami menyaksikan layar monitor besar.

Jakarta Smart City adalah penerapan konsep kota cerdas, dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi untuk mewujudkan pelayanan masyarakat lebih baik. Konsep Smart City, sebagai cara meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan. Baik dalam memanfaatkan data, aplikasi, memberi masukan maupun kritikan secara mudah.

Di monitor besar, bisa disaksikan jumlah aduan masyarakat tentang fasilitas publik. Mulai masalah sampah, halte rusak, taman kurang tertata dan aduan lainnya. Ada tiga indikator warna, Merah untuk aduan masuk, Kuning sedang ditangani dan Hijau masalah terselesaikan.

Perjalanan selanjutnya ke Kota Tua, dengan mengendarai City Bus. Membelah jalanan Jakarta yang macet, menjadi pemandangan warga Jakarta. Sepanjang perjalanan ada pemandu yang menghibur, membuat waktu tempuh tak terasa.

Kami turun sejenak, meniikmati kawasan Kota Tua. Setelah berfoto bersama, kembali naik ke Bus City. Kami tak bisa berlama-lama, mengejar agenda terakhir yaitu naik ke puncak monas.

Pukul 16.30 kami sampai di area Lenggang Jakarta Kawasan Monas, makan sore dan sholat maghrib. Baru kami masuk ke Monas, tugu setinggi 132 meter dibangun masa pemerintahan Sukarno. Monas dimahkotai lidah api berlapis emas, melambangkan semangat pejuangan yang menyala-nyala.

Pada 12 Juli 1975 dibuka untuk umum, sampai sekarang kita bisa rasakan. Kami naik ke puncak monas, melalui lift berkapasitas sepuluh orang. Rancang bangun Tugu Monas, mengusung konsep Lingga dan Yoni.

Pukul 19.00, rombongan sampai di puncak monas. Persis di ruangan bawah emas, menyaksikan Jakarta malam hari dari udara. Kerlip lampu menyebar rata seantero kota, pemandangan yang indah dan mengesankan.

Awalnya saya sempet deg-degan, namun lama-lama bisa beradaptasi. Kami mulai enjoy dan nyaman, menikmati Jakarta Malam dari ketinggian 433 kaki. Sekitar lima belas menit di puncak monas, kembali turun dengan lift ke lantai dua (cawan).

Perjalanan pulang, badan sudah bergelayut rasa lelah. Sepanjang jalan di Commuter Line, ternyata hati dan pikiran masih tertinggal di puncak Monas. Perjalanan yang mengesankan, saya terngiang canda dan gurauan sepanjang acara. -salam-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA