16 Feb 2019

Belajar Konsisten dari Christine Hakim

sumber tribunnews

Pecinta film Indonesia, pasti tidak asing dengan  nama besar satu ini. Herlina Christine Natalia Hakim, atau dikenal dengan Christine Hakim.
Sejak debutnya di film ‘Cinta Pertama’ tahun 1973, film perdananya di bawah arahan Teguh Karya ini mengantarkan namanya meraih Piala Citra, kategori Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 1974.

Selanjutnya satu penghargaan ke penghargaan bidang film diraih, menjadikan Christine Hakim sebagai sosok disegani di dunia perfilman.
Sebut saja judul film ‘Sesuatu yang Indah (1977)’ ‘Pengemis dan Tukang Becak (1979)’, ‘Di Balik Kelambu (1983)’ ‘Kerikil- kerikil Tajam (1985)’ ‘Tjoet Nya’ Dien (1988)’ dan masih banyak judul lainnya menorehkan namanya sebagai peraih penghargaan dari dalam dan luar negeri.

Christine adalah artis pertama dari Indonesia, yang dipercaya duduk di kursi dewan juri ‘Festival Film Cannes Prancis’ bersama David Lynch, Sharon Stone dan Michelle Yeoh.
Christine dipercaya menjadi perempuan bali bernama wayan, beradu akting dengan Julia Robert dalam film Eat Pray and Love

Sampai menginjak usia ke 62 tahun tahun ini, Christine Hakim terbilang masih produktif, baik sebagai produser atau membintangi film garapan sutradara muda.
Sikapnya yang mau terus belajar, menimba ilmu dari siapapun, termasuk kepada yang lebih muda, membuatnya terus ada di dunia film.

Maka tidak berlebihan, apabila atas kiprah dan totalitasnya, perempuan kelahiran Kuala Tungkal Jambi ini diganjar penghargaan ‘Life Time Achievment FFI 2016 dan Indonesia Movie Award 2017.’
Sebuah pencapaian luar biasa, yang dibaliknya saya yakin pasti ada satu sikap diterapkan, dan sikap ini sejatinya bisa diaplikasikan di semua bidang profesi.
majalahkartini.com


KONSISTEN—dalam sebuah wawancara, Christine mengakui sikap konsisten yang dia pegang, dan sikap konsisten ini jarang dimiliki setiap orang.
Coba saja hitung, tidak banyak nama pemain film seangkatan Christine, yang masih bertahan sampai puluhan tahun dan produktif sampai seusianya.

Keinginan berhenti dari dunia film, diakuinya sempat beberapa kali terbersit, contohnya ketika dunia perfilman Indonesia sedang mati suri pada rentang tahun 90-an.
Namun, keinginan itu ditepisnya sendiri, sembari menyakini bahwa film bisa menjadi tempat mengabdikan diri dan menebarkan kemanfaatan.

Menerapkan sikap konsisten sangat sulit, diperlukan ketangguhan dan kesabaran, musti berjuang menaklukan ego pribadi.

Upaya ditunjukan Christine, bisa menjadi contoh bahwa manusia dimampukan melampaui pencapaian yang diingini, asalkan konsisten dan tidak gampang menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA