1 Mei 2018

Pentingnya Kesadaran Kesiapsiagaan Bencana Pada Setiap Orang


Kari Kesiapsiagaan Bencana -dokpri


Kamis Pagi itu, untuk sebuah urusan saya berada di lantai lima sebuah gedung perkantoran di kawasan Jakarta Timur.

“KRIIIIIIIIIIIIIIIIINNNGG”
Sekitar jam sepuluh pagi, alarm tanda bahaya berbunyi panjang. Menyusul terdengar suara pengumuman, telah terjadi kebakaran di lantai lima dan sepuluh.

Haaaah, lantai lima ?? Sontak saya ikut panik, mengingat sedang berada di lantai yang tengah terbakar.

Sembari menyelamatkan diri, saya menyapu pandangan dari ujung ke ujung. Di pojok kanan ruangan, tampak kepulan asap kecil.

Pegawai di lantai lima heboh, satu petugas keamanan berseru melalui toak, meminta setiap orang berlindung di bawah meja.

Dua tiga menit alarm berhenti, semua orang sudah berada di bawah meja masing-masing, petugas keamaan kembali memegang kendali.

“Bapak ibu, silakan keluar melalui tangga darurat dengan tangan di atas melindungi kepala” terdengar instruksi lanjutan dari toak.

Ya. tangga darurat solusi menyelamatkan diri. Kami yang ada di lantai lima, bergegas menuju pintu darurat.

Begitu pintu terbuka, kami bertemu dengan pegawai dari lantai atas yang juga bergegas turun –dengan posisi tangan yang sama--.

Langkah kaki tidak bisa terburu-buru, semua karyawan satu gedung meniti satu demi satu anak tangga menuju loby.

Akhirnya kami sampai pintu terakhir di loby, petugas mengarahkan ke lapangan persis di depan gedung perkantoran.
Kesiapsiagaan bencana -dokpri

Petugas keamanan menjadi orang yang paling sibuk. Handy talky ada di tangan, tak henti melakukan koordinasi.

Dari ujung toak terdengar, diharap bergerombol sesuai asal lantai, agar mudah mengetahui –teman satu lantai-- yang belum ada di barisan.

Tak lama berkumpul di lapangan, dua mobil pemadam kebakaran datang diiringi mobil ambulan di belakangnya.

Dengan sigap petugas damkar menjulurkan slang, kemudian kran dibuka, hanya dalam hitungan detik air menyembur ke sumber api di lantai lima dan sepuluh.

Saya berdiri di dekat petugas, mendengar informasi ada korban di lantai lima dan sepuluh perlu penanganan cepat.

Tak ada jalan lain, kecuali melalui tali dengan tehnik flying fox. Bagi yang berkemampuan, tehnik meluncur dengan tali adalah cara lebih cepat.
Kesiapsiagaan Bencana -dokpri


Riuh rendah dan segala kepanikan berangsur mereda, dalam kurun waktu nyaris dua jam kebakaran bisa diatasi.

Korban dalam kondisi lemah –ada yang pingsan—akhirnya berhasil diselamatkan, mendapat penanganan dari team medis.
Penyelamatan korban -dokpri

-00o00-

Tapi tenang, semua keriuhan yang baru saja berlangsung, adalah bagian dari geladi evakuasi kesiapsiagaan bencana.

Kegiatan diadakan di gedung kantor Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), di jalan Pramuka Jakarta Timur

Kesiapsiagaan, sudah sepantasnya menjadi kesadaran setiap individu, mengingat di beberapa wilayah Indonesia, termasuk kategori rawan bencana.

Individu sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, bisa menjadi motor kesiapsiagaan bagi diri, keluarga dan orang terdekat.


Fakta geologis dan hidrometeorologis, Indonesia memiliki potensi bencana seperti tsunami, erupsi, gunung api, banjir, longsor dan puting beliung.

Melansir data dari BNBP, sepanjang 2017 di Indonesia terjadi 2.372 bencana, merenggut 377 korban meninggal dunia.

Sebuah survey di Jepang – berdasarkan gempa Great Hansin Awaji 1995 -- , presentase korban selamat dalam durasi golden time.

Kesiapsiagaan diri sendiri (35%), dukungan anggota keluarga (31.9%), Teman/ tetangga (28.1%), orang lewat (2.60%), Tim Penolong (1.70%), lain-lain (0.90%).

Kesepakatan pada saat prabencana perlu dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, agar mereka lebih siap menghadapi situasi ketika darurat bencana,” Jelas Williem Rampangilei selaku Kepala BNPB dihadapan awak media dan Blogger.

Menghadapi situasi darurat, perlu skenario aksi di setiap kondisi berbeda. Skenario dibuat bersama anggota keluarga, sesuai jenis bahaya yang mengancam.

perlu disepakati siapa melakukan apa dan bagaimana caranya,” tambah Williem.

Mengingat pentingnya kesiapsiagaan bencana, BNPB mencanangkan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana

Mengapa dipilih tanggal 26 April ? pada tanggal yang sama 11 tahun lalu – 2007 – telah disyahkan UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Williem Rampangilei , Kepala BNPB (tengah pegang mike) dalam konfrensi pers - dok WAG

Perlu ditumbuhkan gerakan kesiapsiagaan, agar setiap individu mampu menghadapi situasi bencana secara cepat dan tepat.

O’ya, geladi evakuasi bencana yang baru saja saya ikuti, ternyata juga dilakukan secara serentak di beberapa tempat di seluruh Indonesia.

Kegiatan yang digelar sampai jam 21.00 ini, melibatkan 30.069.804 peserta dari unsur pemerintah, organisasi, sekolah dan keluarga.

Bencana alam memang tidak bisa dihindarkan, tapi kesiapsiagaan perlu dibudayakan pada setiap individu.

Untuk berjaga-jaga kalau berada di situasi bencana, bisa menyelamatkan (minimal) diri sendiri dan orang terdekat.

2 komentar:

  1. Pengetahuan untuk menyelamatkan diri saat bencana sangat penting untuk diketahui anggota keluarga tetdekat ya dan Saat bencana datang jangan panik , hal tersebut dapat meminimalisir korban harta,benda dan nyawa

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA