Home

11 Mei 2016

Tiga Buku Pemenang Manuskrip Buku DKJ 2015

Anda pecinta puisi ?
Saya merekomendasikan tiga buku keren, yang kudu dibaca dan dihayati.  Tiga buku sudah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, sekaligus sebagai pemenang "Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta 2015". Sergius mencari Bacchus karya Norman Erikson Pasaribu (Pemenang I) , Kawitan karya Ni Made Purnama Sari (Pemenang II) dan Ibu Mendulang Anak Berlari karya Cyntha Hariadi (Pemenang III).
Ki-ka ; Norman Erikson Pasaribu,  Cyntha Hariadi, Ni Made Purnama Sari bersama Andy Tarigan dari Gramedia Pustaka Utama (dok pribadi)
Acara peluncuran diadakan di bilangan Senopati Jakarta Selatan, dihadiri awak media, blogger dan peminat puisi. Dikemas santai namun serius, undangan duduk melingkari meja selain ada yang berjajar.
"3 karya puisi ini adalah seleksi dari 572 karya yang masuk dalam Sayembara Manuskrip Buku DKJ 2015" ujar Mikael Johani selaku dewan juri.
Bisa dipastikan dari ratusan disaring dan disaring, puisi-puisi ini tentu memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Saya yakin pasti juri bekerja ekstra keras, mengingat banyaknya karya puisi yang harus dibaca satu persatu.
Selain Mikael Johani di kursi dewan juri, ada Joko Pinurbo dan Oka Rusmini. Tiga nama juri adalah Sastrawan Indonesia, masing-masing sudah berkecimpung lama dan berkarya tentunya.
Buku "Sergius Mencari Baccus", kisahnya disampaikan dengan nada ringan komikal namun cerdas. Pemakaian ironi yang mantap, menunjukkan kepiawaian sang penulis mencampur-adukkan berbagai macam referensi, alusi dan gaya. Dari yang kuno sampai yang kekinian, dari yang high culture sampai ke pop culture.
Sepanjang acara peluncuran saya akui, Norman termasuk yang paling kocak diantara dua pembicara lainnya. Norman juga yang kerap menerbitkan GERR, ketika saya sedang serius menyimak penuturannya.
Termasuk mengaku saat hendak baca puisi, "Maaf Mungkin Suara Saya Agak Serak, Karena Saya Haus" Hahaha.
Sementara buku dengan judul "Kawitan" diambil dari arti kata muasal, baik muasal pemikiran, jati diri, budaya dan muasal segalanya. Puisi Kawitan lahir dari tulisan  Ni Made Purnama Sari, yang sangat dalam saat menjelaskan sesuatu. Suaranya besar begitu menghayati dan dalam, ketika membacakan satu puisi karyanya.  Saya menerka darah Bali sangat mempengaruhi, melihat segala masalah sampai mendalam.
Puisi pada buku Kawitan, penyair membiarkan alusi menjadi ilusi. Ketakutan kemudian menjadikannya sekedar catatan kaki, atau tergoda menjadikannya bahan pamer. Di sana-sini muncul empati sosial, dengan deskripsi yang lembut. Pengendapan emosi, intensitas dan kesubliman merupakan kekuatan manuskrip di samping kemampuan berbahasa yang baik.
Sedang buku ketiga "Ibu Mendulang Anak Berlari", adalah pengalaman pribadi Cyntha Hariadi sang penulis. Sebagai ibu Cyntha berusaha mempersembahkan terbaik untuk anak, namun kadang pikiran anak berbeda. Contoh paling dekat dalam keseharian, adalah ketika ibu hendak mendulang agar anak tidak lapar. Tapi karena anak berbeda pemikiran, malah berlarian cenderung tidak mau.
Dengan bahasa yang sederhana, Buku dari Chynta berhasil memotret kekompleksan sebuah pengalaman menjadi ibu. Berhasil menyulap detil detil banal kehidupan domestik, menjadi sesuatu yang menakjubkan dan hampir sureal.
Anda Penasaran?
Segera kunjungi toko buku terdekat, dapatkan tiga buku keren yang dijamin membuat masyuk dalam perenungan. (salam)
Suasana menjelang acara Media Gathering dan Soft Launching (dokumentasi pribadi)

4 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA