Cover Novel (dokpri) |
Judul Novel : No Ordinary Love (Beri Cinta Sedikit Waktu)
Penulis : Ita Sembiring
Penerbit :
Jogja Great Publisher
Halaman :
200 Hal
Cinta menjadi tema abadi tak
berpenghabisan, untuk diangkat dalam sebuah karya. Mungkin sudah tak terhitung
lagi, berapa banyak novel, lagu, film yang memasang tema cinta. Kreatifitaslah
yang akan menentukan, akankah tema cinta menjadi menarik, biasa, atau justru
membosankan. Dengan mengangkat cinta dari berbagai sudut padang, niscaya
menjadi tampilan yang berbeda.
Remo lelaki muda dan tampan blasteran
Prancis, sedang menjalin hubungan dengan Ligaya. Sebegitu dalam cintanya lelaki
sabar dan tekun ini, meniti hari dengan perempuan pujaan. Meskipun kenyataan
tak mengenakkan dialami, Ligaya belum mampu melupakan Dello Langit. Cinta
pertama Ga panggilan sayang Ligaya, pada sutradara film nyentrik yang
dikenalnya. Namun petaka dialamai Ligaya yang sedang kasmaran, Dello membut
pengakuan yang mengejutkan. Pria berambut gondrong ini ternyata beristri dengan
satu anak, akhirnya cinta terpaksa tak dilanjutkan. Alasan klise tak ingin
meninggalkan keluarga, tapi kenapa masih main api juga ya.
Ligaya bukan berarti tak mencintai Remo,
secara tak sengaja sering membandingkan. Dua lelaki yang berbeda sifat dan
pendirian, yang pernah dan sedang mengisi hatinya. Setiap pergi ke suatu tempat atau makan atau
sekedar panggilan dari Remo, kebetulan mengingatkan Ga ada Dello. Hingga
akhirnya Remo merasa jengah, memilih untuk menyudahi hubungan. Remo yang
berperangi tidak temperamen, memutuskan berpisah dengan baik baik. Sebuah
selimut bergambar hati dan sebuah CD lagu "selimut Hati" dari group
band Dewa, dipersembahkan saat putus cinta dengan Ligaya. Tak seperti cerita
sinteron, keduanya berpisah baik baik dan menjadi teman.
Putusnya hubungan Ligaya dan Remo,
membuka kesempatan perempuan lain mengisi hati Remo. Satu nama Fey adalah perempuan teman sekantor,
sejak lama memendam hasrat dengan Remo. Namun perempuan manis ini cukup pintar,
membungkus perasaan sehingga tak terlalu nampak. Terlebih saat lelaki yang
ditaksir masih berstatus pacar Ligaya, Fey tetap menahan dirinya sendiri.
Hubungan keduanya bak sahabat, sering ngobrol dan berbagi kisah. Remo tak
sungkan menggoda Fey dengan sebutan jomblo, termasuk curhat soal kekasihnya
si Ligaya. Hingga akhirnya kesempatan terbuka bagi Fey, mengisi hati Remo pasca
putus dengan Ligaya. Saat yang dinanti akhirnya tiba, Remo megungkapkan
maksud hati pada Fey. Ibarat Pucuk dicinta ulampun tiba, Fey menerima dengan tangan
yang terbuka.
Menjalin hubungan dengan Remo tak
seindah bayangan, Fey musti menelan kekecewaan sikap Remo. Sementara Ligaya
mulai dilandai kecewa, telah mengabaikan Remo dari hatinya. Pada bagian akhir Novel
ini pembaca akan mengetahui, keputusan Remo yang berada dipersimpangan dua perempuan.
****
Penulis Bersama Ibu Ita Sembiring (dokpri) |
Cerita yang dituangkan Ita Sembiring
sang penulis, cukup ringan dan meghibur. Setting Bali yang dipilih menjadi
latar, cukup membawa imajinasi pembaca pada keindahan Pulau Dewata. Nama tokoh sangat
mewakili generasi masa sekarang. Ligaya, Fey, Punia, Remo, Dello, adalah nama
yang sangat enak di dengar. Setiap judul sub bab dibuat unik, memakai nama
tempat dan waktu sebagai patokan cerita. Entah di Pantai, Mall, atau lokasi
lain, lengkap dengan jam terjadinya. Sejauh saya membaca banyak novel, baru
sekali menjumpai cara yang lain ini.
Selain sebagai penulis Ita Sembiring
juga sebagi dosen dan public speaking, karakter ini terasa dalam gaya
penulisan. Bahasa tulis yang dipakai mengalir cukup enak, pembaca dibuat geli
pada bagian tertentu. Tingkah konyol Fey saat hendak meraih hati Remo, diiringi
kesebalan pada Ligaya. Meski nyata nyata naksir pada lelaki teman kantor ini,
tapi masih jaim tak melupakan adat sebagai orang timur. Saat monolog Fey di
dalam hatinya, adalah kalimat kalimat lucu yang membuat pembaca tersenyum.
Bok Signing bu Ita S (dokpri) |
Saya peribadi pernah hadir di kelas ibu
Ita sembiring, yang begitu cair dan hangat suasananya. Tak jarang ketika bu Ita
sedang di depan kelas, memakai kalimat dan gerak tubuh yang luwes. Kami dalam
satu kelas tak bisa menahan tawa, saat menyimak penjelasan beliau. Pada novel
ini saya menjempai karakter tersebut, sehingga membuat cerita tak membosankan
dan terasa lebih hidup.
Cinta memang perlu kesabaran dan
ketelatenan, dan tentu butuh sedikit waktu. Itu pesan yang ingin disampaikan
penulis, dan memang benar adanya. Novel yang berjudul "No Ordinary
Love", bisa menjadi referensi bagi pembaca. Tak harus anak muda saja, bagi
kaum dewasa tak ada salahnya "melahap" novel ini. untuk Ibu Ita
Sembiring sukses selalu, ditunggu karya selanjutnya. (salam)