29 Des 2022

Memberi Ruang Berkarya bagi OYPMK dan Disabilitas

 

Musim liburan tahun baru tiba, bukan berarti diisi dengan bermalas-malasan. Saya mengikuti secara streaming, acara Ruang Publik KBR dipersembahkan NLR Indonesia. Mengetengahkan tema, “Praktek Baik Ketenagankerjaan Inklusif : Mengantar Mimpi OYPMK dan Disabilitas”.

Ya, tidak bisa dipungkiri, bahwa Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) dan Disabilitas (masih) dianggap kelompok rentan. Mereka belum sepenuhnya bisa mandiri, belum sepenuhnya lepas dari stigma (negatif) masyarakat.

Meski ada (sebagian) disabilitas, yang telah membuktikan bahwa dirinya berdaya. Sebut saja nama Surya Sahetapy, putra dari penyanyi senior Dewi Yull dan Ray Sahetapy. Surya pernah mendapatkan beasiswa, kuliah ke luar negeri dan berbicara di forum internasional. Ada lagi Angkie Yudistia, disabiloitas tuli yang staf khusus Presiden.

Mereka baru sebagian kecil, semoga bisa menginspirasi OYMPK dan disabilitas lain. Agar bisa berdaya dan mandiri, sehingga meluruhkan pandangan masyarakat.

---

Ruang Publik KBR menghadirkan, Abdul Mujid, Ketua FKDC (Forum Komunikasi Disabilias Cirebon), dan Antony Ginting, Recruitment & Selection Manager HO Alfamart.

Abdul Mujid mengamini soal diskriminasi disabilitas, dirinya juga penyandang disabilitas bisa merasakan hal tersebut. Maka tercetus inisiatif membuat wadah/ komunitas, yaitu FKDC pada April 2007. Forum ini telah memiliki 285 anggota, terdiri dari 235 disabilitas dan 50 OYPMK.

Masih menurut Abdul, tujuan dibentuk FKDC, sebagai wadah saling menguatkan, edukasi, meningkatkan skill dan mengatasi masalah seputar disabilitas dan OYPMK. Sehingga tercipta non diskriminasi, pemenuhan akses, kesetaraan, kemandirian kelompok disfabel dan OYPMK.

Upaya yang berkelanjutan, mulai membuahkan hasil. Kini 20 anggota dengan disabilitas bekerja di Alfamart, dua OYPMK diangkat sebagai PNK (guru SMK dan SLB), 2 orang menjadi karyawan tetap (perusahaan swasta), dua orang bekerja di Perusahaan semen ternama.

Sukses story dialami anggota FKDC, diharapkan mendorong dan memberi spirit serta meningkatkan rasa percaya diri disabilita dan OYPMK. Dan hal ini terus diimbangi FKDC, dengan pembekalan, bimbingan, konseling.

Karena bekerja di dunia luar (tidak di lingkungan disabilitas/ OYPMK), perlu adaptasi dibarengi kompetensi yang tinggi. Sehingga disabilitas dan OYPMK, musti bisa mengatasi hal tersebut. Sehingga bisa diterima lingkungan, dan dengan kompetensi akan diakui di lingkungan baru.

Misalnya bagi OYPKM musti merawat diri, sehingga luka bekas kusta bersih dan tidak dijauhi pertemanan di dunia kerja. Tak kalah penting adalah kesiapan mental, bergaul dengan orang yang majemuk. Siap dengan  dikejar deadline, atau tuntutan target yang ditetapkan perusahan.

Lingkungan yang jauh berbeda, dibandingkan bekerja di lingkungan sesama disabilitas dan atau OYPMK. Mereka sesama penyandang disabilitas, lazimnya cenderung maklum kalau hasil pekerjaan kurang maksimal.

---


Mengacu  UU 8/2016, pemerintah mewajibkan perusahaan merekrut 1% disabilitas. Sejalan dengan Alfamart, yang telah menjadi milik masyarakat luas. Namanya masyarakat, tidak lagi memandang suku, agama, ras, gender, pun semua golongan.

Antony Ginting menjelaskan, bahwa hal ini menjadi tantangan Alfamart yang telah memiliki 150.000 karyawan, kalau 1%nya berarti 1500 disabilitas atau OYPMK. Dan tantangan tak kalah unik, adalah upaya menghubungkan disabilitas dengan perusahaan.

Mulai 2016 Alfamart telah merekrut disabilitas, dengan melibatkan sekolah yang expert tentang disabilitas. Sekolah khusus disabilitas, akan lebih paham kondisi psikologis disabilitas. Selain itu Alfamart bekerjasama dengan UNJ, untuk set up kurikulum, pelatihan, metode seleksi karyawan disabilitas.

Masih menurut Antony, Alfamart membuka pintu untuk kerjasama dengan wadah atau komunitas yang concern masalah disabilitas/ OYPMK. Dan untuk penempatan jobdesk, menyesuaikan lokasi derta mobilitas.

Disabilitas musti memiliki kemampuan mobilitas mandiri, mengingat cakupan wilayah Alfamart cukup luas. Telah memiliki 17 ribu store yang berbeda lokasi, karyawan dengan disabilitas musti membekali soft skill yaitu komunikasi.

Alfamart tidak membedakan tahapan test, karyawan disabilitas dengan yang lain. Yang membedakan adalah metodenya, misalnya untuk rungu wicara disediakan alat bantu (kertas, pulpen, atau alat bantu transelte ucapan menjadi text).

---

Saya sangat meyakini, bahwa penyandang disabilitas dan OYPMK sangat bisa berdaya. Kuncinya adalah mereka upgrade skill, sehingga memiliki daya saing di dunia kerja. Tidak lekas puas dengan keadaan sekarang, karena dunia kerja berkembang sangat dinamis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA