27 Agu 2020

Yuk, Lindungi Diri dari Mikro organisme dengan Pemanfaatan Teknologi UV-C


 

Teman teman, pasti tidak asing dengan sinar ultraviolet (UV). Khususnya sinar UV-C, ternyata lebih dari 40 tahun digunakan untuk mendesinfeksi udara, air, dan permukaan. Karena konon, sinar UV-C dapat menghancurkan DNA dan RNA dari bakteri, virus, dan spora.

Tapi tunggu dulu gaes, penggunaan sinar UV-C musti sewajarnya sesuai instruksi kesehatan. Karena paparan langsung sinar UV-C, ditengarai beresiko merusak kulit dan mata.

Saya beruntung, bisa bergabung di webinar bertajuk “Sinar UV-C: Kawan atau Lawan? Pemanfaatan Teknologi UV-C yang Aman untuk Perlindungan Masyarakat dari Mikro-organisme”

Acara edukatif ini, membuka pencerahan tentang aspek keselamatan dalam pemanfaatan teknologi UV-C, signify ebagai pemimpin dunia di bidang pencahayaan.

Pada kesempatan pembukaan webinar, Rami Hajjar, selaku Country Leader Signify Indonesia menyampaikan, bahwa signify peduli terhadap tingkat pemahaman masyarakat terkait kewaspadaan dan kehati-hatian saat memilih dan menggunakan produk UV-C.

Tak tanggung-tanggung, narsum kredibel dihadrikan, yaitu Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS., Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dan Ir. Aulia Nasution, M.Sc., Kepala Laboratorium Rekayasa Fotonika, Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), serta Tulus Abadi dari YLKI.

---

 

Menurut Dr. Hermawan, COVID-19 menjadi fokus utama penanganan penyakit infeksi yang sedang berkembang. Tetapi sebenarnya, banyak penyakit menular lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Pangkal dari masalah kesehatan pada umumnya, ada empat hal yaitu, kapasitas layanan kesehatan, tingkat kesadaran perilaku publik, kebersihan lingkungan, dan permasalahan bawaan atau turunan.

Faktor lingkungan memiliki dampak cukup besar, karena mencerminkan kesadaran berperilaku hidup sehat.

Masih menurut Dr Hermawan, perlu rekayasa teknologi pencahayaan untuk mendukung pola hidup bersih dan sehat, yaitu dengan teknologi UV-C.  Karena sinar UV-C yang berasal dari matahari disaring oleh lapisan ozon sehingga tidak sampai ke permukaan Bumi.

Sementara itu Ir. Aulia Nasution, menambahkan, bahwa sinar UV-C berada di spektrum cahaya tak kasat mata. Jika terpapar langsung, dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan, menyebabkan iritasi kulit seperti ruam, sensasi terbakar, tumor, hingga memicu kanker, sementara pada mata bisa menyebabkan katarak.

Namun selama pengguna tidak terpapar langsung, penggunaan UV-C sebagai alat desinfeksi tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Perlu kita ketahui, teknologi UV-C banyak dipasarkan sebagai produk germicidal atau pembunuh kuman berada pada gelombang 254nm, rentang gelombang yang efektif untuk membunuh mikro-organisme.

Agar tetap efektif, penggunaan sinar UV-C ini harus dalam dosis yang tepat. Dengan memperhatikan Banyak cahaya (iradiansi yang diterima permukaan yang akan disinari) , Jarak sumber cahaya dengan obyek penyinaran dan  lama penyinaran.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengapresiasi upaya mengendalikan wabah COVID-19. 

Namun, perlu diperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kenyamanan konsumen.  Pelaku usaha mengedepankan itikad baik dalam berbisnis, mulai pembuatan produk hingga cara memasarkannya. Dari sisi konsumen, musti berhati-hati dan cerdas dalam membeli produk.

 

Tapi saya menangkap point penting, bahwa paparan sinar UV-C yang cukup, dapat mendesinfeksi ruangan dan permukaan benda dari semua kuman, bakteri, dan virus.

Ya, UV-C boleh digunakan di rumah, tapi musti dicari produk yang sesuai peruntukan di rumah. Tidak boleh sembarangan yes. Kalau mau yang aman, saya rekomendasikan Philips UV-C.

Menggunakan lampu UV-C di rumah, tidak otomatis mengurangi risiko pengguna terkena virus ketika berada di luar rumah atau tempat umum.

So, tetap saja kita musti patuh protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA