3 Mei 2019

Jadikan Diet sebagai Gaya Hidup Menyenangkan

proses penimbangan -dokpri

Saya punya pengalaman tak terlupakan, (sebenarnya) kombinasi antara menyenangkan sekaligus memalukan. Tepatnya pada saat pengumuman pemenang lomba menulis, diselenggarakan oleh sebuah brand buah ternama.
Dari sekian banyak artikel masuk sebagai peserta, (alhamdulillah) nama saya nyantol sebagai juara tiga.

Mengingat penyelenggara sebuah brand buah, maka hadiah disediakan juga cukup fantastic yaitu buah seberat badan pemenangnya.
Saya yang punya bobot berlebih ( baca gemuk) kala itu, bisa membayangkan, berapa box buah akan dibawa ke rumah.

Saya masuk di dalam kotak timbangan besar, kemudian kotak yang lain diisi dengan aneka buah sampai terangkat.
Dengan disaksikan banyak orang, panitia bekerja dengan sigap, memasukkan sekardus demi sekardus buah ke dalam box mengimbangi bobot tubuh ini.

Satu box berisi semangka besar dimasukkan, disusul melon, nanas, apel, pisang satu kardus penuh, jambu dan seterusnya.
Kotak timbangan tempat saya berdiri, sampai box ketiga (berisi aneka buah) ternyata sama sekali belum bergerak.

Menyusul box keempat, timbangan hanya bergeser sedikit (pokoknya sedikiiiit banget), dianggap belum memenuhi kuota takaran sebagai pemenang.
Mulai, tepuk tangan dan sorak sorai pengunjung dari kursi penonton terdengar, entah menyemangati entah meledek saya.

“Tambah-Tambah- Tambah - Tambah” suara itu serentek
Saya mulai senyum-senyum, bingung  antara malu atau senang, yang jelas perasaan ini campur aduk.

Panitia mengambil beberapa buah semangka ukuran super jumbo, dimasukkan dalam box kelima dan dimasukan ke kotak timbangan.
Benak ini mulai berharap, semoga box ini menjadi box terakhir dan menuntun saya keluar dari timbangan yang ada tanda-tanda “memalukan.”

Harpan saya terkabulkan, pada box kelima (dan box sudah sangat penuh) akhirnya kotak timbangan terangkat, menyelamatkan diri dari malu berkepanjangan—hehehe.
Sementara pemenang pertama dan kedua, justru total biah yang dibawa lebih sedikit dibanding saya yang pemenang ketiga.

Setiap kumpul dan bersua teman fruitaholic (komunitas pecinta buah), kisah ini kerap menjadi bahan candaan dan membuat kami tertawa bersama.
-o0o-
Keceriaan mendapat buah paling banyak mulai luntur, ketika saya pernah sakit dan konsultasi dengan ahli nutrisi.
Dari serangkain pemeriksaan selama dua atau tiga jam, sampailah pada satu kesimpulan, bahwa saya disarankan “DIET”.

Apabila kondisi badan gemuk tetap saya teruskan,  maka di tubuh saya sudah terindikasi terjadi pelemakan hati – saya mulai ngeri
Saya tidak kuasa membayangkan, bagaimana jadinya organ sepenting hati diselimuti lemak dan membuat tidak optimal bekerja.
Bersama Fruitaholic- dokpri

Sjejak saat itu, tekad saya membulat,  harus segera berubah mumpung masih diberi kesempatan berbenah diri.
Satu pesan ahli nutrisi saya ingat,  adalah memperbanyak konsumsi buah dan sayuran jangan lupa olah raga.

Untuk masa penyesuaian/ induksi tiga hari di awal, saya hanya makan buah dan sayuran saja (tanpa nasi atau lauk) tidak makan yang lain.
Setiap pagi saya jalan cepat sekitar satu sampai dua kilo, diimbangi dengan memperbanyak minum air putih.

Saya mulai mengasingkan diri, dari minuman atau makanan manis, tidak ada teh manis apalagi kopi, tidak ada lagi minuman kemasan atau botol apalagi softdrink.
Camilan seperti snack apalagi gorengan saya jauhi, diganti dengan ngemil buah atau kacang-kacangan disangrai.

Hari pertama  induksi, kepala sempat klinyengan, tapi semangat yang kadung membara tidak boleh terkalahkan.
Sampai hari kedua dan ketiga terlewati, kondisi tubuh menyesuaikan dan mulai terasa agak entengan.

Dulu, setiap kali jalan cepat atau lari, nafas cepat ngos-ngosan, setelah terbiasa maka nafas mulai agak panjang. Kalau dari perut terdengar bunyi “kiruk-kriuk”, saya langsung menyantap buah dan atau sayuran.

Akhirnya menjadi kebiasaan, kemanapun atau setiap kali berkegiatan, saya tidak lupa membawa buah dan air putih di dalam tas. Begitu seterusnya dengan ketekunan, perubahan mulai terlihat pada bagian pipi.

Sebulan dua bulan berjalan, saya merasakan perubahan, kepala tidak mudah pusing dan badan tidak sering masuk angin.
Sesekali saya makan nasi dengan porsi kecil, kemudian konsumsi gorengan sudah sangat jauh berkurang.

Saya mulai nyaman bepergian dengan transportasi publik, menuju stasiun atau halte dengan berjalan bergegas, dengan tujuan agar kalori terbakar.
Buah dan sayuran tetap mendominasi piring, dibanding nasi atau lauk pauk yang diolah dengan di goreng.
NN

Satu tahun berlangsung, mindset mulai terbentuk, setiap datang ke acara dan ada prasmanan, otak bekerja dengan sendirinya.
Ketika antrean mengular di meja makanan uatama,  saya (biasanya sendirian) justru menuju meja tempat buah buahan,

Saya memilih untuk mengonsumsi buah lebih dulu, karena dikonsumsi setelah makan utama pemicu perut kembung.
Sejauh ini, saya terus berusaha konsisten, menjadikan kebiasaan konsumsi buah sebagai gaya hidup,  mengimbangi dengan olah raga dan memperbanyak minum air putih.

–Salam Sehat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA