2 Nov 2018

Percepatan Pembentukan Sekolah Ramah Anak, Melalui “Hari Belajar di Luar Kelas”


Anak sedang berangkat sekolah - dokpri


“Main mulu, kapan belajarnya”
Sewaktu saya masih seragam merah hati putih, kalimat di atas kerap diucapkan para orang tua.
Termasuk ibu saya, mengucapkan kalimat serupa kepada anak-anaknya (biasanya sambil marah).

Asumsi belajar kala itu adalah, si anak duduk di kursi sambil memegang buku di tangan. Termasuk di dalamnya, terdapat kegiatan menulis dan atau membaca.

Sementara aktivitas selain itu (tidak seperti asumsi di atas), tidak masuk dalam kategori belajar. Bermain ya bermain, belajar ya belajar.

Setelah saya menjadi orang tua, pola pikir tentang belajar berbeda. Mungkin bisa jadi, pengaruh lingkungan pergaulan, buku yang saya baca, atau perkembangan jaman.

Bagi saya, semua aktivitas yang memberikan value, esensinya adalah belajar. Tentang model aktivitasnya itu hanya masalah teknis saja.

Saya pernah membaca sebuah artikel, tulisan Elly Risman Musa (aktivis dan pakar parenting), bahwa bermain adalah salah satu hak anak, dari bermain anak mendapatkan banyak hal.

Contoh sederhana petak umpet, akan melatih anak berlaku jujur, berpikir tentang strategi (bagaimana ngumpet yang aman), mengasah intuisi membuat pertahanan (supaya tidak ketahuan) dan begitu seterusnya.

Anak-anak yang bergembira saat main petak umpet, kemudian (tanpa disadari) memetik banyak manfaat (nilai sikap) dari permainan tersebut.

Kalau saja aneka pelajaran sekolah, diajarkan dengan metode bermain, bukan tidak mungkin anak-anak bisa menyerap pelajaran lebih cepat dengan cara menyenangkan.
Mengisi acara inspiration day di MIN 2 Tangsel- dokpri

Hari Belajar di Luar Sekolah


Perkembangan masa, melahirkan penemuan dan sudut pandang baru tentang satu hal. Termasuk perihal belajar, dan mekanisme belajar itu sendiri.

Outdoor Classroom Day (OCDay) atau Hari Belajar di Luar Kelas, adalah hari untuk menginspirasi pembelajaran di luar kelas.

OCDay adalah kegiatan, buah kerjasama Indonesia dengan Inggris, yang disepakati saat pertemuan “Child in The City Confrence” pada November 2016 di Belgia. (yang dihadiri Deputi Mentri PPA Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).

OCDay adalah kampanye Global, guna menginspirasi aktivitas belajar dan bermain di luar kelas, minimal 90 menit setiap hari.
Siapa sangka, OCDay telah dipraktekkan di lebih dari 20 negara di seluruh dunia, antara lain, Inggris, Australia, India, Colombia, Saudi Arabia, Amerika dan lain sebagainya

Indonesia merespon kampanye Belajar di luar kelas, sebagai upaya mempercepat terwujudnya Sekolah Ramah Anak (SRA).

Kegiatan keren dan inspiratif ini, dilakukan di Indonesia secara serentak, tanggal 1 November 2018 selama 3 jam ( jam 7 – 10 waktu setempat)
Kecerian anak-anak SLB Balikpapan dalam kampanye global OCDay - dok KPPPA

Belajar di luar kelas, diintegrasikan dengan proses belajar mengajar dengan mengusung beberapa tema.
Seperti adaptasi perubahan iklim, perilaku hidup bersih dan sehat, pendidikan karakter, Cinta tanah air, pelestarian permainan tradisional dan lain sebagainya.

Di Indonesia sendiri, kampanye Belajar di luar sekolah, merupakan sinergi KPPPA, Kemendikbud dan Kemenag, didukung Perkumpulan Kerlip (Keluarga Peduli Pendidikan) dan FGII (Federas Giri Independen Indonesia).

Tercatat 3.464.843 anak-anak di 27.819 sekolah di seluruh Indonesia, terlibat dalam kampanye Belajar di Luar Sekolah.

Kemudian 927.395 partisipan, mewakili 3.907 sekolah/ madarasah di Indonesia, serta sekitar 1 juta anak berasal dari 10 ribu satuan pendidikan di seluruh pelosok tanah air berpartisipasi di OCD.

SMAN 2 Tangerang Selatan.

Kamis pagi, 1 November 2018, ada yang berbeda di pelataran SMAN 2 Tangsel. Sekolah yang berada di raya Puspitek Serpong, tampak lebih semarak dari hari biasanya.

Sekolah penerima anugerah sekolah berintegritas, sebagai peraih UN Tertinggi wilayah Tangsel selama enam tahun berturut- turut, menjadi tempat peringatan OCDay tahun ini.

Menurut, Ibu Lenny N. Rosalin, Deputi mentri PPPA Bid. Tumbuh Kembang Anak, yang hadir di SMAN 2 Tangsel menyatakan, bahwa OCDay melalui SRA sebagai upaya memenuhi hak anak, melindungi anak dari berbagai kekerasan. Salah satu indikasi SRA, adalah berlangsungnya kegiatan belajar di luar kelas, hal ini membuktikan bahwa kondisi sekolah tersebut aman, nyaman serta menyenangkan.

Dengan demikian, diharapkan kesehatan mental dan fisik anak-anak kita semakin baik & membuat mereka semakin banyak melakukan aktivitas yang juga baik untuk tumbuh kembangnya,” ujar Lenny.

Menyoal SRA, saya teringat kejadian ketika anak saya masih Taman Kanak. Ada satu murid takut ke sekolah, karena pernah mendapat perlakuan yang membuat trauma (dicubit dan dimarahi guru di kelas).

Saya pribadi sangat mendukung kampanye SRA agar terus digaungkan, sehingga anak-anak tidak takut pergi ke sekolah.
Mereka bisa belajar dengan senang, tumbuh menjadi anak cerdas dan bisa mewujudkan cita-cita diimpikan.

Turut hadir juga pada peringatan OCDay di SMAN 2 Tangsel, Jaleswari Pramodhawardhani, Deputi V Bidang Kajian dan Pengelolaan isu-isu Politik, Hukum, Pertahanan, Keamanan dan HAM Strategis, Kantor Staf Presiden.

Menurut Jaleswari, 27 tahun dari sekarang, adalah saat anak-anak usia sekolah saat ini, menjadi pengisi jabatan penting di negeri tercinta. Penting memberikan pengalaman belajar di luar kelas yang bermakna, agar wawasan anak-anak tumbuh lebih komplit lewat pengalaman bermain bersama, bekerjasama dan saling mendukung dalam kesetaraan serta toleransi.

Ini bekal penting bagi anak-anak calon pemimpin di masa mendatang” jelas Jales.

Selain di SMAN 2 Tangsel, kampanye global OCD dipusatkan di beberapa sekolah yang tersebar di beberapa lokasi di Indonesia. Seperti si SDN 2 Bukit Tinggi, SLB Balikpapan, SMA Advent Manado, SDN 2 Lateri Ambon dan YPK Kristus Jayapura.

Pada hari yang sama, Yohana Yembise, Mentri PPPA RI, menghadiri peringatan OCDay di SDN 2 Lateri Ambon, menyampaikan harapan, semakin banyak satuan pendidikan berpartisipasi dalam OCDay.

Lebih lanjut Yohana menyampaikan, sebaiknya kegiatan belajar di luar ruang, tidak hanya setahun sekali diadakan.  Agar bisa mendorong percepatan pembentukan dan pengembangan sekolah ramah anak, sehingga makin banyak anak terlindungi di sekolah.
Ki-Ka ; Kadin PPPA Balikpapan, Sri Wahjuningsih ; Kasek SLB Balikpapan, Mulyono ; Asistan Deputi Pemenuhan Hak SIpil, Informasi dan Partisipasi Anak KPPPA RI, Lies Risdianty, Kabid Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan KPPPA, Indrawati. pada saat serah terima penghargaan dari KPPPA RI untuk SLBN Balikpapan dalam kampanya OCDay- dok KPPPA

Saya menyepakati, bahwa apapun yang dikerjakan secara menyenangkan, akan menghasilkan sesuatu yang maksimal termasuk belajar.
Kalau anak-anak belajar dengan senang hati, saya yakin mereka mampu menyerap pengetahuan dengan cepat, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang kompetitif.

Kondisi ini harus dimulai dari sekarang, agar kelak pada saat bonus demografi berlangsung, bangsa Indonesia siap menjadi negara maju dan disegani bangsa lain di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA