23 Feb 2018

Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan Sebagai Pondasi Kehidupan.



gambar dari materi presentasi Prof. Endang L Achadi

 "4 dari 10 anak balita Indonesia stunting, jumlah balita stunting di Indonesia adalah nomor 5 terbanyak di duniaProf Endang L. Achadi

Ibarat sebuah bangunan, kokoh atau tidaknya tergantung pada pondasinya. Ya, pondasi memegang peranan sangat krusial, mempengaruhi kekuatan bangunan tersebut.

Bagaimana dengan kita manusia, --layaknya sebuah bangunan-- pasti butuh pondasi kokoh untuk mempengaruhi kualitas kehidupan.

Masalah yang berkaitan dengan manusia, adalah topik yang tidak pernah habis diulas. Kita adalah bagian dari masalah tersebut, sekaligus bagian dari solusi, tinggal mau pilih yang mana.

1000 Hari Pertama Kehidupan (selanjutnya disingkat HPK), menjadi kunci utama membangun manusia yang sehat dan berkualitas.
Danone - Nutrisi untuk Bangsa, mengundang blogger, hadir dalam acara “Talkshow Kesehatan- Menyediakan Gizi Terbaik dalam Periode 1000 HPK.” Bertempat di Hotel Santika TMII, menghadirkan tiga narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya.

Arif Mujahidin, Corporate Communication Danone Indonesia- dokpri
Inisiasi Danone mengadakan forum, agar tulisan blogger tidak sekedar enak dibaca dan perlu, tapi didukung fakta dan data dari pakar yang berkompeten di bidangnya,” jelas Arif Mujahidin, selaku Corporate Communication Danone Indonesia saat memberi sambutan pada awal acara.

1000 HPK untuk Generasi Emas,  oleh Prof. Endang L. Achadi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesua (FKM UI) Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).

Apa itu 1000 HPK ?
Yaitu kehidupan dari 9 bulan di dalam kandungan (9 bulan x 30 hari = 270 hari ) ditambah 2 tahun pertama setelah lahir (2 tahun x 365 hari = 730 hari) – 270 + 730 = 1.000 Hari.
materi presentasi Prof. Endang L Achadi

Janin mengalami Jendela kritis Perkembangan, yaitu pada 8 minggu pertama – terbagi atas 2 minggu pertama pembelahan sel, minggu 3 – 8 sel membelah menjadi organ tubuh.

Masalahnya, sebagian orang (baca calon ibu hamil) di Indonesia sadar dirinya hamil, setelah lewat dari 8 minggu.


Saya jadi ingat, dulu mbak –yang membantu di rumah nenek saya di kampung— sebut saja namanya mawar (aslinya sih melati –hadeuh dibahas hehehe).
Sampai (sekitar) tiga bulan setelah menikah, kebiasaannya belum berubah. Pergi ke sawah setiap siang, kerap melompat untuk menyebrang parit dan atau pematang sawah.

Hingga suatu sore –sepulang dari sawah-- terjadi pendarahan, setelah periksa ke bidan baru diketahui sudah hamil—berarti selama ini belum sadar kalau hamil.
Beruntung janinya tidak terganggu, setelah itu si mbak lebih hati-hati sampai melahirkan bayi dengan selamat.


Sangat penting bagi calon ibu, selalu memperhatikan perubahan yang terjadi pada tubuhnya –ini yang tidak dilakukan mbak mawar.

Dengan menyadari perubahan pada tubuhnya sendiri, calon ibu bisa menyiapkan saat 8 minggu terjadi pembentukan cikal bakal organ tubuh janinnya.

Melewati periode 8 minggu, akan dilanjutkan dengan penyempurnaan semua organ sampai janin siap lahir,

1000 HPK penting, akan mempengaruhi kesehatan secara permanan, sekaligus berpengaruh pada dua generasi berikutnya.
Duuh miris, dampaknya bisa sampai dua generasi.

Logikanya sih, seorang ibu yang tidak terpenuhi kebutuhan nutrisi, berpotensi melahirkan anak stunting. Nah  si anak ini (yang stunting), punya potensi memiliki keturunan stunting juga.

1000 HPK yang disikapai dengan baik, berpengaruh pada kecerdasan otak, terhindar resiko stunting, resiko penyakit organ lainnya ( diabetes, jantung, gagal ginjak, stroke)

Sementara 1000 HPK yang abai, menyebabkan resiko tumbuh kembang anak tidak bagus,  serta resiko jangka panjang terhadap kognitif kecerdasan, stunting dan penyakit lainnya.

Pernah dengar kan, kalau ada orang emosi  sambil bilang “dasar otak kosong.” Ternyata benar adanya,  anak yang bergizi baik dan sehat, akan memiliki otak yang padat.
Sementara pada anak yang tidak bergizi baik dan tidak sehat, cenderung memiliki otak yang kurang padat –saya sedih mendengar kalimat “dasar otak kosong.”
materi presentasi Prof Endang L Achadi

Indonesia adalah bangsa, dengan jumlah penduduk yang punya calon balita stunting nomor 5 di dunia (prevalensi 2013 sebesar 37.2%) - smoga bisa segera berubah amin, 4 dari 10 balita mengalami stunting.

Penyebab Stunting :
Bayi mengalami gizi kronis dan berulang
Sering menderita penyakit infeksi

*Berakibat pada pertumbuhan tulang organ tubuh terhambat.

Esensi dari Developmental plasticity adalah :
Suatu periode kritis saat suatu sistem bersifat plastis dan sensitif terhadap lingkungannya, diikuti dengan hilangnya plastisitas dan kapasitas fungsional yg menetap.

Ternyata janin punya sistem adaptasi, kalau kondisi asupan ibunya tidak bagus maka si janin akan menyesuaikan.
Dalam proses penyesuaian tersebut, tetap akan menimbulkan sebuah dampak—yang kurang menguntungkan pastinya.

Analoginya sederhana.
Ambil sebuah balon baru –belum difungsikan--, karetnya masih kencang dan tebal. Kemudian isi dengan air sampai mengembang, biarkan dalam beberapa waktu (misal  tiga hari).
Setelah air dikeluarkan dari dalam balon, hasilnya balon tersebut lebih lebar dan tipis—alias tidak kembali pada kondisi semula.

Nah,  janin juga seperti analogi tersebut –ibarat sebuah balon. Janin yang terbiasa di rahim kurang gizi, akan terbentuk dan susah dikembalikan.

Ibarat kata, kalau ladangnya (tubuh calon ibu) bagus makan benih akan menyesuaikan. Demikian juga, kalau ladangnya tidak subur, makan benih tidak tumbuh dengan baik.


Indonesia merupakan 17 dari 117 negara, mempunyai pravelensi tinggi Stunting (37.2%), Wasting (12.1%) , dan Overweight (11.9%).
Indonesia termasuk dalam 47 negara dari 122 negara, mempunyai masalah stunting pada balita dan anemia WUS (22.7%)

Prof Endang Achadi - dokpri
Tingkat kompetensi anak Indonesia secara global, (dari 510 ribu anak usia 15 tahun) Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara.
Sementara Singapore di urutan ke 2, Vietnam urutan 17, Thailand urutan 50 dan Malaysia berada di urutan 52.

*Note ;  Asesmen dilakukan tahun 2012 oleh OECD PISA (the Organisation for Economic Co-operation and Development-Programme for International Student Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, dalam bidang membaca, matematika,dan science.


Ketika oleh lembaga yang sama, Asesmen dilakukan lagi tahun 2015 –  dari 540 ribu pelajar usia 15 tahun di 70 negara--.
Hasilnya Indonesia berada di urutan 62 dari 70 negara, sementara Singapura di urutan 1, Vietnam 8, Thailand berada pada posisi 54.

Remaja putri, Calon Pengantin, Ibu pra hamil, adalah kelompok yang – pada saatnya-- akan memasuki 1000 HPK (sebut saja kelompok pra HPK).
 Sementara kelompok 1000 HPK, terdiri dari ; Ibu Hamil. Ibu Menyusui, Bayi 0- 6 bulan, Bayi/ anak 6 – 24 Bulan.

materi presentasi Prof. Endang L Achadi
Pada kelompok 1000 HPK, perlu memperhatikan asupan adekuat yang bergizi seimbang. Khusus bayi usia 0-6 bulan, ASI adalah is the best (gizi seimbang). Serta mengupayakan, tidak terkena penyakit infeksi.

Agar 1000HPK bisa dilalui dengan baik.

  • Upayakan tidak hamil saat usia Remaja : Karena pertumbuhan dan perkembangan remaja puteri belum selesai (Tinggi Badan dan panggul )
  • Status Gizi Baik : Tidak Kurang Energi Kronis dan Tidak Obes
  • TidakAnemia : Calon pengantin dan remaja Puteri minum TTD ( yang mengandung60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat) 1 tablet setiap minggu
  • Menerapkan Pola Makan Bergizi Seimbang, agar semua zat gizi yang diperlukan janin tersedia di dalam tubuh
  • Pola Hidup Bersih dan Sehat


Panduan Gizi Seimbang, Dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK dan DR. Dr. Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)

Bagi generasi 80 an –sekarang sudah menjadi orang tua--, pasti sangat familiar dengan istilah 4 sehat 5 sempurna.

Saya masih ingat –waktu itu masih SD--, 4 sehat terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Menjadi 5 sempurna, setelah ditambah dengan susu.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, konsep 4 sehat 5 sempurna banyak celah kesalahan. Konsep ini belum menyentuh komposisi, tidak menekankan jumlah.
Intinya, tidak membicarakan penyesuaian kebutuhan gizi. Padahal setiap orang, memiliki kebutuhan gizi yang berbeda.

Perlu diinstal hal baru yaitu gizi seimbang,” ujar Dr. Tirta Prawita.

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah gizi kurang dan gizi lebih.” (Kemenkes RI, 2014).
materi presentasi Dr. Tirta Prawita

4 Pilar Gizi Seimbang ( makanan disiapkan tidak mengabaikan kaidah gizi seimbang)

  • Batasi gula, garam dan minyak : seimbang bukan dalam jumlah, tapi sesuai kebutuhan.
  • Mencuci Tangan :  menerapkan perilaku hidup bersih
  • Aktivitas fisik : kecukupan karbohidarat perlu diperhatikan, tubuh kita perlu modal pengelola energi – hal ini terdapat dalam karbohidrat-.
  • Pantau berat badan : berat badan adalah indikator bahwa kita makan sesuai dibutuhkan.\

Bagaimana membagi piring sesuai gizi seimbang ?

  • Buat garis imajiner di piring yang sedang dipegang, dengan garis vertikal (sama ruang)
  • Setiap bagian bagi lagi dua (masing masing sepertiga dan dua pertiga)- So, jadi empat bagian ya
  • Dua ruang Sepertiga, isi dengan lauk pauk dan buah-buahan
  • Dua ruang dua pertiga, isi dengan makanan pokok dan sayuran.

materi presentasi Dr. Tirta Prawita
Itulah iring gizi seimbang, yang sebaiknya dikonsumsi.  Namun perlu diperhatikan, kecukupan zat besi dan asam folat.

Tidak semua makanan kaya zat besi bisa diserap tubuh, sebaiknya mencari zat besi yang bersumber dari hewani.
Meskipun bayam merah dan ayam sama sama memiliki kandungan zat besi, namun zat besi pada ayam ( 20%) lebih banyak diserap tubuh, sementara sayuran 3%.

Menerapkan Gizi Seimbang Pada Bayi 0 – 24 Bulan.
Ibu hamil musti cukup zat besi, karena pada kehamilan usia 6 bulan, janin akan menggunakan cadangan zat besi si ibu.
ASI adalah asupan terbaik pada bayi usia 0 – 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, ASI tidak mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga perlu MPASI (Makanan Pendamping ASI)

materi presentasi Dr. Tirta Prawita

materi presentasi Dr. Tirta Prawita
Sampai bayi usia di atas 6 bulan, tidak cukup jika tergantung pada ASI saja – pemberian ASI saja akan mengalami resiko kekurangan zat besi.
Setiap anak yang mendapatkan ASI sebanyak 550 ml/ hari, berpotensi besar kekurangan energi, protein, zat besi dan vitamin A bila tidak mendapatkan MPASI yang adekuat.
 
Ki-Ka : Dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK dan DR. Dr. Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK -dokpri
-00o00-
Pada sesi berikutnya, DR. Dr. Yustina Anie Indriastuti, M.Sc., Sp.GK berbagi “Tips membuat & memberikan MP-ASI”

  • Upayakan dapur dan peralatan masak terpisah dengan orang dewasa
  • Menggunakan stainles steel, jangan menggunakan kayu, “melamine”, sterofom, “plastik” yang tidak aman
  • Menggunakan lap sendiri, serta dicuci setiap hari.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memasak atau memberikan MP-ASI
  • Bila memotong gunakan sarung tangan
  • Juru masak yang diare atau tifus tidak boleh memasak sampai dinyatakan sembuh


Tips untuk membuat/ memberikan MP-ASI

  • Ambillah sesuai kebutuhan, bisa dipanaskan dengan mikrowave atau “dikukus “ sebentar seperti ASI
  • Suapi anak sedikit demi sedikit sampai habis
  • Bila tidak habis langsung dibuang
  • Berilah anak minum air putih untuk membersihkan sisa makanan
  • Setiap pagi dan sore bersihkan mulut (gosok gigi)


Energi adalah bagian tersulit dipenuhi dalam MPASI,” ujar DR. Dr. Yustina Anie Indriastuti

Tapi bisa disiasati, dengan focus pada praktikal, disarankan mencoba bahan pangan lokal dari daerah di Indonesia. Seperti beras, udang, daging ayam, gula, minyak, tentu menyesuaikan porsi untuk anak-anak.

Perlu Menjadi Catatan

  • MPASI yang adekuat sangat diperlukan, karena ASI saja tidak memenuhi energy Gap dan nutrient Gap yang terjadi pada anak usia 6 – 23 bulan yang mendapatkan ASI.
  • Indikator MPASI yang baik adalah yang memenuhi MDD dan MMF dan karena memenuhi MAD
  • Protein hewani merupakan bahan makanan yang sebaiknya selalu ada dalam MPASI
  • Penambahan lemak dan minyak dalam MPASI penting untuk meningkatkan energy Dense dari MPASI tanpa penambahan volume.
  • Pantau pertumbuhan anak dengan selalu mengukur tinggi dan berat badan secara rutin dan mencocokan kurva pertumbuhan.


Masalah 100- HPK, adalah masalah kita bersama. Tidak bisa mengandalkan satu steakholder, berkepentingan menyelesaikan masalah stunting. Peran serta setiap individu dibutuhkan, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu orang disekeliling kita.

Sebagai blogger, saya punya kepentingan menyebarkan informasi yang bermanfaat. Didukung data dan fakta, serta kutipan dari pakar yang kredibel. –salam sehat untuk masa depan bangsa--

6 komentar:

  1. Semoga saya termasuk orang tua yang memenuhi asupan gizi di 1000 HPK anak. Serem kalau ternyata di Indonesia masih banyak anak yang mengalami Stunting

    BalasHapus
  2. Memang menjadi tugas utamanya orang tua ya mas, dalam memenuhi gizi dan nutrisi Di 1000 Hari pertama kehidupan si kecil.

    BalasHapus
  3. Jangan pernah anggap sepele 1000 hpk ya mas

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA