22 Jun 2016

Blogger's Mengenal Kakao dari Sulawesi Barat

H.Anwar Adnan Saleh, beliau adalah Gubernur Sulawesi Barat (dokumentasi pribadi)
Kalau kawan's penggemar cokelat,  tengoklah ke Supermarket  (bagi saya) barang ini masuk harga medium. Namun buktinya tak menyurutkan niat konsumen, menikmati penganan istimewa ini. Cokelat identik dengan kebersamaan dan berbagi kasih,biasanya hadir dalam keceriaan bersama sahabat dan handai taulan. Saking ngetop dan banyak disuka, beberapa produk makanan mengandalkan rasa cokelat. Aneka kue baik kue basah atau kue kering, tak ketinggalan Ice cream menjadikan cokelat sebagai unsur penarik selera.
Bloggers hadir di Aston Hotel, diajak membahas Kakao sebagai sumber pendapatan. Menghadirkan keynote speaker H.Anwar Adnan Saleh, beliau adalah Gubernur Sulawesi Barat.
"Gerakan Nasional (Gernas) Kakao lahir di Sulbar pada tahun 2006, melibatkan Perguruan tinggi karena membutuhkan sentuhan teknologi dan membutuhkan ilmu pengetahuan. Pemerintah pusat merepon, dipejabat terkait sangat antusias"
Target Gernas kala itu 125ribu hektar, pada prakteknya  yang tersentuh tak sampai 25 hektare. Gubernur Sulbar menanggung akibat, terkena sasaran demo yang dilakukan masyarakat petani.
Setelah pergantian pemerintahan, Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan perdana di Sulbar. Presiden mengeluarkan pertanyaan pada Dirjen, apakah Kakao bisa menjadi nomor satu dunia. Gubernur Anwar Adnan Saleh yang hadir, menyahut dengan jawaban "BISA!".
Hari itu juga diputuskan di bawah pohon Kakao, Presiden ingin program Kakao yang berkelanjutan. Akhirnya dikemas program Kakao Berkelanjutan, Pak Jokowi berjanji memberi 1 T pertahun selama 3 tahun. Pada tahun pertama diberi 1,4 T, kemudian tahun kedua belum turun.
"Mungkin RI 1 bersungguh-sungguh, bisa saja orang disekitar yang kurang serius" Ujar Gubernur Sulbar di forum.
Kakao merupakan kebutuhan dunia, peluang yang bagus ini harus dimanfaatkan. Gubernur penah mendampingi Wapres ke London, menghadiri pertemuan negara penghasil dan pengguna Kakao dunia  dengan 2500 peserta.
Perdana Mentri Gana mengatakan, bahwa Indonesia adalah harapan Kakao dunia. Hal ini tentu membuat bangga, siapapun yang mendengar tentu berbunga-bunga. Pada kesempatan berikutnya, Wapres menjawab "Indonesia siap menjawab masalah Kakao Dunia".
Peluang dan tantangan harus ditanggapi serius, sehingga impian tidak berhenti hanya impian semata. Gernas adalah tumpuan masyarakat, bahkan bisa  sampa 5 -10 tahun kedepan. daerah Poliwalimandar  sempat merasa manisnya Kakao, panen booming pada 2015 sebagai hasil Gernas.
Pemerintah pusat harus ikut campur tangan, mengawal proses dari hulu ke hilir. Harus dibuat payung hulum, tak boleh ada spekulasi-spekulasi yang membuat petani resah.
Pondasi ekonomi sulbar adalah Kakao, melibatkan 65% kepala keluarga sebagai petaninya. Sekaligus menyediakan lapangan kerja bagi 49.7%, atau sekitar 275.600 KK di provinsi Sulbar. Komoditas Kakao tidak dipengaruhi krisis ekonomi, baik nasional maupun Global.
Dampak program GerNas sudah dirasakan masyarakat, utamanya pada produktifitas, produksi, pendapatan petani, pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan petani cukup signifikan.
Program Gernas yang berkelanjutan, akan menjadi momentum kebangkitan industri kakao. Sehingga bisa berdaya saing tinggi, sebagai sarana untuk mewujudkan Indonesia menjadi produsen terbesar di dunia.
Terobosan terkait pengembangan kakao Berkelanjutan
  • Transfer teknologi sambung samping
  • Munculnya usaha Agribisnis penangkar benih bibit sambung pucuk
  • Terbentuknya forum kakau Sulbar
  • Berdirnya SMK kakau di kabupaten Sulbar

Tantangan dan Arah Pengembangan
  • Menyiapkan petani kakau Sulbar agar lebih kompetitif
  • Meningkatkan kesejahteraan petani kakao
  • Menyiapkan sektor kakao/ cokelat Sulbar layak sertifikasi untuk menghadapi tuntutan global/ konsumen dunia
  • Menarik pelaku Kakai global untuk berpatisipasi dan berinvestasi pada pengembangan sektor kakao Sulbar
  • Membangun ekonomi kakao yang lebih kuat, sebagai pondasi ekonomi Sulbar

-0o0-
Blogger's bersama H.Anwar Adnan Saleh Gubernur Sulawesi Barat (dokumentasi pribadi)
Siapa sih tak suka cokelat, saya yakin 8 dari 10 orang akan menjawab suka. Artinya kebutuhan coklat relatif tinggi, meski bukan termasuk bahan konsumsi pokok. Logikanya sederhana, Jika negri tercinta ini swasembada Kakao, maka untuk memenuhi kegemaran masyarakat tak perlu import.

Saya membayang, wajah berseri petani Kakao. Merekalah yang diuntungkan, apabila Kakao hasil pertanian mereka menjadi bahan konsumsi. Apalagi hukum ekonomi akan berlaku, semakin tinggi permintaan tentu harga semakin bagus.

2 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA