27 Jan 2023

YAICI Menyapa Remaja Melalui "Tak Kenal Tak Sehat"

 

Setiap orang, pasti ingin sehat. Memiliki daya tahan tubuh yang kuat, agar bisa mengerjakan banyak hal. Saya yang sudah tak muda lagi, kadang muncul rasa menyesal. Kalau mengingat, gaya hidup semasa muda yang kurang ideal.

Soal asupan dan kebiasaan semasa muda, akan berdampak di masa dewasa (dan tua). Dan itulah yang terus dilakukan YAICI, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia, yang tak lelah mengedukasi (salah satunya) tentang gizi.

Dan remaja, adalah masa sangat stratgis untuk melek gizi. Mereka generasi pengisi masa depan, sehingga perlu disiapkan pengetahuan, fisik dan mental tentang asupan yang baik dan bermanfaat untuk tubuh.

-----

Adalah Sekolah Maleo, menjadi jujugan kami (Blogger) siang itu. YAICI, menyelenggarakan kegiatan dengan tema “Tak Kenal Tak Sehat-  Kenali Makanan Sehat Bergizi di Sekitar Kita”. Sekolah Maleo dikelola Yayasan Males, kembaga nirlaba menaungi layanan pendidikan bagi remaja pra sejahtera di sekitar perumahan Bintaro.

di sini gratis, Pak” ujar siswi SMP yang saya tanya soal SPP

Tenaga pendidik adalah para relawan, dengan orangtua asuh sebagai penunjang utama. Sebagai upaya peningkatan pengetahuan, telah dibuka Taman Bacaan yang terbuka untuk masyarakat umum.

YAICI Menyapa Remaja Melalui Tak Kenal Tak Sehat

Bahagia rasanya, melihat anak-anak SMP – SMA berkegiatan dengan penuh semangat. Melihat anak-anak berkegiatan, mengingatkan anak saya yang sepantaran dengan mereka. Anak-anak yang sepuluh tahun ke depan, akan tumbuh dewasa dan mengisi lapangan pekerjaan.

Bayangkan, kalau mereka tidak dibekali literasi gizi sedari sekarang. Niscaya kelak di masa dewasa, tubuhnya rentan akibat kebiasaan asupan yang kurang tepat.


Seperti disampaikan, Narsum Ari  Retno S. S.Gz, Ketua Persagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Pentingnya menerapkan ‘Isi Piringku’, dalam konsumsi remaja dalam keseharian. Bahwa panduan Isi Piringku, membantu masyarakat memahami porsi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Cara mudah menghadap isi piringku, satu piring dibagi menjadi dua bagian (masing-masing setengah piring). Bagian 1 diisi 2/3 sumber karbohidrat, dan 1/3-nya diisi lauk. Kemudian bagian piring kedua, setengah piring lainnya, 2/3 diisi sayuran, kemudian 1/3 sisanya buah-buahan.

Panduan Isi Piringku, tidak hanya membuat kenyang, tetapi memastukan tubuh tercukupi akan kebutuhan gizi.

Jadi jangan keseringan, nasi lauknya Mie, karbo ketemu karbo”ujar Ibu Ari Retno.

Sementara itu narsum, Arif Hidayat, Ketua Harian YAICI, menegaskan, bahwa pemahaman literasi gizi musti di mulai dari remaja. Khususnya remaja putri, kelak mereka menjadi ibu dan melahirkan generasi masa depan.

Kalau tidak dibekali pengetahuan gizi, sangat mungkin akan lahir anak dengan kondisi stunting. Maka upaya memutus rantai stunting, bisa dimulai dari para calon ibu. Agar mereka melek soal kecukupan gizi, dan lagi-lagi paham jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

Termasuk salah kaprah di tengah masyarakat, yang menganggap kental manis adalah susu. Kesalahan persepsi ini pasti adalah sebabnya, diantaranya gencarnya promosi brand kental manis. Produsen dengan kekuatan keuangan, berhasil menggiring persepsi tentang produksi.

Padahal kalau dicermati ingridients di labelnya, pada kental manis memiliki kandungan gula yang tinggi. Mengonsumsi dalam jangka panjang, akan mengakibatkan munculnya penyakit tidak menular. Apabila calon ibu, tidak waspada soal konsumsi kental manis. Bisa jadi, kebiasaan kurang tepat nanti diteruskan pada anak-anaknya.


Kita, sebagai individu bagian terkecil dari masyarakat. Bisa berpartisipasi, dalam upaya pemahaman literasi gizi. Apalagi di era digital, manusia modern saat ini sangat akrab dengan medsos (media sosial).

Nuke Patrianagara, Ketua Komunitas Gen-L, mengajak adik-adik siswa Sekolah Maleo, bermain soal Isi Piringku. Peserta dibagi menjadi sepuluh kelompok, dan mendiskusikan komposisi yang ideal dalam satu piring. Kemudian perwakilan setiap kelompok maju, memilih bahan pangan yang sesuai hasil diskusi.

Permainan ini cukup seru, perwakilan kelompok musti gesit, mengambil bahan pangan agar tidak keduluan kelompok yang lain. Setelah kembali ke kelompok, ketua dan perwakilan wajib mempresentasikan, apa saja yang diambil.

Yang bikin makin seru, keseruan permaian isi piringku diupload ke medsos (Instagram). Kemudian dosertai caption yang mendukung, dimbil dari penjelasan narasumber. Saya supporter kelompok sepuluh, tak urung ikut sibuk membuat postingan. Mengumpulkan foto secara kilat, dan membuat caption menarik. Hasilnya, alhamdulillah, terpilih menjadi salah satu pemenang games.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA