Home

24 Okt 2018

Bijak Berplastik, Kontribusi Danone Indonesia Wujudkan Indonesia Kurangi 70% Sampah Plastik di Laut Tahun 2025

Sungai dengan sampah plastik - dokpri

Kebetulan saya tinggal, di sebuah komplek perumahan lama (dibangun tahun 80-an) di daerah Tangerang Selatan.
Dulunya, perumahan ini terkenal dengan sebutan daerah banjir. Model kontur tanahnya seperti piring, cekung pada bagian tengah (dengan sungai melintas persis di tengah cekungan)

Beruntung, saya mendapatkan rumah, dengan posisi di blok dekat pintu masuk -- tanah agak tinggi. Relatif aman terdampak banjir, namun ikut merasakan jalan macet kalau air sedang pasang.

Awal pindah -- sembilan tahun silam, saya melihat banyak rumah – di blok bawah— ditinggalkan oleh penghuninya.
Karena sepi peminat dan dijual tidak laku, maka rumah kosong tersebut rusak parah, mulai dari pagar, tembok, plafon, genting, tidak berbentuk rupa.

Budaya buang sampah sembarangan, memiliki andil tidak sedikit pada banjir ini. Kalau hujan sangat deras, air sungai meluap aneka rupa sampah dari dasar sungai muntab – termasuk sampah plastik-
Saya pernah menemui, ketika air sungai sedang tinggi, warga dengan santainya membuang sampah plastik di sungai.

Bersyukur, Pak RT di perumahan kami sigap, minta bantuan Pemda untuk mengeruk sungai, membangun tanggul di bantaran sungai, yang lebih penting lagi mengajak warga tidak membuang sampah sembarangan.

Menyoal sampah plastik, rupanya sampah kategori ini menyumbang *14% dari total sampah kota di indonesia
Disamping itu, terdapat sampah organik *60%, sampah kertas *9%, sampah metal *4.3% dan sampah lainnya sebanyak *12.7%. (* sumber SWI – sustainable Waste Indonesia).
banjir di perumahan saya- dokpri

Saya begitu yakin, sampah plastik yang dibawa dari aliran sungai di perumahan saya, akan berakhir menuju lautan.
Bagaimana jadinya, kalau semua sampah (plastik) dari banyak aliran sungai lain, akhirnya menumpuk dan terus menumpuk di laut.

Adalah Switenia Puspa Lestari, Pendiri Komunitas Divers Clean Action (DCA), pada saat menjalani hobynya diving menemui kenyataan miris.
Tenia (Panggilan akrabnya) membagi kisah, saat acara Bincang Bijak Berplastik, diadakan Danone Aqua,  saat diving di beberapa lokasi, menemui banyak sampah plastik di bawah laut (nyaris di seluruh laut di Indonesia)
Tenia saat diving (materi presentasi Bijak Berplastik)

Melalui slide gambar yang ditampilkan di layar presentasi, saya melihat ikan-ikan di dalam laut berenang sembari menghindari sampah – kasian ya.
Bahkan Tenia pernah menemui, ikan terjerat plastik sehingga tidak bisa berenang dan bergerak bebas, membuka jerat plastik musti menggunakan gunting.

Bisa jadi lho, sampah plastik yang menghalangi gerak ikan – yang ditemui Tenia--, berasal dari aliran sungai di dekat rumah kita.
Bisa jadi yang membuang sampah plastik itu, adalah tetangga atau anak-anak atau keponakan atau orang yang kita kenal, atau jangan-jangan, ssst,,, kita sendiri (semoga tidak ya).

****

Danone konsen di masalah lingkungan, sesuai misi Danone secara global One Planet One Health ujar Arif Mujahidin, selaku Corporate Communications Director Danone Indonesia, saat memberi kata sambutan.
Atas dasar misi tersebut, Danone sangat memperhatikan proses produksi, distribusi dan semua hal terkait proses bisnis, sehingga membawa dampak baik bagi lingkungan.
Arif Mujahidin - dokpri

Lebih lanjut Arif menyampaikan, bahwa masalah bijak berplastik, tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Danone, perlu berkolaborasi dan berbagai ilmu serta solusi dengan semua stakeholder.

Pilihan buat kita, apakah mau berhenti di pemikiran negatif dan tidak melakukan apapun atau berpikir positif dan melakukan sesuatu” tambah Arif Mujahidin

Plastik, Masalah, Pemanfaatan dan Upaya Penanggulangan


Kalian pasti pernah dong, ke mall atau cafe atau restoran atau playground, atau lokasi publik yang – biasanya – instagramable.
Rasanya nggak tahan, pengin berpose di satu spot dengan latar tanaman, rumput atau yang hijau- hijau. Setelah mendapat foto paling oke, kemudian diupload di medsos, selanjutnya mendapat banyak komentar dan klik like.

Keren sih melihat fotonya, sedang berada di sudut mall, kemudian duduk di atas rumput dan dikelilingi beberapa pohon kecil dengan daun yang menghijau segar.
Padahal, kalau disentuh atau dipegang, rumput dan atau pepohonan dengan daun yang  kelihatan segar itu terbuat dari unsur polimer.

Menyimak penjelasan narasumber Emenda Sembiring, Industrial Engineering, Environmental Engineering and Quantitative Social Reasearch Institut Teknologi Bandung (ITB), membuka pencerahan baru, bahwa selama ini paradigma pengelolaan sampah plastik masih memakai sudut pandang lama.
Yaitu memandang sampah dari sisi linear ekonomi,  bahwa setelah plastik diproduksi kemudian digunakan, selanjutnya dibuang ke tempat sampah dan berujung di TPA.

Ya, seluruh hidup kita dalam keseharian, nyaris tidak bisa lepas dari yang namanya polimer. Mulai baju yang kita pakai, sandal atau sepatu, jaket, celana, tas, casing handphone, semuanya mengandung unsur polimer.

Plastik sendiri termasuk senyawa polimer, bahkan penggunaanya – bagi kehidupan manusia-- sudah mencapai tingkat advance.
Plastik sangat mudah diproduksi, menyesuaikan dan mengikuti karakteristik yang diinginkan oleh industri. Mau dibuat dengan karakteristik tahan lama, kedap air, resistance terhadap panas, tahan terhadap medan magnet, tidak getas dan lain sebagainya, sangat bisa.

Masalahnya, setelah selesai digunakan, polimer yang dibuang (kemudian dianggap menjadi sampah) butuh waktu lama untuk mengurai.

Mengubah cara pandang itu penting,” tegas Emenda

Indonesia Plastik Asosiasi, merilis kabar bahwa kebutuhan plastik Indonesia meningkat sampai pada kapasitas 2.66 juta ton.
Sementara problem kita, adalah sampah plastik yang tidak terkelola. Meskipun bahan material plastik dipilih yang tidak berbahaya, tapi kalau sampahnya tidak dikelola, tetap saja berdampak tidak bagus bagi lingkungan.
materi presentasi Bijak Berplastik

Selanjutnya, Emenda memakai contoh produk Aqua, yang telah menerapkan pola circular ekonomi. Danone Aqua sudah memikirkan, bagaimana kemasan setelah selesai digunakan, agar bisa kembali lagi ke industri.
Rethink telah diterapkan Aqua, kemudian diikuti redesign, selanjutnya bagaimana menciptakan supply chance.

Saya jadi berandai-andai, kalau langkah Danone Aqua diikuti perusahan AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) atau perusahaan yang berkaitan erat dengan plastik lainnya.
Bukan mustahil lho, target dicanangkan pemerintah pada tahun 2025, mengurangi 70% sampah plastik di laut bakal tercapai.

Menurut Emenda, peran aktif masyarakat dalam mengelola sampah plastik (melalui pemilahan sampah plastik) dengan benar, dapat menjadi langkah awal untuk terbentuknya pendekatan sirkular ekonomi.

Upaya Danone Mengatasi Sampah dengan Kampanye #BijakBerplastik


Aqua perusahaan lokal indonesia, didirikan tahun 1973 oleh  Bapak Tirto Utomo, bertujuan memberikan kebaikan berupa opsi hydrasi bagi masyarakat Indonesia.
Kini pabrik Danone Aqua telah menyebar di beberapa tempat di Indonesia, dilakukan demi mendekatkan diri pada konsumennya.

Karyanto Wibowo, selaku Sustainable Development Director Danone Indonesia, dalam presentasinya menyampaikan, bahwa pertumbuhan perusahaan adalah sebuah keharusan, tapi pada saat bersamaan tidak boleh melupakan elemen yang lain.

Apa itu, elemen lain ?
diantaranya, Environment, Social, Community, tanggung  jawab menjalin kolaborasi dengan pihak eksternal,” ujar Karyanto.

Danone Aqua memegang prinsip, bahwa produk yang sehat harusnya didapatkan dari lingkungan sehat. Maka Danone menjalankan tiga komponen, demi menjaga lingkungan yang sehat.

1. Menjaga keberlangsungan air ;
Danone Aqua memperbaiki dan memproteksi ekosistem air, upaya ini diwujudkan dengan menjalankan berbagai program berkelanjutan di Daerah Aliran Sungai (DAS), meliputi hulu, tengah dan hilir.

2. Memperhatikan Kemasan :
Kemasan plastik adalah kemasan paling efisien, tapi menimbulkan problem. Tantangan terkait kemasan plastik, aadalah apabila sampah plastik tidak dikelola dengan baik, maka otomatis akan mengganggu lingkungan.
Terkait perhatian terhadap sampah kemasan, Danone Aqua berkomitmen bergabung dalam misi Indonesai mengurangi sampah lautan 2025. Menggaungkan kampanye #BijakBerplastik yang mencakup tiga pilar, pengumpulan sampah plastik, edukasi, serta Inovasi.

3. Karbon :
Bagaimana agar produksi di Danone tidak ada impact atas  karbon, Danone memasang target 2050 Zero terhadap Karbon.
Sampah plastik ada di taman - dokpri

Hanya sekitar 10% sampah plastik di Indonesia ter-collect, sisanya lari ke laut melalui sungai. Masalah sampah, membutuhkan komitmen luar biasa dari banyak pihak.

Komitmen Danone diwujudkan, dengan merancang 70% bisnis model packaging Aqua menyasar pada format besar atau galon.
Hal ini dilakukan, sebagai upaya Aqua mengajak konsumen, terutama saat sedang berada di rumah atau di kantor sebaiknya menggunakan galon.

Kemudian kalau kalian mengamati dengan seksama, Aqua tidak menggunakan pembungkus plastik pada tutup botolnya.

yang tidak perlu, ditiadakan,” ucap Karyanto.

Terkait recycling, Danone aqua sudah melakukan sejak 1993. Salah satunya, berkolaborasi dengan sektor informal, melakukan pengumpulan sampah plastik (saat ini Danone sudah punya enam collection center).
 
materi presentasi Bijak Berplastik
Berbagai kampanye pernah diadakan Danone, seperti Smart Drop Box, mengajak konsumen mengumpulkan botol, untuk kemudian mendapat point Tcash dari Telkomsel.
Kemudian Danone menggelar event musik, guna edukasi anak- anak muda agar tidak sekedar gura-hura tapi peduli lingkungan.

Yang masih segar di ingatan, program Kontingen Kebaikan dilakukan bersamaan event Asian Games 2018. Sebuah gerakan untuk membantu pasukan orange meng-collect sampah plastik.

***
Entahlah apa sebabnya, saya seperti menemukan idola baru saat menghadiri acara Bincang Bijak Berplastik.
Perempuan usia 23 tahun biasa disapa Tenia, pada usia sebelia itu sepak terjangnya keren, luar biasa dan menginspirasi (kemana ya, saya waktu masih seusia Tenia).
Ki-Ka : Switenia Puspa Lestari, Emenda Sembiring,Karyanto Wibowo (dok WAG)

Kegigihannya berperang, pada kebiasaan buang sampah sembarangan, dimulai dari ketia melihat kondisi di Pulau Pramuka – Kepulauan Seribu.
Sampah dihasilkan warga atau pengunjung di Pulau Pramuka, hanya punya tiga opsi pembuangan, yaitu dibuang ke laut, ditimbun di pantai atau dibakar.

Dari kondisi itulah, sebagai anak kuliahan Tenia mengadakan kegiatan aksi bersih-bersih laut, kemudian mengundang media untuk diekspos.
Setelah publik tahu akhirnya terbuka networking, diantaranya dari salah satu Kementrian, perusahaan swasta serta berbagai pihak untuk melakukan campaign ‘Gerakan Peduli Sampah di Bawah Laut.’

Melalui komunitas DCA, bisa menjalin kerjasama dengan LIPI dan UNPAD, kemudian melakukan maping dan mengumpulkan data selama satu tahun (kini data itu ada di seluruh Indonesia).

Kami sadar tidak bisa melakukan semua sendiri,” ujar Tenia dengan rendah hati.

Untuk meluaskan jangkauan Gerakan Peduli Sampah di Bawah Laut”,  kini di setiap daerah di Indonesia telah dikader dua orang untuk melakukan kegiatan serupa di Jakarta.

Saya sepakat, bahwa masalah sampah adalah masalah kita semua. Planet Bumi yang hanya satu-satunya ini, kalau bukan kita yang merawat, lalu siapa lagi.
Sekecil apapun kontribusi setiap individu, kalau dilakukan secara kontinyu dan ajek, saya yakin, lama-lama akan memberi dampak.

***
Hidup di perumahan lama, memiliki tantangan tersendiri. Usia warga tidak seragam, nyaris separuhnya sudah sepuh.
Seorang bapak tinggal satu gang dengan saya, usianya sepantaran ibu saya di kampung. Sementara anak si bapak, paling kecil seusia saya, kini tinggal terpisah beda blok di perumahan yang sama.

Sejak dilakukan normalisasi sungai tiga tahun lalu, RT dan RW menginisiasi dibuatkan Bank Sampah, dibarengi dengan seruan tidak membuang sampah di sungai, dan ditanggapi positif oleh warga.

Sekitar dua tahun silam terjadi penyegaran usia warga, rumah kosong yang dulu mangkrak, setelah direnovasi laku dijual dan ditempati penghuni baru.

Nak, kalau ada temannya mau beli rumah kabari saya” ujar tetangga yang sudah sepuh.

Si Bapak mengakhiri percakapan, sembari menyebutkan harga jual yang membuat lubang telinga saya melebar.

Dengan tanah seluas rumah saya tempati, kini harganya melambung relatif tinggi (dari harga pasaran tiga tahun silam).



perumahan menjadi bebas banjir - dopri

Posisi perumahan yang dekat stasiun, mudahnya akses ke Tol Bintaro dan bebas banjir,  rupanya menjadi daya tarik pembeli.

Kata kunci “Bebas Banjir”, adalah pendogkrak harga jual rumah. Mendadak menjadi kata favorit konsumen, namun memiliki konsekwensi kata kerja bagi warganya.
Semangat warga (sudah) tidak membuang sampah plastik di sungai, perlu diteruskan pada anak-anak, agar selanjutnya menjadi budaya.

Kebiasaan baik (tidak buang sampah plastik di sungai) di lingkungan kecil ini, kalau diteruskan pada skala lebih luas dan berkesinambungan.
Bukan hal mustahil lho, negari tercinta Indonesia bisa mencapai target mengurangi 70% sampah plastik di laut pada 2025.

Tiba-tiba, benak ini membayangkan, masa depan kehidupan dasar laut Indonesia yang bersih dan bebas sampah. Tak lagi mendengar kabar, ikan malang terjerat plastik saat berenang.
Kalau pernah mendengar lirik lagu, “Orang bilang tanah kita tanah surga” semoga kelak memang begitulah keadaanya.

Untuk mewujudkan cita-cita bersama, perlu upaya dan kerja keras secara kolektif mulai saat ini. Yuk, bangun kesadaran dari diri sendiri dan mulai sekarang juga, untuk #BijakBerplastik.

8 komentar:

  1. Bijak berplastik memang wajib bin harus,sampah plastik kita sudah masuk tingkat parah, ada dimana-mana

    BalasHapus
  2. duh plastik masih jd PR besar ya buat bangsa kita, bagaimana generasi kita ke depan kalau sekarang aja kita masih egois tidak mau mulai meninggalkan sampah plastik, yukk mulai dari diri sendiri

    BalasHapus
  3. Ayuk ah bergerak bersama untuk Indonesia bebas dari sampah.
    Kalau satu dua orang yang peduli, kapan bisa merdeka negeri ini.
    Semuanya dimulai dari diri sendiri. Semangat!

    BalasHapus
  4. apa yang dilakukan Danone ini harus didukung seluruh masyarakat juga. Karena kondisi polusi laut indonesia luar biasa. tertinggi kedua di dunia

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA