Home

14 Apr 2017

Silakan Konsumsi Gula dan Perhatikan Batasannya

Asupan dengan kandungan gula-dokpri
Saya berasal dari keluarga, dengan ibu dan kakek dari garis ibu penderita diabetes. Pernah suatu waktu saya diminta pulang buru-buru, karena ibu masuk rumah sakit akibat penyakit diabetesnya. Badan ibu menggigil dengan bibir kebiru-biruan, selang beberapa menit akhirnya mereda.
Hasil konsultasi dengan dokter, kami seperti diajak introspeksi diri. Mengoreksi semua kebiasaan konsumsi,  baik makanan maupun minuman pun gaya hidup.
Kebiasaan ibu setiap pagi, minta disediakan minuman kopi dengan takaran gula lebih. “NasGiTel” atau singkatan dari Panas, Legi dan Kentel, menjadi pesanan ibu sebelum kopi diseduh.
Belum lagi ibu suka ngemil kue dengan rasa manis, seperti donat, kue gemblong, wajik ketan, dan aneka camilan manis lainnya. Kalau mau makan nasi, sukanya nasi yang baru matang dari rice cooker.
Syukurlah ibu cukup manut, ketika dibeberkan makanan pantangan yang harus dihindari. Meskipun tidak seratus persen menghindari, setidaknya ibu bersedia mengurangi konsumsi gula.
Mulai mengesampingkan gorengan, mengganti dengan konsumsi buah-buahan. Mengurangi makan nasi sebagai sumber karbohidrat, mengganti dengan banyak konsumsi sayuran. Bersedia berolah raga ringan setiap pagi, diimbangi dengan banyak minum air putih.
Terhitung selama satu tahun terakhir, kondisi kesehatan ibu alhamdulillah semakin membaik. Ibu tampak lebih muda dari usia sebenarnya, terpancar dari aura wajah dan semangatnya.
Konsumsi buah sebagai gaya hidup-dokpri
Sejak ibu pulang dari opname di rumah sakit, ternyata berpengaruh juga pada kebiasaan saya. Sebagai anak, saya terngiang pesan dari sebuah iklan televisi.
Dalam iklan digambarkan, seorang anak dengan ayah penderita diabetes. Kemudian ada satu narasi, bahwa si anak juga berpotensi terkena diabetes juga—korban iklan ga sih hehee.
Eit’s, tapi saya ambil sisi positifnya lho. Langsung merubah pola konsumsi dan gaya hidup, demi kesehatan tubuh sendiri juga. Menggali informasi dari banyak sumber, termasuk mengikuti acara bincang-bincang tentang gula.
-0o0-
sumber gambar ; infokuberita(dot)com
Sebagai orang Indonesia, lidah kita sudah sangat akrab dengan gula. Betapa dalam kehidupan sehari-hari, sejatinya kita sedang dikepung dengan makanan mengandung gula. Entah sayuran atau olahan lainnya, gula menjadi unsur yang “wajib” ada.
Mungkin karena gula mudah didapat, mulai dari pasar tradisional sampai pasar modern. Sehingga rasa manis menjadi favorit masyarakat, rasanya masakan tidak lengkap tanpa tambahan gula.
Padahal kalau kita mau membuka wawasan, gula dalam bentuk apapun dapat meningkatkan kadar gula darah. Karena semua bentuk gula, pada dasarnya merupakan sukrosa yang melalui proses pencernaan yang sama.
Saya dulunya penyuka gula, tubuh ini sempat melebar (baca gendut) mendekati bobot 1 kwintal. Kalau saya cermati gula menjadi musabab, membuat terjadinya peningkatan cadangan lemak di otot. 
Nah kalau kebiasan konsumsi gula berlangsung lama, sedikit demi sedikit terjadi timbunan lemak. Akhirnya menjadi sebab terjadi obesitas, relatif rentan terkena penyakit.
Trus gimana solusinya?
Cukup mudah, seimbangkan pola makan dengan olah raga yang cukup. Bagaimanapun juga olah raga berperan, untuk membakar kalori dan lemak yang berlebih.
Sangat tidak mungkin, kalau kita tidak konsumsi gula sama sekali. Karena gula tetap dibutuhkan tubuh, sebagai asupan untuk menambah energi. Tapi kita musti paham takaran, sehingga manfaat gula bisa kita dapatkan.
Berapa ukuran gula yang pas ?
Anjuran dari Kementrian Kesehatan, sebaiknya mengonsumsi gula 50 gram/ hari setara dengan 4 sendok makan. Sementara anjuran dari WHO, sebaiknya konsumsi gula 25 gram/hari setara dengan 2 sendok makan.
Nah mumpung badan masih sehat, tidak ada salahnya mulai merubah pola konsumsi dan gaya hidup. Merubah mind set, sehingga apa yang kita konsumsi adalah asupan yang bermanfaat. Saya tahu pasti tidak mudah memulai, tapi saya yakin pasti bisa kalau punya kemauan kuat – salam sehat-

2 komentar:

  1. kalau aktifitasnya padat sampai keringetan banget malah perlu gula, kaya aku pas naik gunung itu teh manis dan madu perlu banget karena benar2 terkuras, tapi kalau sedang biasa saja saya mengurangi banget mas

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA