Home

11 Jul 2015

Peran Blogger Menepis Stigma AIDS


Sumber gambar : www.aidsindonesia.or.id
Aids sampai saat ini masih dianggap penyakit berbahaya, masyarakat selalu mengidentikkan sebagai pelaku seks menyimpang. Hukuman sosial rupanya lebih berat dampaknya, bagi psikologi orang dengan HIV Aids (ODHA). Polisi moral yang bertebaran dimana mana, memberi cap ODHA sebagai pendosa dan tidak bermoral. Menjalin interaksi dengan ODHA dianggap riskan dan berbahaya, maka lebih baik orang menghindar untuk sekedar bersalaman, menggunakan wc yang sama, atau berurusan dengan ODHA. Terdapat satu pandangan yang nyaris seragam, bahwa penderita AIDS tinggal menghitung hari untuk meninggal.
Penilaian masyarakat pasti ada alasannya meskipun tidak sepenuhnya benar, AIDS (Acquired Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit disebabkan infeksi berbagai macam mikroorganisme diakibatkan menurunnya daya tahan tubuh. AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Virus), yang menyerang serta merusak sel limfosit T. Konon sel limfosit T ini memiliki fungsi dan peran penting, dalam membangun sistem kekebalan seluler. AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual, melalui darah ( misalnya lewat penggunaan jarum suntik) juga melalui transplasental (ibu yang hamil kepada calon bayi).
******
Sebagai orang yang siap membuka wawasan lebih luas, saya mencoba menggali banyak informasi tentang AIDS. Kecanggihan tekhnologi mempermudah pencarian, hingga mendapatkan informasi yang akurat. Stigma lingkungan sosial yang sehat sejatinya menjadi pangkal, untuk pencegahan dan pengobatan lebih lanjut.
ODHA biasanya akan merasa cemas berlebihan, apabila mendapat perlakuan diskriminasi (bahkan intimidasi). Diskriminasi dari masyarakat bisa dalam berbagai bentuk, misalnya sebuah perusahaan menghentikan karyawan yang berstatus atau masih disangka ODHA. Atau perlakuan yang berbeda dari sebuah rumah sakit, terhadap pasien yang diindikasi ODHA.  Prasangka demi prasangka menjadi sikap awal dari orang lain, biasanya berpengaruh pada penghargaan diri ODHA dan  mempengaruhi keputusasaan.  ODHA masih dilihat sebagai pangkal masalah, bukan sebagai bagian dari solusi mengatasi epidemi.
Sebagai bagian dari masyarakat cerdas, ada baiknya blogger memulai minimal dari diri sendiri. HIV & AIDS sering dikaitkan dengan seks, penyalahgunaan narkoba dan kematian. Untuk merubah stigma yang kadung menancap dibenak masyarakat, bisa dilakukan dengan edukasi dan sosialisasi berbasis masyarakat. Lingkungan terdekat ODHA yaitu keluarga perlu diberi penyadaran, kemudian tetangga sekitar, tempat kerja, tempat layanan kesehatan, dilakukan secara berkesinambungan. Pendekatan musti dilakukan dengan telaten dan konsisten, agar membawa dampak signifikan.
Semantara bagi ODHA perlu distimulus dengan pengetahuan, bagaimana cara menyikapi perlakuan yang diterima dari orang lain. Apabila secara psikologis ODHA tidak rapuh (kuat), niscaya pengaruhnya juga positif untuk menguatkan diri sendiri dari dalam.
Negara perlu campur tangan melindungi warganya, dengan payung hukum terhadap ODHA. Jangan sampai hak paling azasi untuk hidup normal rakyatnya, terkikis gara gara stigma yang berkembang di tengah masyarakat. Negara sangat berhak dan berwenang, melindungi setiap warganya tanpa terkecuali melalui Undang Undang misalnya. Agar ketidakpahaman warganya tidak menjadi alasan, untuk mengebiri hak orang lain (dalam hal ini ODHA), apalagi sampai dilanggar.
Hak asazi yang paling jelas adalah keamanan, bebas dari intimidasi atau ancaman, penghinaan atau tindakan menurunkan martabat, hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam pekerjaan, juga terbukanya kesempatan sosial yang lain. Hak mendapat pendidikan serta memiliki networking, kesetaraan perlindungan dalam hukum, dapat menikah dan membangun keluarga serta masih banyak hak lainnya.
ODHA juga berkewajiban menjaga kesehatan, sehingga daya tahan tubuhnya kuat agar tidak menular pada orang lain.
*******
Upaya perbaikan perlakuan masyarakat terhadap ODHA, tak lain adalah meningkatkan pemahaman masyarakat. Penyuluhan dan informasi tentang HIV AIDS, musti kerap disebarkan melalui semua cara. Misalnya melibatkan media untuk memblow up, tentang apa dan bagaimana HIV AIDS (mulai dari sebabnya, cara menanggulangi, dan cara menyikapi). informasi seluas luasnya tanpa batas.
Blogger bisa berperan sebagai konselor di dunia maya, apabila dibekali dengan pengetahuan yang mumpuni. Dengan tebukanya akses mendapatkan informasi tentang HIV AIDS, dari sumber yang tepat tentu membantu pencerahan masyarakat.
Stigma yang terbentuk di masyarakat bukan tanpa sebab, namun juga bukan hal yang mustahil dilepis perlaha lahan. Pernas Aids 5  di Makasar sekaligus bisa menjadi moment, untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa KPAN sangat concern pada masalah ini. Saatnya Komisi Penanggulangan Aids Nasional (KPAN) melibatkan peran serta seluruh masyarakat, untuk membuang stigma yang terlanjur terbentuk. Semakin banyak pihak yang peduli akan HIV AIDS, maka diskriminasi akan terhenti setidaknya dari siri sendiri. (salam)

sumber referensi ;
dinkeskebumen

6 komentar:

  1. negara perlu ikut campur, betul sekali mas Agug, tapi harus bener-berner sirus ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat Mbak Lidya, terimakasih kunjungannya
      salam :)

      Hapus
  2. Harus serius tapi tanpa diskriminasi.. setuju

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mas Ari
      trimakasih kunjungannya
      salam :)

      Hapus
  3. Turut prihatin sampai sekarang ODHA masih terus mendapat stigma negatif sebagai pendosa T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat
      trimakasih Pak Sucipto sudah berkunjung
      salam :)

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA