Saya takjub dengan peribahasa,
“pelaut tangguh tidak lahir dari laut yang tenang.” Peribahasa yang sangat pas, untuk para
pejuang kehidupan. Maknanya luas tidak disangkalkan, related dengan keseharian
nelayan, di desa Tanjung Binga, Kecamatan Sujuk, Kabupaten Belitung, Kepulauan
Bangka Belitung.
Para nelayan ditangguhkan oleh
ombak laut, tidak menyerah oleh sekeras apapun badai dan tantangan. Masyarakat Tanjung
Binga, mayoritas dengan mata pencaharian melaut. Bahwa keberadaan laut sebagai sumber
penghidupan, telah menjadi nafas dan nadi keseharian.
Semangat nelayan yang luar
biasa, sudah selayaknya mendapat support dari banyak pihak. Apalagi potensi
sumber daya alam Tanjung Binga dan sekitarnya, belum digarap secara optimal.
Salah satunya pulau cantik bak cukilan surga, yang siap menjadi destinasi
wisata andalan yaitu Pulau Malang Ara.
Sumber daya alam yang sangat mendukung, dibarengi etos kerja masyarakat nelayan yang tangguh. Selanjutnya tinggal dipoles sedemikian rupa, masyarakat nelayan didampingi, dan Pulau Malang Ara disulap agar semakin diminati wisatawan.
Kementrian Pariwisata RI,
sangatlah jeli mengendus potensi besar ini. Merekomendasikan Tanjung Binga
sebagai Kampung Berseri Astra (KBA), selaras dengan tujuan KBA, yaitu mengembangkan
masyarakat secara terpadu melalui empat pilar -- Kesehatan, Pendidikan,
Lingkungan, dan Kewirausahaan—program CSR Astra.
Dari laut, keberlangsungan hidup nelayan digantungkan. Masa depan anak-anak nelayan diukirkan, untuk kualitas kehidupan yang lebih baik. Dari laut harapan itu dibuncahkan, dan aroma laut adalah nafas nadi kehidupan nelayan di Tanjung Binga,
--- -----
Program KBA bertujuan, mewujudkan wilayah bersih, sehat, cerdas dan produktif sehingga kualitas hidup masyarakat setempat meningkat. KBA Tanjung Binga, menjadi salah satu bukti inisiatif kontribusi sosial berkelanjutan dari Astra.
KBA di Tanjung Binga, aktif melibatkan masyarakat nelayan setempat, guna
peningkatan kehidupan nelayan berbasis empat
pilar program.
Bidang kesehatan, penyelenggaraan kegiatan seperti Festivial
Kampung Berseri Astra Kesehatan, guna meningkatkan kesadaran dan kualitas
kesehatan Masyarakat.
Bidang pendidikan, pengembangan kegiatan sekolah tingkat dini
dan kejar paket, guna mengurangi angka buta huruf, dan tingkat partisipasi
sekolah.
Bidang lingkungan, program penghijauan dan penataan wilayah
desa tradisional nelayan, agar lebih diminati wisatawan domestik maupun manca
negara.
Bidang kewirausahaan, pengembangan berbagai produk unggulan, pengembangan SDM untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
Aroma Laut adalah Nafas Nadi Kehidupan Nelayan di Tanjung
Binga
“Kendalanya
adalah memroses ikan sampai dijual, rata- rata (diproses) secara konvensional.
Kemudian Astra melalui KBA, mendampingi nelayan dalam pemasaran, packaging,
diversifikasi produk,”
Dedir Agus Setiawan, Pendamping lokal Kampung Berseri Astra
Desa Tanjung Binga, Kecamatan Sujuk, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, terpilih menjadi KBA pada tahun 2017. Masyarakatnya 90% berprofesi sebagai nelayan, tercatat sebagai salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Dan untuk mengetahui keseharian nelayan, apa saja kegiatan di Kampung Berseri Astra. Saya membuat janji wawancara (by phone) dengan Dedir Agus Setiawan, selaku PIC atau pendamping lokal KBA.
Menurut Dedir, bahwa mayoritas
masyarakat nelayan di Tanjung Binga adalah suku Bugis. Sebagian besar mengolah
hasil tangkapan laut, masih dengan cara konvensional. Ikan hasil tangkapan dikeringkan dengan sinar
matahari, para ibu mengolahnya menjadi kerupuk, serta aneka produk olahan lain.
Kendalanya adalah ketika musim penghujan tiba, bersamaan itu hasil tangkapan berlimpah ruah. Sehingga pengeringan terhambat, biasanya sehari langsung kering bisa molor sampai dua - tiga hari. Otomatis produk siap dijual menurun, berpengaruh pada pendapatan nelayan.
Sejak menjadi binaan ASTRA
melalui KBA, telah dibantu pengadaan mesin pengeringan ikan. Sehingga musim
penghujan bukan penghalang, proses mengeringkan ikan terus berjalan. Berkat
mesin pengiring modern ini juga, pendapatan nelayan di Tanjung Binga menjadi stabil.
Masih menurut Dedir, soal penggunaan mesin pengering belum masif. Karena dengan menggunakan mesin, otomatis butuh biaya tambahan yaitu tagihan listrik.
“kadang nelayan terlalu nyaman memakai cara konvensional, jadi mesin tidak terlalu masif digunakan. Kalau mesin digunakan bersamaan, (kebutuhan) listrik meningkat otomatis tagihan bertambah. Padahal dengan mesin, tidak terpengaruh cuaca apalagi saat tangkapan banyak,” jelas Dedir.
Saya berharap, kondisi
dilematis segera menemukan solusi. ASTRA melalui KBA, bisa ikut turun tangan
guna kebaikan nelayan.
---- ---
Saat Dedir bercerita tentang
keseharian nelayan, saya bisa membayangkan serunya menangkap ikan. Pekerjaan
sehari- hari para nelayan, biasanya dilakukan pada malam hari. Secara detil Dedir
menjelaskan, bagaimana tahapan dilakukan nelayan sebelum melaut.
Kapal yang hendak berlayar, biasanya dipasang bagan di bagian kanan dan kiri kapal. Fungsi bagan sebagai penyeimbang, agar kapal stabil dan bisa berlayar dengan aman. Bagan dipasangi waring atau jaring, sebagai tempat menampung tangkapan.
Laut Tanjung Binga, biasanya
menghasilkan ikan kakap, kerapu, kembung, teri, cumi dan laisy. Dalam kondisi
bagus, nelayan bisa membawa pulang puluhan ton ikan.
Sebelum dengan KBA, nelayan menjual ikan segar dikemas kardus. Per-kardus beratnya sekitar 15 – 20 kg, bahkan bisa lebih sesuai permintaan. Setelah dibina ASTRA melalui KBA, nelayan mulai diperkenalkan diversifikasi produk.
Pengolahan dilakukan mandiri, para istri yang mengerjakan di rumah saat suami melaut. Ikan disulap menjadi berbagai olahan, seperti kerupuk ikan, kerupuk cumi, kerupuk tinta cumi. Sementara daging ikan, ada yang diolah menjadi abon. Kemudian dipacking ukuran 50 – 110 gram, untuk pemasarannya dikelola oleh ibu- ibu kelompok nelayan.
“Pemasaran di rumah nelayan secara langsung, juga di tempat oleh- oleh, atau dijual saat acara desa atau festival di kecamatan. Kalau penjualan online belum masif,” ujar Dedir
Bertepatan dengan Festival Kesehatan 2019, Astra melalui KBA memberikan bantuan penyediaan gerai Bingai Berduang. Gerai yang sangat aktif, menjadi pusat produk UMKM Tanjung Binga. Di lokasi yang sama, juga sebagai tempat pembuatan mie dan kerupuk Belitung.
“Kalau ada tamu dari luar langsung diarahkan mampir ke
gerai Bina Bedulang, sekalian menjadi titik kumpul ketika akan berwisata ke Pulau
Malang Ara,” imbuh Dedir.
Pulau Malang Ara, salah satu pulau indah di Tanjung Binga. Dengan kekayaan biota laut yang unik, tidak dimiliki oleh pulau lainnya. Pulau seluas satu hektare ini, daya tarik utamanya pada keragaman biota laut, seperti kerang raksasa kima dan ikan nemo.
Untuk sampai Pulau Malang Ara,
bisa naik kapal menempuh sekitar 7 – 10 menit saja. Sebagai bagian ekowisata Tanjung
Binga, Pulau Malang Ara menawarkan pengalaman menarik. Pengunjung bisa ikut
workshop, membuat kerajinan berbahan kulit kerang.
--- ---- ---
“Jumlah sarjana ada peningkatan, ada yang kuliah di NTB dan di UT,” jelas Dedir
Sedangkan untuk pengembangan
pariwisata, saat ini fokus pada Kampung Nelayan
yang akan dijadikan sentra produksi makanan dan cindera mata. Rencana ke depan, Kampung
Nelayan menjadi satu paket wisata ke Pulau Malang Ara.
Pengembangan wisata Pulau Malang Ara, diyakini sangat membantu nelayan. Teruatama saat bulan sepi melaut (musim barat), biasanya dalam setahun ada tiga bulan musim barat. Saat itu terjadi angin barat, mau tak mau nelayan harus rehat.
Biasa nelayan memanfaatkan waktu,
untuk memperbaiki kapal atau memancing. Sebagian nelayan bergeser ke daerah
lain, dengan angin barat yang minim. Hal ini dilakukan oleh nelayan, yang memiliki
bagan sendiri. Sedangkan nelayan biasa hanya pasrah, mengandalkan hasil dari memancing.
Dengan dikembangkan Pulau Malang Ara, diharapkan menjadi sumber pendapatan saat nelayan rehat melaut. Harapan besar ini ditumpukan salah satunya pada KBA, semoga bisa merealisasikan asa nelayan. Sehingga hidup mereka, tetap bisa digantungkan di laut.
Karena aroma laut adalah nafas nadi nelayan Tanjung Binga.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA