27 Mei 2023

Rahasia tentang Kehidupan di Pesantren Tersaji di Film Pesantren

Film Pesantren tayang premiere di Bioskop Online pada 24 Mei 2023. Ini menjadi kabar baik, mengingat film ini telah ditunggu banyak pihak. Bersamaan penayangan perdana, juga dilakukan juga jumpa pers di Masjid  Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat.

Acara dihadiri oleh Shalahuddin Siregar (Sutradara dan Produser), Hj. Masriyah Amva (Kepala Pendidikan Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy), KH. Husein Muhammad (Dosen/Prof Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy), Muhammad Ivan Pratama (Head of Content Bioskop Online), dan Ustaz Dennis Lim (Ustaz Muda & Public Figure).

Saya berharap dengan penayangan film Pesantren dapat memberikan pandangan baru. Tentang kehidupan santri dan tentu tentang kesetaraan gender, di mana Pesantren Pondok Kebon Jambu Al-Islamy memiliki kepala seorang wanita. Karena kesetaraan gender itu bukan untuk merusak agama, bukan untuk merusak ajaran-ajaran, tapi untuk menguatkan agama kita,” ungkap Hj. Masriyah Amva,

Selaku pihak yang menayangkan film, Muhammad Ivan Pratama, selaku Head of Content Bioskop Online, menyampaikan, bahwa animo pecinta bioskop cukup tinggi, membuat Bisokop Online yakin untuk menayangkan film ini.

Dengan kualitas yang bagus, disertai dengan pencapaian seperti pernah terpilih di festival internasional, dapat mewakili bahwa film ini menggambarkan keunikan dari sebuah agama dan disajikan dengan cara yang menghibur, yang dapat memberikan pandangan tentang sisi lain dari agama itu sendiri. ,” ungkap Ivan. 

Film Pesantren, disutradara Shalahuddin Siregar adalah film dokumenter yang mengajak penonton untuk menyelami kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon. Sekolah berbasis agama Islam yang dipimpin seorang ulama perempuan ini adalah sekolah dan rumah bagi 2000 santri putra dan putri.

Melalui kisah dua santri dan dua guru muda, kita dibawa untuk mengenal lebih dekat kehidupan para santri dan apa yang mereka pelajari. Awal pembuatan film Pesantren ini sudah terpikirkan sejak 2012 lalu.  Sejak sang sutradara menggarap film dokumenter Negeri di Bawah Kabut.

Salah satu karakter di film dokumenter “Negeri di Bawah Kabut”, adalah Arifin, anak 12 tahun bernama Arifin yang ingin masuk SMP Negeri, tetapi orang tuanya tidak mampu menyekolahkan ke sekolah negeri. Akhirnya mereka mengirim Arifin ke pesantren.

Namun ada orang-orang yang menyayangkan keputusan mengirimkan Arifin ke pesantren karena mereka mengira dia akan dididik menjadi teroris.  Sang sutradara merasa terganggu dengan stigma itu, jadi setelah 2012 berusaha mencari cara agar bisa membuat film tentang pesantren.

Selain terganggu, saya akhirnya jadi sadar juga bahwa meski Islam sejak lahir, pertanyaannya adalah apa yang kita tahu tentang pesantren? Jadi premisnya adalah saya mencari tahu apa yang diajarkan di dalam pesantren,” ungkap Shalahuddin Siregar.

Film ini masuk dalam kompetisi XXI Asiatica Film Festival 2020, terpilih di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) 2019. IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia. Film ini juga telah tayang di Madani International Film Festival dan sempat ditayangkan di The University of British Columbia pada Maret 2022.

Senang melihat film Pesantren, karena melihat perjuangan para santri menuntut ilmu. Dengan segala keterbatasannya, lelah dan capeknya, dengan jiwa yang masih bersih mereka bisa ketawa, senang-senang, bahagia. Satu penderitaan sama teman-temannya sampai lulus, memperjuangkan perjuangannya masing-masing. Saya selalu senang melihat bagaimana orang-orang menuntut ilmu. Bismillah kedepannya mudah-mudahan Indonesia punya masa depan yang cerah lewat pemuda-pemuda ini," tutur Ustaz Dennis Lim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA