Home

24 Jul 2016

Rutin Olah Raga tapi Berat Badan Tidak Turun


koleksi pribadi

Acara Healthy takshow liputan 6 dan lightHOUSE Indonesia, memberi manfaat sekaligus membuka wawasan baru bagi saya. Pembicara ketiga atau terakhir adalah dr. Sophia Hage, SpKO, dokter spesialis olah raga dari lightHOUSE Indonesia. Beliau memberi pemaparan bertema Sedentary, setelah pemateri sebelumnya yaitu dr. Grace Judio  dan Psikolog Tara de Thouars, B.A, M.Psi. (lihat tautan di akhir artikel)


Saya pribadi termasuk berpandangan salah, menggangap olah raga sebagai sebuah program untuk sehat. Kalau sedang semangat diet, baru deh menjadwalkan waktu khusus untuk olah raga. Atau kalau sedang ada pekerjaan di luar kota, baru ikut acara senam pagi yang biasanya diadakan panitia.
Sebenarnya pandangan semacam ini salah, selaras dengan pernyataan dr Sophia Hage
"sesungguhnya olah raga adalah gaya hidup sehat atau pola hidup aktif. Olah raga tidak harus berkeringat, karena memasukkan unsur olah raga dalam aktivitas sehari hari sangat dimungkinkan".
Perilaku sendentary
Adalah segala aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur, melibatkan posisi duduk/ berbaring. Energi  yang dikeluarkan sangat sedikit, jumlah energi ada di atas tidur tapi dibawah aktivitas fisik diluar tidur.
Misalnya ;
Duduk sambil menonton teve, duduk sambil menulis di laptop/ smartphone, rebahan/ tengkurap sambil membaca buku, banyak kegiatan lain masuk dalam perilaku sedentary (silakan teruskan contohnya sendiri).
Berdasarkan sebuah riset, terkait perilaku sedentary terjadi trend kenaikan pada tahun 2012- 2013. Orang dewasa menghabiskan 9 - 10 jam untuk perilaku sedentary, tentu hal ini bisa tidak disadari atau disadari.
Sebenarnya untuk mengurangi gaya hidup sedentary, tidak harus identik atau bukan hanya olah raga saja. Tetapi melakukan kegiatan atau aktivitas fisik, seperti berjalan, berdiri, mengangkat, melompat dsb,  adalah bagian dari mengurangi perilaku sedentary.
Jadi jangan heran, ada lho kasus orang sudah berolah raga tapi berat badan tidak turun.
Bisa jadi hal ini disebabkan, dalam sehari lebih banyak waktu dihabiskan untuk perilaku sedentary dibanding olah raga.
Coba kita hitung, selama bekerja di kantor sekitar delapan jam lebih banyak duduk. Kemudian sampai di rumah atau acara hangout dengan teman, lagi-lagi lebih banyak duduk. Bukan tidak mungkin, kebiasaan sehari- hari yang diulang ulang akan terakumulasi pada suatu saat.
Yuk kurangi waktu duduk!
Duduk terlalu lama, menjadi penyebab penurunan penggunaan otot tubuh. Kalau kita pada posisi berdiri, terdapat pengaruh gaya grafitasi bumi sehingga ada upaya mempertahakan postur tubuh. Selain itu ada keuntungan lain, saat berdiri akan terjadi kontraksi otot besar di tubuh.
Perilaku sedentary disinyalir, sebagai penyebab otot tubuh tidak mengalami kontraksi. Sehingga impact gula dan impact emak turun, akibat tubuh tak membutuhkan terlalu banyak energi. Ketika impact lemak dan gula turun, maka kadar gula di dalam darah dan kolesterol akan tinggi.
Orang duduk lebih dari 8 - 11 jam sehari, Plasma LDL (kolesterol buruk) tinggi dan Plasma HDL (kolesterol baik) rendah. Beresiko mengalami gangguan impact gula tinggi, meskipun belum termasuk diabetes tapi sudah ada gangguan dalam menyerap gula. 
dr. Sophia Hage, SpKO sedang presentasi, tampak dr. Grace Judio-Kahl, MSc, MH, CHt (kiri - duduk)  dan Psikolog Tara de Thouars, B.A, M.Psi (kanan- duduk)
Kalau hal ini dibiarkan terus terjadi, niscaya resiko terhadap kesehatan meningkat. Bisanya kerap diiringi, resiko obesitas meningkat pula. Diabetes, syndrom metabolis, merupakan kumpulan gejala pinggang membesar, kemudian kolesterol tinggi mengarah pada penyakit kardiovaskuler. Kalau dirunut, penyakit ini akibat dari perilaku sedentary. (Waduh, Ngeri yaaa!!)
Dokter Sophia Hage, memberi rekomendasi
  • Mengurangi frekwensi perilaku sedentary
  • Interupsi atau bangkit berdiri 2-3 menit setelah duduk 2-3 jam
  • Mengurangi aktivitas sedentary  seperti merubah nonton tv sambil berdiri/ bergerak tidak terus menerus duduk
  • Mengurangi durasi waktu duduk. Misal mengetik dengan berdiri, karena duduk terlalu lama, menyebabkan kualitas kesehatan menurun jumlah hari sakit meningkat.
Prinsipnya adalah "aktif mendorong pembatasan waktu untuk perilaku sedentary dalam jangka waktu panjang". Semakin sedikit waktu untuk duduk, sejatinya justru semakin baik untuk kesehatan.
Ini catatan penting !
Perilaku sedentary lebih dari 8 jam/ hari, dapat berakibat buruk. Sedangkan perilaku sedentary lebih dari 11 jam/ hari, pasti berakibat buruk.
Sungguh disayangkan ya kawan's, bagi yang sudah berolah raga tapi masih berperilaku sedentary.
Menyimak materi Heathy Talkshow ini, saya seperti ditampar oleh diri sendiri. Betapa saya masih termasuk, golongan enggan olah raga plus pelaku sedentary. Acara kolaborasi Liputan 6 bersama lightHOUSE Indonesia, benar-benar ibarat cahaya di ruang gelap pengetahuan saya.
Terimakasih banyak dr. Sophia Hage atas pencerahannya, informasi dan ilmunya sangat bermanfaat. (salam sehat)

6 komentar:

  1. Nah ini ternyata penyebabnya Pak
    Saya sering jalan, selain aktivitas ibu rumah tangga, juda kegiatan kampung lain spt ke sawah ke kebun dan keseharian nya. Tapi pas pulang ya saya diduk. Karena Fahmi lagi masa masanya bermain dam dia maunya ditemani yerus.

    Haha, ini mgkn ug jadi penyebab berat saya tetap, gak turun turun ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya pribadi juga baru sadar Teh
      selama ini saya pelaku sedentary hehee

      Hapus
  2. Oooh gt Mas Agung, iya benar bangat dikantor biasanya saya kebanyakan duduk, harus diimbangi dengan berdiri dan jalan-jalan klo begitu. Baiklah... Terima kasih Mas Agung Infonya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak berdiri, jalan gt Awan
      biar tambah ketjeh :)

      Hapus
  3. nah kalau kerja suka kebanyakan duduk ya, mesti cari cara nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. diselang seling ama berdiri atau jalan mbak Mar
      Salam sehat dan semangat

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA