12 Okt 2025

Seandainya Dunia Ini tanpa Menulis

" Menulis dan membaca adalah saudara kembar keterampilan yang sama-sama harus ditunaikan. Wajib, bukan makruh atau mubah".

Sang Maha Pencipta, mencipatkan dunia sedemikian indahnya. Semesta dan isinya, ibarat samudra ilmu yang luas tiada batas. Selaksa perumpamaan dibuat, menggambarkan keterbatasan manusia.

Saking kerdil pengetahuan manusia, ibarat memasukkan ujung telunjuk di air di pinggir lautan. Saat jari diangkat setetes air jatuh di ujung jari, sesedikit itu ilmu dimiliki manusia. Sementara luasnya ilmu, diibaratkan hamparan lautan.

Keluasan Ilmu Allah SWT, tak cukup ditulis meski air samudra menjadi tinta. Atas alasan keterbatasan ilmu manusia, maka perlu diikat pengetahuan dengan tulisan.

---

Sepeninggal Kanjeng Nabi SAW, pada perang Yamamah 70 kaum muslim mati syahid. Pada perang berikutnya, jumlah kaum muslimin berkurang dan berkurang. Khalifah Abu Bakar dan Omar Bin Khatab mencemaskan, jumlah kaum muslimin terus berkurang.

Mereka penghafal Al Qur’an sahid, khawatir bacaan kitab suci ditelan jaman. Inisiatif segera diambil, untuk membukukan Al Qur’an agar terjaga terdokumentasi. Seorang sahabat kuat ingatan, bernama Zaid bin Tsabit. 

Diberi amanah besar, mengumpulkan wahyu Allah SWT. Zaid bin Tsabit, pemuda rendah hati berujar, "Kalau saja ada pilihan lain lebih baik, dirinya rela ditugaskan memindahkan gunung daripada mengemban tugas yang sangat memberatkan ini".

Dua khalifah tak patah semangat, menguatkan lelaki berbudi. Hingga terlaksana  "proyek" pengumpulan mushaf mushaf, dimulai menyatukan mushaf yang sudah ada (di pelepah daun kurma, media lain, mengandalkan ingatan / hapalan para sahabat lainnya).

Membaca dan Menulislah

‘IQRO” wahyu pertama di terima Kanjeng Nabi SAW, ketika tafakur di gua Hiro. Iqro, mengajak umat rajin membaca. Bahwa membaca menjadi sumber pengetahuan. Namun membaca tidak cukup, musti mengajarkan membagikan pada orang lain.

Tulisan membuat terpatri di pikiran, seperti istilah “setajam-tajamnya pikiran tidak menandingi ketajaman pena”. Seiring berjalan usia, manusia dengan keterbatasan bisa diserang kelupaan.

Tidak perlu takut tulisan jelek, karena setiap tulisan menemui pembacanya. Bayangkan, seandainya dunia tanpa tulisan.  Niscaya sepi tak ada imajinasi, memutus rantai peradaban.

Tiada cara berbagi yang indah, selain berbagi pengetahuan melalui goresan tulisan. Semangat menulis tak ubahnya semangat berbagi, berbagi semampu agar menjadi manfaat bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA