Banyak Kesempatan Tidak Selalu Berbanding Lurus dengan Banyaknya Uang

Saya ingat sebuah obrolan, dengan seorang penulis senior. Secara pengalaman telah teruji, secara kualitas persona saya menghormati. Usianya di atas saya, kami saling mengenal cukup baik.

Ada yang saya kagumi, keahliannya di bidang tehnik pesawat. Keahlian tak banyak dimiliki orang, namun tak membuatnya tinggi hati. Beliau tipe haus akan ilmu, di usia yang tidak muda masih kuliah.

Kami kenal, karena aktif menulis di Kompasiana. Dari kesamaan tersebut, beberapa kali kami terhubungkan berkomunikasi. Beberapa buku diterbitkan, satu diantaranya pengalaman mengunjungi masjid ke masjid di pelosok bumi.

Judul bukunya “Mengembara ke Masjid- masjid di Pelosok Dunia", saya terbayangkan kenyangnya pengalaman sang penulis. Masjid negara satu dengan negara lain, pasti tidaklah sama baik arsitektur maupun filosofinya.

Cerita di buku mengalir runut, mengisahkan masjid demi masjid dengan kenangan penulis dibaliknya. Sampai ada satu negara, sudah dianggap kampung halaman kedua. Saking akrabnya dengan warga lokal, beberapa teman di negara tersebut dianggap saudara.

Namun ada satu kalimat, terngiang- ngiang sampai detik ini. Selain menghunjam di benak, saya  merinding kali pertama mendengar. 

Menurut beliau, bahwa kesempatan pergi ke berbagai tempat adalah rejeki tak terkira, mungkin ada orang uangnya lebih banyak tetapi tidak punya kesempatan bepergian". 

Kesempatan tak ubahnya rejeki, namanya rejeki, tidak selalu dikonotasikan dengan uang. Karena sangat mungkin, orang secara finansial tidak beruntung, tetapi kesempatan melakukan banyak hal dibukakan. Diantaranya adalah bepergian ke banyak tempat, dibayarkan dengan keahlian dimiliki.

Beberapa nama di Kompasiana, berkat kebisaan menulis bisa bertualang ke daerah di ujung negeri. Ada yang sampai ke luar negeri, tanpa merogoh kocek sendiri.  

Semakin saya membuka mata dan pikiran, betapa kesempatan bisa datang dengan banyak alasan. Dan, Kesempatan tidak selalu berbanding lurus dengan banyaknya uang.