8 Okt 2023

Pemuda Peduli Pernikahan Dini dari Kalimantan Barat

Pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi, ketika salah satu atau kedua pasangan berusia di bawah 18 tahun.- Journal Unnes 

Dunia ini sangatlah unik adanya, ragam kejadian tumplek blek ada di sini. Soal pernikahan, juga menjadi kisah yang tak kalah uniknya. Kalau saya kerap kali mendapati, teman-teman di usia cukup belum menikah. Termasuk saya yang dulu, menikah di usia yang cukup matang.

Tetapi di tempat lain, tidak sedikit kasus pernikahan dini. Menikah di usia yang terlalu muda, bisa jadi di awal anak masuk usia baligh. Dan hal inilah, yang menjadi perhatian Nordianto Hartoyo Sanan, pemuda penggerak sosial muda, asal Kubu Raya, Kalimantan Barat.

------ 

Kalau dipikir-pikir, repot juga orang hidup. Mau menikah telat atau tidak menikah, menjadi bahan omongan orang sekitar. Pun menikah dini, juga mendapat tanggapan negatif di tengah masyarakat. Tetapi ada benarnya juga, bahwa menikah dini  cukup riskan.

Baik dari sisi psikologis, pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial dan lain sebagainya. Pernikahan dini, seperti memaksakan sesuatu yang belum waktunya. Bagi pelakunya, rentan kehilangan kesempatan mengejar hal yang diinginkan.

Lebih-lebih bagi pihak wanita, hamil di usia belia tentu tidak dianjurkan. Dari sisi kesehatan reproduksi, dari sisi psikologis yaitu pengelolaan emosi. Menikah di usia sangat muda, sangat mudah memicu pertikaian dalam rumah tangga.

Merajuk data UNICEF 2018, ada sekitar 650 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Sementara data Statistik Pemuda Indonesia 2018, status kawin presentase tertinggi di NTB (44,85%) dan dikuti Kalimantan Barat di posisi kedua (44,68%).

Sebagai anak daerah, Anto panggilan akrab Nordianto merasa prihatin dengan pernikahan dini di Kalbar. Dan semakin membulatkan tekadnya, ikut mengambil peran guna mengubah kebiasaan di lingkungan terdekat di sekitarnya. Maka terbetiklah sebuah gagasan, membuat kegiatan GenRengers Educamp di tahun 2016.

Pemuda Peduli Pernikahan Dini dari Kalimantan Barat


GenRengers Educamp, adalah sebuah wadah yang melahirkan relawan, yang peduli pada persoalan kesehatan. Khususnya persoalan pernikahan dini, sekaligus pola pergaulan bebas di kalangan remaja. Gerakan dengan 20 relawan inti ini, telah menjangkau 14 kabupaten kota bahkan telah diduplikasi ke lima provinsi selain Kalimantan Barat.

Melalui GenRengers Educamp, Anto menggaungkan, pendidikan alternatif terkait isu yang selama ini dianggap tabu. Merancang kegiatan, guna meningkatkan kepekaan akan tingginya angka pernikahan dini, serta pergaulan bebas di kalangan anak-anak. 

Anto sendiri adalah peserta PIK Remaja BKKBN, yang mataeri pelatihannya tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas, serta NAPZA (Narkoba, psikotropika, dan zat adiktif). Apa yang didapatkan di PIK Remaja BKKBN, diteruskan kepada masyarakat di lingkungan sekitar.

Kegigihan Anto menedukasi anak-anak muda, diawali dari kegelisahan dialami sang ibu. Ibunda menikah di usia sangat muda, sakit-sakitan saat hami di usia muda, bahkan berkali-kali keguguran. Hal ini membawa dampak kurang baik, yaitu kesehatan reproduksi yang menurun.

Kalau saja tidak menikah di usia muda, mungkin beliau akan menjadi orang lebih sukses, punya kehidupan lebih baik,” ujar Anto.

-----

Gen Rengers Educamp, dikonsep edukasi dan pelatihan kepada remaja, diadakan sambil berkemah. Sehingga suasana pelatihan lebih fun, remaja diajak lebih dekat dengan alam.

Materi yang dibawakan, tidak serta merta melarang anak muda yang ingin menikah. Tetapi lebih pada pengetahuan, tengan kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas, dan pentingnya kemandirian secara ekonomi sebelum berumah tangga.

Tujuan program Gen Rengers Educamp, peserta bisa menyerap informasi selama pelatihan. Sehingga terbuka kesadaran, bahwa perkawinan dini membawa dampak kurang baik. Sasaran dalam jangka panjang, adalah melahirkan local champion untuk diteruskan di lingkungan masing-masing.

Dengan demikian, upaya menekan pernikahan usia dini bisa masif. Menjangkau khalayak lebih luas, tentunya dibarengi kesadaran yang meningkat. Sehingga remaja bisa mengembangkan diri, sesuai bakat dan minatnya masing-masing.

Kalau ada pepatah, hasil tiak pernah mengkhianati usaha, rasanya ini berlaku buat Anto. Ketekunan dan keseriusan Anto, mengkampanyekan dampak negatif menikah di usia dini. Mengantarkan dirinya, mendapatkan penghargaan di SATU Indonesia Awards, diselenggarakan PT. Astra Internasional.

Tidak hanya itu, Anto mendapat kehormatan sebagai delegasi Asia pacific, untuk kegiatan Indigenous People Youth Confrence di Rio De Jeneiro, Brasil. Pemuda penggerak ini, diberi kesempatan menyampaikan pandangan terkait isu yang sama.

Saat ini, Anto terlibat menjadi volunteer program European Union, sebagai pengajar Cross Cultural Understanding di Polandia.

Dari sekian pencapaian yang luar biasa, Anto berharap memunculkan anak muda Indonesia yang peduli dan merespon pemasalahan di lingkungan dengan lebih bijak. Sehingga anak muda, menyelamatkan diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung.
Mohon komentar disampaikan dalam bahasa yang sopan, tanpa menyinggung SARA